Bab 4

530 97 2
                                    

Seperti biasa sarapan di mulai pada pukul tujuh. Abi sudah terlihat rapi dengan setelan jas, Carissa pun sama. Memakai gaun musim panas yang berwarna kuning dihiasi bunga Peoni biru. Soal semalam Carissa berupaya melupakan dan dari pihak Abi sepertinya telah melupakan insiden itu.

“Kamu sudah rapi dan berdandan pada jam segini. Mau ke mana?”

“Hari ini Maria mengajakku ke Tuscany.”

“Kamu punya urusan apa di sana?”
“Ada yang Maria ingin tunjukkan padaku. Sesuatu yang sangat aku inginkan.” Itu pesan yang Maria sampaikan. Maria membuatnya mati penasaran.

“Di sana bukan pusat fashion.”

“Tidak semua tentang diriku adalah masalah fashion,”jawab Rissa pelan karena inilah dirinya. Si apa adanya, si paling nyaman dengan kaos dan celana jeans pendek atau gaun longgar. Ia bukan Kalina, itu yang Rissa ingin teriakkan di depan muka Abi. Tapi semua tak bisa. Ia berperan sebagai Kalina, perempuan yang Abi paling inginkan.

Hatinya tiba-tiba tersengat nyeri, karena ciuman semalam. Semua berubah begitu pun perasaan milik Rissa.
“Aku mengajakmu ke Italia untuk bersenang-senang.”

“Aku bersenang-senang dengan caraku sendiri.”

Dan Untungnya Maria datang tepat waktu sehingga keduanya tak perlu melanjutkan obrolan yang semakin membuat Rissa diserang gelisah.

“Selamat pagi Mr. Abi dan Nona Kalina.”

“Kamu sudah sarapan Maria. Kita bisa sarapan bersama.”

“Saya sudah sarapan.”

“Kalau begitu kita berangkat sekarang? Aku takut ketinggalan kereta.”

Kalina berdiri padahal ia belum menghabiskan kopi dan sepotong roti. Maria tak sanggup menjawab karena tunangan bosnya sudah menarik lengan dan mengajaknya segera pergi.
Abi mendengus jengkel. Ia lemparkan serbetnya ke atas meja. Nafsu makannya hilang ketika Kalina memilih undur diri duluan. Abi tak tahu kesalahannya di mana. Hanya karena satu ciuman menjadikan Kalina sensitif padahal dulu sebelum mereka bertunangan. Kalina sering merayunya, mengelus tangan atau lengan bahkan sampai memperpendek jarak hidung mereka. Mereka hampir Berciuman beberapa kali, Abi lebih banyak mengelak tapi dengan Kalina yang sekarang. Abi ingin di dekatnya terus bahkan kekesalan Kalina dapat membuatnya senewen.

Negosiasi terakhir yang harusnya bisa selesai dengan cepat tapi terulur karena Abi banyak melamun tidak  memperhatikan dan sempat hilang konsentrasi. Ia beberapa kali meminta materinya di ulangi. Untungnya pihak yang ia ajak bekerja sama tidak kesal.
Sedang yang dipikirkan Abi malah ke San Casciano dei bagni, Tuscany melihat temuan patung perunggu berusia 2000 tahun. Patung berjumlah 24 buah itu merupakan peninggalan bangsa etruria. Patung yang merupakan perwujudan dewa Yunani seperti Apollo dan Hygieia yang terkubur di dalam lumpur.
Tidak hanya patung tapi beberapa koin perak dan emas juga ditemukan. Mungkin tempat ini dulu merupakan pemandian suci untuk menyembah dewa sehingga banyak ditemukan benda yang terbuat dari logam mulia.
“Maaf sekali. Kita tidak boleh memotretnya.”

“Aku paham Maria. Benda-benda ini belum ter publikasikan secara umum. Para Ahli  masih menelitinya jadi wajar jika tidak boleh di potret. Ngomong-ngomong dari mana kamu dapat akses untuk masuk ke sini Maria?

“Sepupu saya kebetulan orang Tuscany dan bekerja di bagian pembongkaran. Saya meminta ijinnya.”

Rissa menggenggam tangan Maria dan mengucapkan beribu terima kasih. Ini penemuan besar yang bisa mengubah sejarah Italia. Patung-patung ini diduga ada sebelum bangsa Romawi datang ke Tuscany. Bisa dibilang artefak ini membuka jalan ilmu pengetahuan yang lain untuk mengetahui bagaimana suku asli Italia kuno yaitu bangsa etruria beralih ke kekuasaan Romawi.

Ini aku, bukan diaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang