Oniel, Terugblik

4.5K 62 1
                                    

Cek link  yang ada di bio!


___***___


Ketika kata 'Bali' terlintas, sebagian besar orang akan berpikir tempat destinasi wisata yang penuh akan pantai dan kental akan budayanya. Mereka akan sibuk membicarakan dan membandingkan pantai mana yang paling bagus dan paling indah. Namun, berbeda dalam benak seorang Cornelia Vanisa.

Bali menyimpan begitu banyak kenangan dalam benak Oniel walaupun kenangan itu hanya berjalan dalam tiga hari dua malam saat itu. Sedikit cepat, namun sangat membekas dalam benaknya.

Di Bali, Oniel menemukan cinta pertamanya. Perasaannya terbalas dengan diucapkan kata 'iya' dari seorang Bima, laki-laki yang membuat hati Oniel luluh sejak awal masuk SMA. Di Bali juga mereka resmi berpacaran. Dan saat itu, terjadilah hal yang sangat tabu. Lompatan besar mereka lakukan menuju ke awal pintu kedewasaan.

***

Tiga tahun yang lalu...

Hanya saling diam dan bertukar pandang yang mereka lakukan di teras hotel Nusa Dua Bali. Taburan bintang-bintang kerlap-kerlip di angkasa menjadi saksi bisu saat Bima menyatakan perasaannya kepada Oniel. Sekejap memalingkan muka berusaha menyembunyikan rona merah yang perlahan menghiasi wajah sebelum mata mereka saling memandang lurus mencari keyakinan di dalam ucapan itu.

Aku yakin.

Hanya itu yang terlintas dalam benak Oniel sebelum mengatakan 'iya' tanpa ragu. Resmi lah hubungan mereka setelah selama satu tahun hanya saling diam, saling mengamati dari kejauhan, mengagumi keindahan paras mereka dalam diam.

"Makasih," Bima berucap sembari melempar senyumnya, lalu memalingkan muka menghindari tatapan Oniel yang membuat dadanya berdegup tak karuan.

Sementara Oniel sendiri dengan sekuat hati menatap orang yang dia sukai dari dulu. Bukan hanya soal paras, namun tutur dan kelakuannya juga membuat hatinya yakin. Detik itu juga Oniel siap menitipkan hatinya pada Bima.

"Mau jalan-jalan?" tanya Bima setelah memberanikan hatinya kembali menatap Oniel di hadapannya.

Oniel hanya mengangguk, lalu dia tersenyum memamerkan gigi kelincinya yang lucu. Tangan mereka saling bergandeng menuju ke pelataran hotel.

"Mau kemana?" sergah seorang guru yang sedang bersantai di lobby hotel. Oniel dan Bima yang awalnya saling bergandeng tangan langsung mengambil jarak. Senyum kikuk mereka lemparkan agar dapat menyembunyikan rasa panik dan malu mereka.

"Mau jalan-jalan, Pak," jawab Oniel berusaha sesopan mungkin.

Pak Anton, guru Matematika sekolahnya itu terkenal tegas akan peraturan. Oniel tak ingin Pak Anton tersinggung dan berujung menyuruh mereka untuk kembali ke kamar hotel.

"Kalian harus sampe hotel lagi jam 11 malam. Kalau lebih dari itu, awas aja, orang tua mu bakal Bapak telpon langsung," Pak Anton tegas berucap.

"Baik, Pak," jawab Oniel dan Bima serempak.

Tak ingin ancaman Pak Anton tadi menjadi kenyataan, Oniel dan Bima sampai ke hotel tepat pukul 11 malam. Setelah berjalan-jalan di sekitar hotel, mereka merasa sudah cukup. Tenaga sudah habis sedangkan esok hari masih ada kegiatan study tour yang harus dijalani. Hal itu lah yang membuat mereka memilih kembali ke kamar hotel untuk beristirahat.

Bima masih ingin bersama Oniel. Ia lantas mengantarkan kekasihnya itu ke kamar hotelnya.

"Aku masih pengen sama kamu, Niel," ucap Bima ketika sampai di depan pintu hotel kamar Oniel.

PakahiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang