Navero merasakan perasaan mencekik yang terus melingkupinya saat ini. Bau feromon yang kian ia cium semakin lama semakin membuat Navero kesulitan untuk bernafas. Seperti ada sesuatu yang menekan dadanya dengan kuat.
“E-emida..” Navero berucap dengan lirih mencoba memanggil sang pengawal yang sudah pasti mengikutinya keluar.
“Pangeran? Apa anda baik-baik saja?!” Krittin nampak panik saat melihat situasi Navero yang kini terlihat tidak baik.
“Pangeran Navero.” Krittin sudah akan mendekati tubuh Navero tapi langsung dihalangi dengan kehadiran Emida yang kini sedang mencoba menopang tubuh Navero yang tampak lemas.
“Pangeran! Apa anda baik-baik saja?!” Emida tampak panik melihat raut wajah sang Pangeran yang kini tampak pucat.
“A-alpha.. Emida.” Suara Navero yang lirih tetap membuat Emida mengerti dan langsung merangkul tubuh Navero agar berjalan semakin masuk ke dalam kedai.
Bagaimanapun Emida tidak ingin membuat keributan dan ber akhir seluruh pengunjung yang ada disini mengetahui keberadaan Pangeran nya.
Pangeran Krittin tentu saja mengikuti langkahnya dengan Ricko yang merupakan seorang pengawal pribadi nya yang juga ikut mengawasi mereka berdua sedari tadi bersama dengan Emida.
“Bibi!” Emida berteriak memanggil sang bibi pemilik kedai saat sudah memasuki bagian belakang kedai.
“Astaga Emida! Ada apa dengan Pangeran Navero?!” Bibi itu juga ikut panik melihat kondisi Pangeran yang kini tampak semakin melemas dengan nafas yang tersengal-sengal.
“Tolong bantu Pangeran Bibi.” Tidak ada waktu untuk menjelaskan membuat Bibi kini memimpin jalan dan membawa mereka ke salah satu ruangan yang ada di kedai.
“Baringkan Pangeran disana.” Ujar Bibi menunjuk tempat yang sudah memiliki alas di atasnya.
“Kalian para Alpha, keluar lah.” ucapan sang Bibi membuat Krittin nampak bingung.
“Aku ingin mengetahui kondisi-” Ucapan Krittin tertahan saat dia mencium bau seorang Omega yang semerbak sehingga membuatnya harus menutup hidungnya.
“Pangeran Krittin kita harus pergi! Ricko! bawa Pangeranmu!” Emida menyeret dua orang pria besar itu keluar dari ruangan dan menutup rapat pintunya.
Emida berdiri menjaga di depan pintu dan kini menatap penuh amarah kepada Pangeran Mahkota yang pasti tampak bingung dengan semua kejadian yang menimpanya.
“Walaupun Anda seorang Pangeran Mahkota, saya tidak akan diam jika anda berani menyakiti Pangeran Navero.” Ucapan dan tatapan intimidasi diberikan Emida kepada sang Pangeran Mahkota.
“Emida, sebenarnya ada apa ini? Ada apa dengan Navero? Apakah dia memang sedang sakit?”
“Anda dan feromon Alpha anda yang terus menguar bisa saja membunuh Pangeran!” Emida melangkah mendekat sambil menunjukkan jarinya ke depan Krittin membuat Ricko yang sedari tadi ada disampingnya kini menghalangi mereka berdua.
“Jaga sikap dan bicara anda di depan Pangeran.”
“Ricko.” Krittin bersuara membuat Ricko mengganguk mengerti dan menyingkir dari hadapan dua orang itu.
“Aku memang sempat mengeluarkan feromon ku sedikit agar menenangkan Pangeran Navero ketika dia terlihat tidak nyaman. Dan aku yakin, feromon yang ku keluarkan tidak akan menyakiti nya Emida.” Krittin menjelaskan kejadian beberapa saat yang lalu.
“Anda tidak tahu apapun tentang Pangeran Navero! Seharusnya anda tidak bertindak seperti anda sudah mengenalnya!”
“Maka beritahu saya Emida. Apa yang tidak saya ketahui tentang hal ini.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Happiness | PoohPavel
Fanfiction[KINGDOM ABO] Lamaran yang di terima Navero sebagai pendamping calon penerus Kerajaan, apakah akan membuat hidupnya lebih baik daripada sekarang? "Omega, sayang. Lihat aku." Navero menatap mata sang suami yang kini berwarna keemasan. Warna mata sang...