••
Happy Reading :)
Tidak usah terfokus ke author, fokus saja ke ceritanya. Kalau rindu tinggal komen saja, gitu aja susah☺️Melihat baju seragam sekolahnya yang sudah sangat kotor dan tidak berbentuk lagi, gadis kecil itu hanya mampu menahan air matanya agar tidak terjatuh. Ini bukan pertama kalinya ia di bully teman-temannya, namun ini adalah kesekian kalinya.
Berlari di atas trotoar— sambil menahan Isak tangisnya. Ia tidak tahu harus beralasan apalagi sama papanya jika tiba di rumah.
Sekolah ke rumahnya tidak jauh, hanya ada beberapa rumah menjadi antaranya. Dengan langkah mungilnya, ia pun mencoba mendekati pintu kemudian mengetuk pintu itu— namun papanya tidak kunjung membuka untuknya.
"Papa belum pulang.." lirihnya sambil duduk di teras rumah yang beralaskan cor kasar.
Menunduk untuk kembali memandangi seragamnya yang sudah begitu lusuh— ia pun kembali menahan isaknya. Menekuk kedua lututnya sambil tangan menjadi penopang untuk kedua pipinya. Ia termenung— seorang anak kecil sepertinya seharusnya bermain, tapi berbeda dengan dirinya, ia lebih banyak memikirkan masa depan. Padahal ia masih kecil!
"Aziella?" Panggil seorang wanita yang mendekat dengan raut wajah bingungnya.
Gadis kecil itupun mendongak— menatap sang wanita dengan mata yang kini berkaca-kaca. Ia bangkit, lalu memeluk sang wanita dewasa yang ada di depannya. Wanita itupun dengan senang hati menerima pelukan gadis kecil itu. Setelah di rasa baik-baik saja, wanita dewasa itupun mulai merenggangkan pelukannya. Menatap gadis kecil itu yang kini sudah sejajar dengan tingginya.
"Aziella kenapa nangis?" Tanya wanita itu kaget— sambil menghapus air mata gadis kecil itu.
"A-aunty Irene... Bisa bantu Aziella nggak?" Tanya Aziella dengan tatapan memohon.
"Tentu, apa yang aunty harus bantu?" Tanya Irene sambil melihat seragam Aziella yang sudah tidak rapi.
"Ini" tunjuknya ke seragam diri sendiri.
Irene paham maksud Aziella, ia pun berdiri— lalu menarik tangan kecil Aziella untuk pergi ke rumahnya. Rumah Irene tepat di samping rumah milik Aziella, jadi papanya tidak perlu khawatir jika sang anak tidak ada. Karena ia sudah tahu bahwa anaknya itu pasti akan bermain dengan Irene sehabis pulang sekolah.
"Aziella di ejek sama teman-teman ya?" Tanya Irene sambil membantu Aziella melepaskan seragam sekolahnya.
Yang di tanya hanya menunduk— karena jujur, Aziella tidak pernah berbicara tentang teman-temannya yang suka membully. Karena merasa tidak ada jawaban, Irene pun hanya acuh. Ia tidak ingin jika Aziella tidak nyaman dengannya.
"Biar aunty Irene saja yang cuci ini, nee? Aziella duduk saja sambil menonton" ucap Irene yang hanya diangguki kepala oleh Aziella.
"Maaf merepotkan aunty terus.." lirih bocah itu yang masih menunduk.
"Aunty tidak merasa di repotkan, malahan aunty senang karena bisa membantu Aziella" senyum Irene membuat Aziella kembali memeluknya.
"Gomawo aunty" senyum lebar Aziella yang membuat Irene ikut merasa senang.
KAMU SEDANG MEMBACA
LITTLE CHANGE [CHAENNIE]
FantasyKetika kehidupan menghadirkan rintangan dan peluang dalam bentuk yang paling tak terduga, setiap keputusan kecil dapat membawa perubahan besar. Awalnya, dia benci untuk menerima kehadiran yang baru dalam hidupnya, terjebak dalam trauma masa lalu. Na...