Pagi ini Rose menjalankan aktivitasnya seperti biasa. Setelah membersihkan rumah, dia memasak untuk seluruh penghuni disini. Meskipun dia belum menikah dengan Jimin, namun itu bukan berarti dia terus berpangku tangan begitu saja.
Dirasa semuanya telah siap, Rose menghidangkan semua makanan diatas meja makan.
"Pagi mama" sapa Justin.
Bocah itu semakin tampan dengan seragam sekolahnya. Setelahnya dia menarik kursi dan langsung duduk. Justin tidak sabar untuk sarapan. Memang, Justin anak yang gemar sekali makan. Persis seperti dirinya, bedanya sekarang Rose mulai menahan agar tidak terlalu berlebihan.
Tak lama kemudian, datanglah Juna dan Jimin. Keduanya juga tak kalah tampan dengan Justin. Rose akui, ketampanan Jimin menurun lekat pada kedua putranya. Begitu pun sifat pria itu.
"Kalian lama sekali. Lihat Mama sudah lapar tau!"
Rose hanya tersenyum menanggapi pernyataan Justin. Rose tahu kalau sebenarnya bocah itu yang sudah tidak tahan lapar, tapi sengaja menggunakan namanya untuk melindungi dirinya sendiri.
Meskipun begitu, Rose tidak marah sama sekali. Dia bahkan mengganggap itu hal yang lucu.
"Mama yang lapar atau kau Justin?" Jimin mulai bersuara. Dia tahu kalau itu akal akalan putra bungsunya.
Melihat niat Adiknya mudah terbongkar, Juna hanya menampilkan seringaian diwajah tampannya. Dia masih kesal karena tingkah Justin beberapa hari yang lalu. Enak saja bocah itu merusak kesenangannya.
"Diam lah kak!! Wajahmu tambah jelek saat kau seperti itu" maki Justin yang tidak terima saat melihat senyum menjengkelkan Kakak kandungnya.
"Sudah lebih baik kita sarapan sekarang"
Setelah mendegar intrupsi Jimin yang memang megang kendali di rumah ini, semuanya mulai menuruti ucapannya. Satu per satu mereka mulai mengambil makanan yang tersaji di hadapan mereka.
Disaat Jimin, Juna dan Justin tengah menikmati makanannya, lain halnya dengan Rose yang lebih banyak diam. Dia tidak terlalu menikmati makanan buatannya pagi ini. Namun Rose berusaha untuk bertingkah biasa saja.
Dua puluh menit berlalu, kini piring mereka semua telah habis tanpa sisa. Selanjutnya sarapan pagi, ditutup dengan Jimin yang meminum secangkir teh buatan Rose. Sementara kedua putranya meminum susu coklat. Tak jauh berbeda, Rose pun ikut menyeruput teh miliknya.
Namun, saat sedang minum sorot mata Rose melirik ke arah Jimin yang masih menikmati teh buatannya. Tak lama bola matanya beralih menatap Juna dan Justin yang menghabiskan susu coklat tanpa sisa.
Bahkan Rose melihat Justin yang tertawa kegirangan karena bekas susu yang nemenpel di atas bibir Juna seperti kumis.
Melihat tawa itu membuat hati Rose dilema. Haruskah dia melakukan apa yang disarankan Pamannya?
KAMU SEDANG MEMBACA
HISTOIRE COURTE | Jirose
RandomBagian kedua dari SHORT STORY [ Jirosè ] Note : 1. Berisi cerita pendek Jirosè dengan berbagai versi. 2. Alur cerita versi Histoire courte tidak ada hubungannya dengan versi Short Story. 3. Seiring berjalannya alur, terdapat beberapa pemeran tambah...