Bab 12

115 29 1
                                    

“Carissa Alma Wibisana, lahir dua puluh enam tahun lalu. Lulus dengan nilai 3,75 dari jurusan Arkeologi. Menikah dengan Maximus Gabriel dua tahun lalu. Max ditemukan meninggal gantung diri. Max diketahui sebagai...” Samuel berhenti untuk melihat atasannya yang sepertinya menyimak dengan baik. “Homo.”

“Apa!” Teriaknya.

“Mantan suami Nona Rissa homo. Penyebab bunuh dirinya Max tidak diketahui. Diduga karena patah hati, yang jelas Nona Rissa bukan penyebab utamanya. Wanita itu lebih mirip korban persembahan.”

Abi mengusap wajah. Informasi yang mengejutkan. Rissa menikah dnegan pria penyuka sesama jenis dari hasil perjodohan. Abi memegang kepala memikirkan Rissa yang menikah mengharapkan bahagia serta suami yang mencintainya tapi wanita itu dihantam kenyataan mendapati prianya mahluk menyedihkan. Pantas saja Rissa masih belum tersentuh.

“Lalu apa lagi?”

“Tidak ada keterangan lain. Beberapa point seperti disembunyikan. Keluarga Wibisana sangat mementingkan privasi.”

“Di mana sekarang Rissa berada? Apa pekerjaannya sekarang?”

“Saya tidak mendapati informasi apa pun soal itu. Dia Arkeologi tapi di daerah mana juga dirahasiakan.”

“Aku butuh tahu. Aku ingin bertemu dengannya, aku meminta penjelasan kenapa dia bertukar dengan Kalina?”
Samuel menahan senyum menanngapi kebingungan yang atasannya lontarkan.

“Anda sudah sadar, hati anda berlabuh di mana?”

“Apa maksudmu itu?”

“Anda jatuh hati pada kembaran Nona Kalina. Wanita yang menghabiskan waktu dengan anda di Italia. Wanita bisa menahan anda di kamar seharian.” Diingatkan soal itu telinga Abi langsung berubah menjadi merah.

“Bukan. Aku tidak jatuh cinta. Perasaanku yang kemarin tidak nyata. Sebuah hubungan tidak dimulai dari kebohongan. Aku hanya penasaran kenapa aku dipermainkan?”

“Kalau anda ingin bertemu Nona Carissa, anda harus mencari tahu melalui ipar anda. Tuan Kalingga. Itu kalau anda tidak mau repot. Saya yakin anda pasti akan keberatan melakukannya. Perasaan anda tidak sebesar yang saya kira hingga mendorong anda untuk menemui Tuan Kalingga secara langsung.”

Abi diam tak menjawab. Ia lemparkan pandangan ke luar, ke arah beberapa gedung tinggi. Dari kecil Abi tahu apa artinya berjuang tapi apa mencari tahu tentang Carissa sesuai dengan keuntungan yang ia peroleh namun dalam cinta apakah kenal yang namanya untung rugi. Sebelum melakukan tindakan yang beresiko di kemudian hari ada baiknya meraba jantungnya sendiri. Apakah benar yang dirasakannya perasaan cinta atau hanya rasa penasaran semata tapi pertanyaannya terjawab sudah ketika esok hari Abi pergi menjejakkan langkah, menemui Kalingga secara langsung.

Kalingga, si sulung dari keluarga Wibisana, si tenang yang tak mudah dipancing emosinya, si penuh teka-teki serta rahasia, si pria yang tak mudah ditebak perasaannya. Abi menyiapkan mental kuat untuk bertemu muka dan menyela waktu padat yang Kalingga punya.

“Kenapa mau menemuiku. Kerja sama kita masih jauh. Aku tidak mau bekerja dengan orang yang tidak terikat hubungan apa-apa denganku.”

“Sepertinya kamu terlalu percaya diri. Aku datang karena urusan lain.”

“Kalau masalah kamu tidak bisa menjinakkan Kalina. Itu bukan urusanku.”

“Bukan. Aku mau tahu di mana Rissa. Kalina dan Carissa mempermainkanku, mereka bertukar posisi dan aku yakin, kamu tahu kenapa bisa begitu.”

Kalina bodoh sejak lahir hingga tak pandai menjaga rahasia atau Abi yang terlahir pintar. “Mereka suka bertukar posisi dari kecil. Bukan masalah besar jika kamu salah menyematkan cincin, wajah kedua adikku memang serupa. Tetap Kalina yang jadi tunanganmu, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Wartawan juga tidak akan tahu. Selama kita menjaga rahasia. Kalina memang kerap pergi, menyibukkan diri hingga harus absen. Pada saat itu peran Rissa lebih dibutuhkan”

“ Jadi Rissa hanya berfungsi sebagai pengganti bagi Kalina?”

“Tidak juga. Di beberapa kesempatan Rissa juga pernah digantikan oleh Kalina.”

Masalah pertukaran dianggap sebagai sesuatu yang remeh padahal hati Abi jungkir balik dibuatnya. “Masalahnya aku lebih menikmati waktu yang ku habiskan dengan Rissa dibanding dengan Kalina. Singkatnya aku lebih menyukai Rissa dibanding Kalina.”

Kalingga menutupi kegugupannya dengan senyuman kaku. “Jadi kamu mau Rissa lalu menyingkirkan Kalina. Kamu mau berganti tunangan?”

“Mauku tapi itu tidak akan mungkin kan tanpa persetujuan dari pihak Rissa. Aku mau tahu bagaimana pendapatnya, bagaimana perasaannya padaku tapi aku tidak tahu di mana dia. Kamu tahu kan di mana sekarang Rissa?”

Kalingga berdiri dari kursi lalu duduk di meja tepat di depan Abi. Ini memang tindakan tidak sopan tapi Kalingga menunjukkan ketidak setujuannya atas tindakan Abi yang kelewat berani.

“Begini Bung. Rissa hanya menemanimu, menggantikan saudaranya jadi tidak ada perasaan khusus. Rissa cukup tahu kalau kalian akan jadi saudara ipar lagi pula Rissa sekarang hidup damai dan aman, menikmati pekerjaannya.”

“Bagaimana kamu tahu kalau tidak bertanya pada Rissa secara langsung.”

“Aku tahu bagaimana saudariku itu. Jangan mencarinya. Lanjutkanlah pertunanganmu dengan Kalina. Kamu yang melamarnya, bukan keluarga kami yang menyodorkan anak perempuannya.”

Abi tahu kalau sikapnya bagai lelaki brengsek tapi ia tidak bisa menyepelekan perasaannya.

“Bagaimana kalau aku jatuh hati pada Rissa dan bukan ke Kalina?”

Kepala Kalingga maju, ia menatap Abi tajam seolah hendak mencacah tubuhya menjadi bagian kecil. “Itu sepenuhnya murni urusanmu tapi jangan jatuh cinta pada Rissa.” Kalingga tidak sanggup membayangkan adiknya harus patah hati berkali-kali lalu jatuh dalam keputus asaan lagi. Rissa kuat di luar tapinya hatinya terlalu rapuh karena menyimpan banyak kepahitan.

“Kenapa?”

“Karena kamu milik Kalina. Sesuatu yang sudah menjadi milik Kalina, Rissa tidak akan mau meliriknya.”
Kalingga berdiri, menuju ke pesawat telepon yang ada di atas meja.

“Segeralah pergi atau ku panggil keamanan. Anggap pembicaran kita tidak pernah terjadi. Ingat jika kamu memutuskan Kalina, jangan coba dekati Rissa. Adikku yang satu itu terlarang untukmu.”

Abi pergi dengan menegakkan bahu lalu membenahi jasnya yang agak berantakan. Kalingga melontarkan ancaman. Si sulung Wibisana tak akan mengijinkan ia untuk menjalin hubungan apa pun dengan Rissa bahkan Kalingga tak akan segan-segan menghalangi mereka untuk bertemu tanpa Kalingga sadari jika berapa banyak pun usahanya untuk menjadi penghalang jika Tuhan mengatakan Abi dan Rissa adalah jodoh. Bukannya yang dilakukannya hanyalah usaha yang sia-sia.

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ini aku, bukan diaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang