🍂🍂

13 1 0
                                    

Author Pov :

PLAKK!!

Satu tamparan mendarat tepat di wajah mulus milik Izora, pelakunya siapa lagi jika buka Jeziel. Saking kerasnya tamparan itu, wajah Izora sampai berpaling dan rambut panjangnya menutupi sebagian wajah milik gadis itu. Sarah yang melihatnya membelalakan mata dan menutup mulutnya tak percaya. Tak hanya Sarah, teman-teman Jeziel dan siswa yang berada di kantin saat itu juga sama terkejutnya. suasana kantin yang tadinya berisik tiba-tiba menjadi hening seketika. Izora nampak masih bergeming.

Ia menahan rasa sakit, dan rasa terkejutnya. Sakit, sangat sakit. Tapi ia bingung, entah pipinya yang sakit atau hatinya yang sakit.

Sarah sudah akan maju untuk membalas Jeziel, namun Izora menahan lengannya kuat. Ia kemudian berbalik menatap Jeziel dengan sorot mata yang begitu tajam dan dingin, membuat Jeziel sedikit bergidik ngeri melihatnya.

Wajah Izora memerah menahan marah, ia kemudian beranjak dari sana tanpa sepatah katapun sambil menarik paksa tangan Sarah. Sarah yang pertama kali melihat Izora yang seperti itu hanya menurut tanpa berbicara sedikitpun.

Jeziel yang memperhatikan punggung Izora hingga gadis itu menghilang, Terbesit sedikit rasa bersalah di hatinya. Harusnya ia tak memperlakukan Izora sekasar itu.

Saat di kelas, Izora hanya diam dan menaruh kepalanya di atas meja yang bertumpu pada lengannya. Ia masih terkejut akan kejadian tadi, seumur-umur gadis itu baru pertama kali ditampar. Izora selalu dimanja oleh kedua orang tuanya, berkelahi dengan Dimas pun ujung-ujungnya hanya saling memukul dengan bantal saja.

Sarah yang dari tadi duduk di sampingnya juga tak berani mengajak Izora berbicara. Jadi ia hanya duduk dan menemani gadis itu.

Tak lama setelahnya, Dimas pun datang dengan terburu-buru dan menghampiri Izora. Menarik adik kecilnya itu untuk dipeluk. Diperlakukan seperti itu, membuat wajah Izora memanas. Air mata yang sejak tadi ia tahan akhirnya tumpah di dada sang kakak membasahi seragam miliknya.

Dimas dengan setia menemani Izora, menepuk nepuk punggungnya yang bergetar serta memberinya beberapa kecupan di pucuk kepala sang adik.

Dimas meraih pipi Izora untuk melihat wajah gadis itu, betapa terkejutnya ia saat melihat pipi kiri adiknya yang terlihat memerah serta mata sembab gadis itu, membuat Dimas naik pitam, rahangnya mengeras hingga gigi-giginya saling bergesekan.

"Jeziel yang lakuin ini ke lo?" Tanya Dimas dingin, Izora mengangguk lemah sebagai jawaban. Izora sebenarnya sudah tak ingin menangis tapi air matanya terus keluar tanpa diminta, ia beberapa kali menyeka air matanya dengan kasar. Izora sampai sesegukan dan sedikit sesak nafas akibat hidungnya yang tersumbat.

"U-udah, l-lo..balik ke kelas aja sana"

"Mana bisa gue ninggalin lo, dengan keadaan lo yang kayak gini" bagaimanapun Dimas mencemaskan Izora. saat diberitahu temannya tadi bahwa Izora ditampar oleh Jeziel, Dimas langsung berlari kalang kabut menuju kelas adiknya.

"Bentar lagi bel, l-lo nanti k-kena marah bego"

"Biarin aja, nggak peduli gue"

"Gue jambak y-yah" baru anak itu akan mengambil ancang-ancang untuk menjambak Dimas. Laki-laki itu langsung menggenggam kedua tangan adiknya.

"Lo tenang aja Ra, gue bakal ngasih pelajaran buat tuh anak"

"Apaan sih, nggak usah nambah masalah deh Dim, nanti mama papa tau. Oh iya awas aja kalo lo cepu, gue gunting bibir lo"

"Tapi dia udah nyakitin lo, gue nggak terima Zora! Yang boleh nyakitin lo tuh cuman gue, orang lain nggak boleh! Apa lagi sampe bikin lo nangis kek gini"

"Udah yah nanti kita bahas lagi, bu ika udah mau masuk" dengan terpaksa Dimas pergi meninggalkan kelas Izora, karena gadis itu menyeretnya keluar kelas.

"Sorry Ra, gara-gara gue"

"Apa sih, bukan salah siapa-siapa"

"Kalo gue nggak ngelakuin hal itu, mungkin lo nggak bakal digampar sama si setan itu"

"Santai aja, malahan gue mau bilang makasih karna lo udah nyiram tuh lonte. Puas banget gue hahaha...."

"Si anying, masih sempet-sempetnya ketawa"

"Pulang nanti temenin gue ke kelasnya Dimas, gue takut dia ngajak Jezial duet"

"Abang lo marah banget, gue baru pertama kali liat dia semarah itu"

"Gue juga, makanya gue takut dia apa-apain Jezial. Nanti makin runyam masalahnya"

"Ntar gue temenin deh, btw pipi lo masih sakit nggak?"

"Yah sakitlah njeng! Dia gampar gue tuh kek penuh dendam tau nggak"

"Yah udah tunggu bentar"

"Mau kemana?" Tanya Izora yang melihat Sarah beranjak dari tempat duduknya.

"Ada deh, tunggu aja"

"Sar, SARAH!!" baru Izora akan bertanya kembali, tapi Sarah sudah menghilang pergi entah kemana.

Tak lama kemudian, Sarah kembali dengan sebotol air dingin di tangannya lalu menempelkan botol itu ke pipi Izora membuat gadis itu terlonjak kaget.

"DINGIN BEGO!!"

"Buat ngompres pipi lo, biar agak berkurang sakitnya"

"Lebay lo, nggak apa-apa gue"

"Nggak usah sok tegar anjing, gue tau itu pasti sakit banget"

"Perhatian banget sih sayang"

"Diem atau gue getok pala lo pake botol?"

"Oh iya Sar, pala gue juga dijambak tadi. Sakit banget njir"

"Entar gue jambak juga tuh cewek, tapi nunggu dia putus dulu, biar nggak ada backingan"

"Halah paling besok udah putus, liat aja. Dia cuman mainan buat si kunyuk"

Tak lama gurupun datang dan memulai pelajaran. 2 jam berlalu tak terasa dering bel tanda pulang berbunyi. Izora segera mengemasi barang-barangnya dan memasukkannya ke dalam tas, ia lalu menarik tangan Sarah dengan tergesa-gesa. Untung saja Sarah siap, kalau tidak ia mungkin sudah terjatuh. Sarah mengomel sepanjang jalan karena Izora menariknya dan berjalan sangat cepat seperti orang kesetanan.

Sampainya ia di kelas, gadis itu kemudian mencari kakaknya. Namun nihil, Izora tak menemukan keberadaan laki-lai itu.

"Kak Jun, liat Dimas nggak?" Tanya Izora pada salah satu teman Kelas Dimas yaitu Dejun.

"Nggak liat Ra, tapi tadi pas bel dia langsung pergi bareng Ten,Hendri, sama Ryan. Trus mukanya nggak selow gitu"

"Mampus!! Kita telat Ra" ucap Sarah sambil memegang bahu Izora.

"Kenapa sih Ra? Ada apa?" Tanya Dejun penasaran.

"Nggak kak, nggak ada apa-apa kok, kalo gitu Zora sama Sarah duluan yah" pamit Izora, dan kemudian segera mencari keberadaan Dimas kakaknya.

Izora tak berhenti memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang buruk di dalam otaknya. Sambil terus berjalan, Izora tak sengaja mendengar percakapan dua orang siswa laki-laki yang menyebut nama Jeziel.

"Tadi gue nggak sengaja liat, geng kak Jeziel di kepung sama gengnya kak Dimas"

Izora yang mendengarnya kemudian membalikkan badan dan menahan dua Siswa itu.

"Lo bilang apa tadi?" Tanyanya, dan Siswa itu kembali mengulangi kalimatnya.

"Trus mereka dimana? Maksud gue, kakak gue dimana?"

"Di gedung belakang sekolah, tapi mending lo nggak usah kesana" ucap pria itu mengingatkan

"Thanks buat infonya" setelah mengetahui info tersebut, Izora langsung berlari ke tempat yang tadi orang itu sebutkan, meninggalkan Sarah di belakang yang susah payah menyusulnya.

DIJODOHIN BADBOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang