Air

81 6 0
                                    

Dalam beberapa hal, Eunseo mendengarkan dengan penuh perhatian dan telah membuat kemajuan pesat dalam pembelajarannya.

Ketika Bona selesai, dia jatuh ke tempat tidur, kelelahan. Namun, Eunseo belum puas dan terus tanpa malu-malu membuat masalah untuknya sepanjang malam.

Eunseo tinggal di sana sepanjang malam, dan keduanya tidak tertidur sampai pukul satu atau dua pagi.

###

Keesokan harinya matahari bersinar terang di langit, tetapi tirai ditutup rapat, dan baru dibuka sekitar pukul 2 siang. Hubungan mereka baru berjalan beberapa bulan, jadi emosinya masih kuat. Bona masih berbaring di tempat tidur ketika Eunseo menggigit telinganya. Meskipun dia mencoba bergerak, dia tidak bisa melarikan diri.

"Apakah kamu punya sesuatu di sore hari?" tanya Bona, suaranya agak serak. Dia merasa lelah dan tidak akan membuka toko hari ini.

Eunseo membantu menyisir rambut berantakan yang menutupi leher Bona dan menjawab, "Tidak, aku seharusnya bebas sepanjang minggu karena kompetisi telah berakhir."

Bona tidak punya banyak tenaga, hanya bersenandung, dan berhenti bicara. Dia ingin beristirahat sebentar dan tidur. Eunseo tidak mengganggunya, dan dia berbaring di sampingnya dengan tenang.

Saat tertidur lelap, Bona merasakan sesuatu menekan tubuhnya, tetapi matanya tidak terbuka, jadi dia pasti merasakannya dalam mimpinya.

Dalam mimpinya, mereka berdua terpisah, dan Eunseo mencarinya di sebuah ngarai. Lembah itu padat penduduk, tanahnya basah, jalannya berlumpur dan licin. Dia menunggu Eunseo di lereng bukit terdekat dan memperhatikan saat Eunseo berjalan sangat lambat meskipun jarak di antara mereka pendek. Dia memanggil Eunseo dengan panik dan menyuruhnya bergegas, tetapi Eunseo tetap acuh tak acuh terhadap permohonannya.

Awan gelap di atas mereka berkumpul bersama, dan hujan jatuh ke tanah, membentuk aliran air berlumpur. Namun, Eunseo masih berjalan tanpa tergesa-gesa, dan hujan membasahi tubuhnya, air menetes dari buku-buku jarinya yang ramping.

Ketika akhirnya dia melangkah di depannya, Bona memeluknya erat, seperti orang yang sedang sekarat yang berpegangan erat pada obat yang menyelamatkan hidupnya, menolak untuk melepaskannya. Dia merasakan keringat menetes di wajahnya, perasaan selamat dari malapetaka yang menimpanya.

Eunseo mengusap punggungnya dengan tangan yang menenangkan, dan berbisik menggoda di telinganya, "Unnie..."

Dadanya terasa sesak saat ia terbangun, dan ia mencoba menenangkan napasnya. Butuh waktu lama sebelum pikirannya kembali jernih dan napasnya kembali stabil.

Eunseo bangun lebih dulu, membersihkan kamar, dan memesan makanan untuk dibawa pulang.

Ketika dia merasa cukup kuat, Bona mandi terlebih dahulu, membersihkan keringat lengket di tubuhnya.

Menjelang senja, mereka turun ke bawah untuk berjalan-jalan ketika Kakak Bona dan istrinya datang berkunjung.

Mereka berdua kebetulan lewat dan ingin membawa makanan dan melihat keadaannya.

Kebetulan saat itu Bona sedang berpegangan tangan dengan Eunseo, sebuah isyarat intim yang tidak bisa disalahartikan dengan hal lain.

Meskipun Kakak Bona menerima orientasi seksual adik perempuannya, dia tetap terpaku saat melihat mereka berdua. Dia mengira adik perempuannya adalah orang yang berpikiran jernih dan pasangannya adalah orang seperti dia, orang yang stabil dan dewasa. Dia tidak mengerti mengapa adik perempuannya bersama seseorang yang tampak seperti mahasiswa.

Setelah mengajukan pertanyaan, dia menyadari bahwa orang itu tidak hanya tampak seperti seorang pelajar tetapi juga seorang pelajar.

Wajah Kakak Bona berubah menjadi ekspresi rumit, tetapi istrinya tetap tenang dan dengan sopan menyapa Eunseo.

Keempat orang itu menaiki tangga, dan sepanjang waktu alis Kakak Bona berkerut, dahinya berkerut. Tampaknya dia tidak setuju dengan Eunseo yang menjadi kekasih adiknya.

Eunseo berusia 21 tahun tahun ini, dan Bona kecilnya lima tahun lebih tua. Meskipun ini bukan perbedaan yang besar, yang lainnya masih merupakan pelajar yang belum berpengalaman, seseorang yang dapat dengan mudah menyakiti Bona. Kakak Bona sangat tidak puas saat memikirkan hal ini.

Saat mereka masuk, Eunseo menuangkan minuman untuk semua orang. Kakak ipar tersenyum dan berterima kasih kepada Eunseo, tetapi Kakak Bona masih memasang ekspresi serius.

「✓」 The Warmhearted You - EUNBO VERSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang