Indira, Shans

4.5K 52 0
                                    

Cek link yang ada di bio!


___***___


Kalian tahu Amanda? Iya, Amanda Puspita, temanku dari Bandung. Aku sudah lumayan lama dekat dengan dia. Bukan karena kita sama-sama berasal dari Bandung, tapi aku ngerasa cocok aja tiap kali curhat sama dia.

Kebetulan kita sama-sama kuliah di Jakarta dan kampus kita sama, tapi beda jurusan. Kamar kos kita bersebelahan. Makanya, kita sering kumpul entah itu di kamarku atau di kamarnya setiap malam sebelum tidur.

OH! Aku lupa mengenalkan siapa diriku. Maaf, maaf. Hehe.

Namaku Indira Putri Seruni. Semua teman-teman memanggilku Indira, tapi saat di rumah namaku jadi Putri. Iya, itu hanya panggilanku saat kecil aja. Okay, okay. Kita balik lagi ke cerita.

Seperti biasanya, topik pembahasan malam ini diawali seputar kuliah, lalu soal tugas dan diakhiri dengan pembahasan pacarnya.

Oh iya, Manda punya pacar. Pacarnya kakak tingkatku. Kayaknya faktor ini juga yang bikin dia jadi makin deket sama aku.

Manda sering banget curhat soal pacarnya. Namanya Faldo, kakak tingkatku. Laki-laki bernama Faldo itu begitu populer di kampus. Ibaratnya seperti incaran para adek-adek tingkat deh pokoknya. Saking populernya, tiap kali Faldo sendirian di sekitar kampus, pasti ada aja satu cewek yang nyamperin buat kenalan. Dan laki-laki yang populer itu memilih Amanda.

Kak Faldo sama Amanda ini udah lumayan lama deket. Setahuku, mereka mulai deket dari awal OSPEK dan tiba-tiba aja udah pacaran mereka berdua. Jadi, kalau diitung-itung mereka udah lima bulan lamanya dari awal deket.

Gaya pacaran mereka berdua cukup 'nakal' menurutku. Dua bulan terakhir, aku sering melihat Amanda mengajak Kak Faldo ke kosannya. Memang, kosan kami campur. Cowok dan cewek jadi satu di sini dan semuanya bebas. Ibu kos nya chill banget. Dia punya tato di lengan kirinya.

Kadang aku berpapasan dengan Kak Faldo saat dia baru saja keluar dari kamar Manda, kadang juga aku berpapasan dengan mereka berdua yang baru saja keluar dari kamar. Sekalipun aku gak pernah berniat buat ngintip apa yang mereka lakukan. Tanpa perlu penasaran, aku sudah tahu apa yang mereka lakukan.

Karena sesekali aku mendengar suara desahan Manda sampai menembus kamarku.

Jujur, aku kadang penasaran, tapi untuk apa juga aku mengintip? Lalu, setelah aku telisik, aku bukan penasaran soal apa yang mereka lakukan. Aku lebih penasaran dengan betapa enaknya Manda sampai mendesah sebegitunya.

Tiap kali aku mendengar desahannya, vagina ku berkedut. Basah sendiri tanpa perlu aku sentuh. Aku membayangkan yang berada di posisi Manda adalah aku.

Kak Faldo menurutku cakep. Iya, dia mempunyai paras yang enak dipandang. Gak bosenin kalau kata orang-orang. Dia manis, punya lesung pipi di kiri, ditambah dia juga tinggi. Sepertinya tingginya 180 cm. Intinya, gak heran kalau dia memilih Manda di antara semua perempuan yang ada di kampus. Mereka terlihat serasi.

Manda sering menceritakan bagaimana dia salting atau tersipu tiap kali Kak Faldo memperlakukannya secara istimewa. Kadang juga dia menceritakan ke-insecure-an nya karena walau sudah menjadi miliknya, masih banyak perempuan di kampus yang mencoba mendekati. Sebagai teman yang baik, aku mencoba menenangkan dan meyakinkannya kalau adalah pemenang hatinya Kak Faldo.

Tapi malam ini beda. Obrolan kita jadi makin intim. Sesekali Manda menceritakan soal 'sesuatu' yang harusnya aku tak perlu tahu. Tapi jujur, aku benar-benar tertarik mendengarnya.

"In, lo mau gue ceritain sesuatu gak? Tapi please, jangan bilang siapa-siapa," katanya sembari mengambil gorengan dari plastik hitam yang kami beli tadi.

PakahiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang