Acara makan malam pun berjalan dengan lancar, dan di isi dengan candaan candaan para orang tua.
"Gue balik duluan bim, sel" pamit rio kepada sahabatnya.
"Oke, hati hati bro" balas bima.
"Siap, kalo gitu kami duluan" ucap rio berpamitan, meninggalkan bima dan sela yang masih ingin berada di sana.
"Asya mau ikut mobil Arga, gapapa kan mah pah" ucap sania menatap orang tuanya yang sudah berada di parkiran.
"Iya, gapapa kan nak Arga, sya?" tanya rio kepada putri dan calon menantunya.
Arga memang di minta orang tuanya untuk mengantarkan Asya, sehingga ia pun pulang terlebih dahulu dari orang tuanya.
"Gapapa tante" ucap Arga mendahului Asya.
"Dih bang Arga keliatan banget senengnya, padahal udah cape cape dandan kaya gini, kalo kaya gini ceritanya gagal deh godain bang Arga" gerutu Asya dalam hatinya.
"ayo ka" ajak Asya yang sudah ada di dalam mobil Arga.
Sania mengangguk, lalu berjalan menaiki mobil Arga.
"Kita pamit dulu om, tante"
"Iya nak Arga"
Kini mobil Arga melaju menuju kediaman Asya dan sania, tidak ada percakapan yang terjadi antara ketiganya, hanya keheningan yang tercipta, namun Asya bisa melihat sedari tadi Arga dan kakaknya saling melirik melalui kaca mobil.
***
"Halo"
"Iya halo Sya, ada apa telepon abang malem malem" ucap Arga melalui sambungan teleponnya.
"Ngga ada apa apa, Asya pengen telpon abang aja" jawab Asya.
"Kirain abang ada apa, udah malem sana tidur, besok kamu harus sekolah" perintah Arga.
"Dih, bilang aja mau teleponan sama ka sania" batin Asya.
"Hmmm, iya deh Asya tidur duluan, dah bang" ucap Asya langsung mematikan sambungan teleponnya tanpa menunggu jawaban dari Arga terlebih dahulu.
Asya mulai kehilangan semangatnya untuk mempertahankan cintanya, sudah berjalan dua bulan dari rencananya, namun Arga belum juga menunjukkan ketertarikan kepadanya.
"Akhhh tau ah kesel banget" teriak Asya sambil melemparkan bantalnya.
"Sya kenapa?" tanya sania menggedor pintu kamarnya.
Kebetulan sania lewat di depan kamar Asya, dan ia mendengar teriakan dari sang adik.
Asya membuka pintu kamarnya, dan ia melihat sang kakak yang sedang berdiri di sana.
"Kenapa?"
"Kamu yang kenapa, malem malem teriak teriak kaya gituh" ucap sania.
"Oh itu, mmm Asya cuma kaget pas ada hantu muncul dari film horor yang Asya tonton" bohong Asya.
"Ihhh kamu, kirain ada apa, jangan di ulangin lagi ah" omel sania.
"Iya, maafin Asya, ngga bakal lagi deh"
"Udah sekarang kamu mendingan tidur" perintah sania berlalu dari kamar sang adik.
Sepeninggalnya sang kakak, Asya kembali menutup pintu kamarnya untuk pergi tidur.
"Aduh ga bisa tidur, telepon kia kali ya" gumam Asya saat ia tak juga kunjung mengantuk, lalu ia mengambil ponselnya untuk menghubungi sahabatnya.
"Buset Sya, lo ngapain nelpon gue malem malem" kesal kia, sebentar lagi ia akan menjemput mimpinya, namun dering telpon membuatnya kembali terbangun dari tidurnya.
"Sorry, gue cuma lagi mumet aja nih, jemput gue dong terus kita ke club deh, mau ga, mau dong ki" desak Asya.
"Yaudah lah sekalian juga gue udah keburu ga ngantuk, lo siap siap bentar lagi gue jemput lo"
"Yey, makasih saskia sahabat gue yang paling cantik" girang Asya.
"Dih, ya jelas gue yang paling cantik, orang sahabat lo cuma sebiji" dengus kia.
"Heheh iya juga sih, yaudah gue tutup dulu telponnya, dah" ucap Asya memutus sambungan teleponnya.