9. Lebih Baik

558 93 44
                                    

AUTHOR POV













"...Rene...?"

"Mau kemana kamu?"

"Hei, hei," Vela menahan lengan adik nya yang buru buru sekali menuruni tangga, "Ada apa sih-"


"Kakak sengaja memberi tau Ezra, hm?" Irene menoleh dan menatap tajam Vela, "Iya, kan?" ucapnya lagi.

"Jangan kakak pikir aku bodoh, aku tidak tau niat kakak," Irene menghempas tangan Vela darinya.

"Toh, mama juga tau aku pergi kemana. Kenapa kakak yang selalu curiga padaku?"


"...Oke," Vela menghembuskan nafas nya, "Kalau kamu memang benar benar ingin berubah, tunjukkan itu."

Irene hanya tersenyum sinis pada Vela, "Jangan remehkan seorang Irene jika ia sudah memiliki tekad kuat."

Vela memandang punggung adik nya yang semakin menjauh, dahinya berkerut tatkala menyadari kalau Irene tidak membawa mobil bersamanya melainkan Irene berjalan kaki keluar entah akan bertemu dengan siapa.


"Apa Hagi diam diam datang menjemput nya?"


Baru saja Vela mau menaiki tangga, papa keluar dari kamar dan memanggil nya. Pria paruh baya itu menepuk sofa, meminta anak sulung nya untuk menghampiri nya kesana.

"Ya, pa?"

"Adik mu mana?"


"Itu dia..." gumam Vela, "Dia baru saja pergi." jawab Vela ragu.

"Pergi? Pagi pagi buta seperti ini?" Papa melihat jam dinding, "Ini baru jam 4 pagi. Pergi kemana dia??"

"Apa dia lupa kalau hari ini ada agenda rapat bersama pemegang saham?" Papa memijat pelipis nya, "Bukankah dari dulu dia sangat berambisi untuk itu?"


"Pa, dengerin Vela," Vela meraih tangan papa, meremasnya pelan. "Sejak ia bertemu dengan Sagara, itu berhasil mengandaskan semua ambisi dan ego Irene untuk memanfaatkan Sagara seperti niat dia dua tahun yang lalu saat bercerai dari Hagi."

Vela menyinggungkan senyum nya, "Aku sudah menduga, itu akan terjadi. Karena bagaimana pun, tidak ada yang bisa mengalahkan naluri dan insting seorang ibu kandung."

"Mungkin papa, mama, dan aku sempat kecewa pada Irene. Sangat sangat kecewa, kalau bisa dibilang." lanjut Vela.


Papa menatap Vela dengan sorot matanya yang terlihat sedih, "Ini semua salah papa, Vel. Kalau saja papa dan Nathan tidak menjodohkan Irene dan Hagi, bahkan merencanakan semua warisan perusahaan pada keturunan dari mereka."

"Irene tidak akan memanfaatkan Hagi dan Sagara seperti itu, menyakiti Hagi dengan menjalin hubungan bersama pria lain, meninggalkan Sagara saat anak itu baru berusia 3 bulan."

Vela mengerjap-ngerjapkan matanya, ia mendongak mencoba menahan air matanya yang ingin keluar. Ia merasakan betul apa yang diucapkan oleh papa nya, semua itu benar. Ini berawal dari papa dan ayah Hagi yang merupakan partner bisnis, kemudian mereka berencana untuk menjodohkan Irene dan Hagi, dan mewarisi perusahaan petrokimia hasil kerja keras mereka pada sang cucu, Sagara Arkhanza.

You Are Losing Me | SEULRENE | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang