Chapter 11

522 51 4
                                    

Taman Rila. Sebuah lapangan luas yang berisikan beribu macam bunga yang menghiasi tiap tanahnya. Dengan udara sejuk dan angin yang berhembus pelan tetapi bisa menghantarkan rasa sejuk ketika menyentuh tubuh.

Konon katanya jika kau bermimpi bisa mengunjungi tempat yang menurut para tetua adalah tempat tinggal sang Moon Goddess itu menunjukkan dua makna.

Satu, kau merupakan manusia yang memiliki jiwa Wolf yang terpilih. Bisa dikatakan, kesukaan sang Moon Goddess.

Dua, kau menginginkan sesuatu dan sang dewi bulan akan mengajukan kesepakatan denganmu.

Leo yakin jika dirinya bukanlah opsi kedua. Karena seberapa pun dirinya menginginkan sesuatu, ia tidak akan membuat kesepakatan dengan Dewi para Wolf tersebut.

Terlalu beresiko jika kau membuat kesepakatan dengan sang pencipta. Banyak hal yang harus kau korbankan jika itu melenceng dari takdir yang sudah ia tulis.

Maka, apakah kedatangannya kesini merupakan opsi pertama? Apakah ia Wolf terpilih sang Dewi?

Mata emas nya menelusuri tiap luas lapangan yang tidak memiliki ujung ini. Keempat kaki Wolfnya melangkah pelan diantara para bunga-bunga. Ia hanya terus berjalan tanpa tau arah. Sulit melihat sesuatu dengan jelas disini karena cahaya yang entah dari mana asalnya menerangi lapangan ini.

Langkah demi langkah ia lalu sampai akhirnya ia sampai di ujung taman bunga. Ia kini memijak tanah kosong yang tidak ditumbuhi oleh bunga, tetapi memiliki pohon-pohon rindang dan besar di depan sana.

Wolf Krittin itu hanya terus berjalan. Mengikuti naluri nya untuk terus maju kedepan. Dan pada saat itu, Leo tidak menyangka jika ia akan bertemu dengan mate nya disini.

Duduk bersimpuh dihadapan Moon Goddess. Dewi bulan yang bersinar dan terlihat sangat cantik. Siapapun yang melihatnya akan langsung mengetahui nya pada pandangan pertama.

Sang pencipta Wolf.

“Leo!”

Krittin tersentak dari tidurnya ketika Navero mengguncang tubuhnya cukup kuat. Alpha yang masih berwarna mata keemasan itu memandang Omeganya, “Veli!”

Navero kaget ketika Krittin langsung memanggil nama sang Omega dengan suara keras.

“Ada apa?! Mengapa berteriak di pagi hari?” raut Navero tampak bingung.

“Apa yang kau lakukan?” Krittin langsung bangkit dari tidurnya.

“Apa maksudmu Leo? Apa kau masih bermimpi saat ini?”

“Veli. Demi Moon Goddess. Aku melihatmu lagi di Taman Rila, ini sudah yang ketiga kalinya.”

Navero terdiam. Detak jantungnya mendadak terpompa sangat cepat. Omega itu mencoba sebisa mungkin agar mengatur ekspresi wajahnya.

“Apa yang kau lakukan Veli?” Krittin memegang kedua pundak itu. Membuat Navero agar tetap fokus menatapnya saat ini, “Kesepakatan apa?!” tanyanya.

“Tidak ada!” Navero menjawab dengan lantang,

“A-aku hanyalah Wolf terpilih.” bohong

Krittin menatap Omeganya dengan penuh selidik, “Veli jangan berbohong kepada ku.”

Aakhh!!” Navero memegangi perutnya dibarengi dengan suara pekikan, Krittin yang melihatnya seketika merasa panik.

“Apakah masih sakit?” tanyanya.

Navero menganggukkan kepalanya. Ia kini dalam posisi meringkuk. Krittin pun tanpa berlama-lama memanggil Emida untuk masuk ke dalam kamar mereka.

Ini baru hari kedua masa heatnya. Mungkin Navero masih tetap merasakan sakit walaupun sudah sedikit dibantu oleh Alphanya semalam.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 22 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Happiness | PoohPavelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang