Di kamarnya Asya langsung menumpahkan air matanya, setelah mendengar pembicaraan kekasihnya dan sang kakak, Asya di buat tercengang dengan pengakuan Arga, jadi selama ini Arga hanya menganggapnya tak lebih dari seorang adik.
"Hiksss,, sakit banget, kenapa harus sekarang, kenapa ga dari dulu" racau Asya terus memukuli dadanya yang terasa sesak.
Asya tahu hubungannya dan Arga atas dasar perjodohan, namun ia tak bisa mundur, sudah terlalu dalam cintanya untuk Arga, ia tidak bisa menyerah demi sang kakak.
Sudah berjalan 1 tahun pertunangannya dan Arga, hingga kini pria itu tak sekalipun mengatakan jika dia menolaknya, entah apa alasannya Arga menerima perjodohan ini, jika yang di cintainya itu kakaknya, lantas mengapa Arga malah menerima ia untuk menjadi tunangannya, bahkan sebentar lagi kedua orang tua mereka sudah merencanakan pernikahannya dan Arga setelah ia lulus nanti.
***
"Abang mau jemput Asya ke sini?" tanya Asya di sambungan telponnya dan Arga.
"Iya, ini abang bentar lagi jalan ke rumah kamu" jawab Arga dari seberang telpon sana.
"Oke deh, Asya tunggu"
Kini Asya pun langsung bersiap dengan seragam sekolahnya, setelah sambungan teleponnya terputus.
"Sayang sini sarapan dulu" ucap tasya saat Asya sudah turun dari kamarnya, kebetulan kamar Asya berada di lantai dua.
"Asya mau sarapan di kantin sekolah aja deh mah, soalnya bentar lagi bang Arga mau jemput" jelas Asya.
"Yaudah kalo gituh, kamu jangan sampe lupa ya sarapannya, kamu kan baru aja sembuh" nasehat sang mamah.
"Sipa boss, kalo gitu Asya nunggu bang Arga di luar aja deh" ucap Asya sambil menyalami tangan orang tuanya.
"Ehhh Sya tungguin kakak, kakak mau nebeng sama kamu boleh kan?" tanya sania terburu buru menghampiri Asya yang sudah berada di ambang pintu.
"Hmm, boleh ko, kan biasanya kakak juga selalu ikut Asya sama abang" tutur Asya.
Dulu mungkin Asya tak curiga saat kakaknya selalu mengikuti kemanapun dirinya dan Arga pergi, namun sekarang ia sudah mengetahui alasan di balik semuanya.
Sania pun menghampiri Asya yang sudah berada di luar menunggu jemputan Arga.
"Hai" sapa sania yang sudah melihat kedatangan Arga.
Arga tersenyum menanggapi sapaan sania, lalu ia menyuruh kakak beradik itu untuk segera masuk kedalam mobilnya.
"Abang mau nganterin aku dulu atau kakak?" tanya Asya menatap Arga yang ada di sebelahnya.
"Abang anterin kamu dulu aja, soalnya kalo anterin kakak kamu dulu, abang harus muter lagi, kebetulan abang ada kerjaan di deket kampus sania jadi sekalian aja" jelas Arga.
"Bohong, itu cuma alibi abang aja kan, sebenernya abang emang mau berduan sama kakak, terus kalian bisa puas bermesraaan tanpa takut ketauan" batin Asya, yang faham dengan pemikiran Arga dan kakaknya.
"Oh iya deh" ucap Asya.
Tak lama akhirnya mereka tiba di tempat Asya bersekolah.
"Asya duluan ya kak, bang" pamit Asya kepada keduanya, lalu ia pun beranjak keluar meninggalkan mobil Arga.
Asya bisa melihat jika kakaknya berpindah duduk ke depan, dulu ia biasa saja melihat itu, namun sekarang ia tahu jika kakaknya dan Arga memang ada hubungan di belakangnya, namun ia belum mengetahui sejauh apa hubungan keduanya.
"Woi ngapain loh bengong, kesambet baru tau rasa loh" ucap kia sahabatnya, yang tiba tiba datang mengagetkannya.
"Isshh, lo ngagetin gue aja, kalo gue jantungan gimana" gerutu Asya.
"Elah lebay lo"
"Dihh" desis Asya menatapa sahabat satu satunya yang ia miliki.
"Yo masuk bentar lagi bel" ajak kia menggandeng Asya.
"Ki, gue mau tanya" ucap kia ragu.
"Nanya ya tinggal nanya aja kali Sya"
"Lo ngeliat kakak gue sama tunangan gue gimana, mmm maksud gue tuhhh ehhh" ucap Asya terbata.
"Nah" teriak kia lalu ia langsung menghadap Asya sambil memegang pundaknya.
"Buset, kaget gue"
"Heheh maaf, sekarang lo udah mulai ngerasakan sama apa yang gue rasain selama ini, makanya lo nanya begitu" tutur kia.
"Hemm, kayanya gue terlalu polos deh"
"Emang, baru nyadar loh, gue udah wanti wanti lo dari lama, tapi lo malah ga percaya sama firasat gue" dumel kia.
Kia selalu memberitahu Asya tentang sikap Arga dan sania yang seakan ada sesuatu, namun Asya selalu berkilah jika itu hanya pemikiran negatifnya saja, membuat ia geram dengan sahabatnya ini.
"Iya maaf, terus sekarang gue harus gimana?" tanya Asya.
"Tar kita fikirin lagi deh, sekarang udah bel juga" ucap kia.
"Udah ga usah lemes gitu, gue bakal bantuin lo ko" lanjut kia saat melihat wajah Asya yang tak bersemangat.