Dhea, Backbitting

3.1K 39 4
                                    

Di akhir pekan, seorang Dera mempunyai suatu rutinitas yang hampir selalu dilakukan, yaitu bertemu dengan teman-teman satu circle nya di sebuah perumahan elite di daerah Jakarta Selatan. Rumah itu adalah milik sahabatnya, Riza. Tak ayal Riza mempunyai rumah yang megah di perumahan elit daerah Jakarta Pusat. Ia adalah seorang anak direktur perusahaan minyak yang sangat terkenal di negeri Jiran.

Di sana biasanya ada orang lain selain Dera dan Riza. Dalam satu circle itu masih ada dua orang lagi yang pengaruhnya tak kalah besar. Dua orang itu bernama Fabi dan Jenar.

Jenar adalah seorang pengusaha muda. Bisnisnya yang bergerak di bidang konstruksi sudah terkenal se Nusantara. Sementara Fabi adalah calon presdir sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang makanan. Tentu saja dia adalah putra tunggal dari perusahaan tersebut. Sedangkan Dera adalah seorang buruh korporat. Bukan main-main. Di usianya yang belum mencapai kepala tiga, dia sudah menduduki posisi manajerial. Ia dapat mencapai posisi setinggi itu berkat kepintarannya. Di antara keempat laki-laki itu, bisa dibilang Dera adalah orang yang paling kalem. Dengan artian, Dera belum pernah mencoba sesuatu yang seharusnya belum dicoba.

"Gue sebenernya hari ini ada acara sama Chika," celetuk Riza di tengah-tengah tegangnya suasana ruang tengah. Saat itu, mereka berempat sedang disibukkan dengan sebuah permainan. Game online yang sedang digandrungi anak-anak jaman sekaranglah yang membuat suasana menegang. Mobile legend. "Tapi gue lebih milih kumpul sama kalian," lanjutnya.

"Kenapa nggak lo ajak aja si Chika ke sini?" sahut Jenar.

"Takutnya dia nggak nyaman ada kalian."

Lima belas menit berlalu, ketegangan itu akhirnya cair. Game yang mereka mainkan berakhir dengan kemenangan di pihak mereka. Senyum puas terulas di wajah mereka berempat.

"Gue ambilin jajan dulu." Riza beranjak dari duduknya, lalu pergi ke dapur.

Sementara di ruang tengah, Dera dan ketiga temannya masih sibuk dengan gawainya masing-masing, hingga Fabi mengucapkan sesuatu.

"Jaman sekarang fetish orang aneh-aneh, ya?"

Dera dan Jenar yang tertarik dengan bahasan itu lantas meletakkan hp mereka di meja. Keduanya sama-sama memperhatikan Fabi yang hendak mengucapkan sesuatu.

"Gue baru tahu kalau Dey fetishnya aneh banget."

"Kok bisa lo baru tahu cewek lo itu punya fetish aneh setelah beberapa bulan pacaran? Emangnya kemaren-kemaren belom pernah lo ewe? Atau lo nggak mau tanya soal itu?" berondong Jenar yang terlihat sangat antusias dengan suatu fakta yang baru saja diucapkan sahabatnya.

Dera yang masih biru soal hal itu memilih untuk diam dan memperhatikan mereka.

"Pernah. Orang baru tiga hari jadian kita udah ngewe," jelas Fabi dan mendapat respon dari Jenar dengan tepuk tangan pelan.

"Gimana tuh ceritanya?" tanya Jenar makin penasaran.

"Cerita apa dulu, nih? Cerita waktu pertama gue ngewe Dey atau yang mana?"

"Cerita pas tahu fetishnya Dey aneh. Emang fetishnya apaan sih?"

Fabi terkekeh, lalu dia mengambil sebatang rokok dari sakunya kemudian dia sulut. Dihisap dalam-dalam sebelum dihembuskannya, membuat Dera dan Jenar makin tak sabar mendengar ceritanya.

"Ceritanya agak panjang nih. Mau nungguin si Riza sekalian apa enggak?"

"Riza belom pernah lo ceritain?" kali ini Dera yang bertanya.

"Belom. Belom ada yang gue ceritain soal ini."

Tepat setelah itu, Riza datang dari dapur membawa beberapa makanan ringan di tangannya. Melihat ketiga temannya terlihat serius, Riza penasaran. "Ngomongin apa?" tanya dia kemudian.

PakahiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang