🤕🤕

12 0 0
                                    


Izora mengatur nafasnya saat ia sampai di lokasi, betapa terkejutnya ia saat melihat Dimas sudah berada di atas tubuh Jeziel yang terbaring di tanah dengan mencengkram kuat kerah seragam milik pria itu.

"DIMAS STOP NGGAK!!!" Izora mendorong tubuh milik Dimas agar lelaki itu menghentikan aksinya yang hendak  memukul Jeziel kembali.

"UDAH GILA LO!! LO MAU NGEBUNUH ANAK ORANG HAH?"

"DIA UDAH NAMPAR LO! gue nggak terima Ra, nggak terima tau nggak! Gue aja abang lo nggak pernah nampar lo, dia siapa sampe berani nampar lo depan umum!!"

"Trus dengan cara lo kayak gini bikin gue seneng gitu? Mikir anjing!, nggak semua masalah bisa diselesein pake kekerasan"

"Nih bajingan emang pantas di pukul!!, SINI LO ANJING!!" Dimas hendak memukul Jeziel yang masih terbaring di tanah, namu Izora menahannya.

"GUE BILANG UDAH!! Lo nggak liat kak Jaziel babak belur?" dengan tenaga yang ia punya Izora mendorong dada Dimas menggunakan kedua tangannya.

"Lo belain dia?"

"Gue nggak belain dia, tapi liat kondisi lo! Muka lo bonyok Dimas. Lo mau bikin Mama Papa khawatir?"

Pria itu terdiam, benar apa yang dikatakannya. Setelah ini ia harus mencari alasan yang tepat saat orang tuanya bertanya. Dimas mengusap wajahnya kasar, ia masih sangat emosi dengan Jeziel tapi ia juga tak bisa mengabaikan ucapan Izora adiknya.

Izora hendak membantu Jeziel berdiri, namun laki-laki itu menepis tangan Izora dengan kasar. Dimas kembali emosi melihat Jeziel memperlakukan adiknya, tapi Izora kembali menahan Dimas dan menggeleng kepadanya seperti berkata "jangan" .

"Rak" panggil Jeziel kepada salah satu temannya yang bernama Raka. Raka dengan sigap membantu Jeziel berdiri dengan memapah sebelah tangannya.

"Inget janji lo anjing! Lo kalah dari gue!" Ucap Dimas memperingatkan,

"Bacot!" Dengan dibantu Raka, Jeziel pergi begitu saja bersama dengan teman-teman Jeziel yang lainnya.

"Janji apa Dim?" Tanya Izora penasaran, tapi Dimas memilih untuk bungkam membuat Izora tersulut emosi.

"JANJI APA GUE TANYA? Ngomong bangsat!"

"Lo nggak perlu tau" Final Dimas, lalu pergi meninggalkan Izora dan Sarah.

"Arrghhh!! Kenapa jadi kayak gini sih!!" emosi Izora sambil membanting tas yang sedari tadi berada di punggungnya.

"Tenang njir, lo jangan ikutan emosi" ucap Sarah yang sedang memungut tas Izora yang dilemparnya tadi.

"Si Dimas goblok itu taruhan apaan lagi sih?!"

"Yang pasti tentang lo"

"Iyalah tentang gue, masa tentang ibu kantin. Kan nggak mungkin begooo~!"  Katanya sambil mengguncang tubuh Sarah

"Sakit ege, ini badan yah Ra. Bukan pohon jambu, main guncang aja lo"

"Aahhhh bikin gue overthinking aja sih~"

"Daripada lu begini, nongkrong yuk"

"Ya udah deh, gue juga males balik ke apart. Ntar ketemu si Jazial kampret itu. Tapi kok gue kepikiran dia yah Sar? Mukanya bonyok banget tadi gegara si Dimas"

"Jadi lo mau balik apa mau nongkrong dulu?" Tanya Sarah memastikan saat ia melihat wajah kebingungan sahabatnya itu.

"Balik ajalah gue, nggak tega juga liat Jeziel begitu"

"Lo kenapa segitunya sih sama si anjing? Lupa, dia udah gampar lo?"

"Yah begitu-begitu juga dia laki gue"

"Serah lo deh, emang yah orang kalo udah bucin, susah dikasih tau"

"Kek lo nggak aja nyet"

Merekapun berjalan menuju parkiran untuk mengambil kendaraan mereka masing-masing. Dan saat keluar dari gerbang mereka memutuskan untuk berpisah.

Dijalan Izora sempat singgah sebentar di Apotek untuk membeli salep luka serta obat merah untuk Jeziel.

"Gue ngapain sih?? Apa nggak usah aja yak? Tapi udah terlanjur beli" monolognya pada diri sendiri. Ia masih sangat kesal dengan pria itu, namun disisi lain ia juga tak tega melihat wajah Jeziel penuh dengan luka akibat perbuatan kakaknya.

Setelah lama berpikir, ia memutuskan untuk membawa obat itu pulang dan akan memberikannya pada Jeziel.

Sampainya Izora di apartemennya, ia celingak celinguk mencari keberadaan Jeziel, namun ia tak menemukan pria itu dimanapun. Hingga Izora masuk kedalam kamar.

"Anjir!! Kaget gue" katanya sambil mengelus-elus dadanya untuk menetralkan rasa terkejutnya. Bagaimana ia tak terkejut jika saat dirinya membuka pintu, bersamaan dengan Jeziel yang hendak keluar sambil menatap begitu tajam ke arahnya.

"Mau kemana?" Katanya saat Jeziel pergi begitu saja tanpa memperdulikan dirinya.

"Bukan urusan lo"

"Tau bukan urusan gue, tapi minimal obatin dulu luka lo!"

"Peduli apa lo?" Ucapnya dingin sambil menaikkan sebelah alisnya.

"Yah gue peduli lah, kan gue bini lo bangsaaattt" kata Izora dalam hati, karena ia tak berani memberitahu Jeziel.

"Semua gara-gara kakak gue, jadi gue bertanggung jawab buat ngobatin lo"

"Nggak usah, gue nggak butuh" finalnya lalu beranjak dari sana, namun dengan cepat Izora menarik tangan pria itu membawanya duduk di sofa.

"Pala batu, duduk lo!"

"Apa-apaan sih lo!!" Bentaknya tak terima, ia hendak berdiri namun kembali ditahan oleh Izora.

"BISA NGGAK SIH LO NURUTIN GUE SEKALI AJA?!!! LO KENAPA SUSAH BANGET SIH DIBILANGIN? GUE CUMAN MAU NGOBATIN LUKA LO!!" Emosi gadis itu karena pria yang ada di sampingnya ini begitu keras kepala menurutnya.

Namun cara itu berhasil, Jeziel akhirnya duduk dan menuruti perintah Izora. Gadis itu mulai dengan teliti mengobati wajah Jeziel yang lebam dan penuh luka.

Jeziel meringis menahan sakit saat kapas yang diberi alkohol itu menyentuh permukaan kulitnya yang terluka. Izora meniup-niup wajah Jeziel yang ia bersihkan dengan alkohol untuk mengurangi rasa perihnya. Namun posisi wajahnya dengan Jeziel begitu dekat hingga membuat jantungnya berdetak tak karuan.

Wajahnya memerah namun ia berusaha menutupinya dari Jeziel, Izora dengan segera menyelesaikan aktivitasnya agar ia tak terus menerus menatap wajah lelaki itu.

"Anjir, ini gue kenapa deg-degan banget yah depan-depanan gini sama Si Jezial anjing ini?" Tanyanya dalam hat, ia mengerjapkan matanya beberapa kali untuk menetralkan rasa deg-deganannya.

Setelah selesai, Jeziel kemudian pergi meninggalkan Izora tanpa sepatah kata pun. Izora menatap punggung laki-laki itu hingga sosoknya menghilang dari balik pintu.

"Liat aja kak, gue bakal bikin lo jatuh cinta juga ke gue" katanya lalu membersihkan peralatan P3K itu dan pergi ke kamar untuk membersihkan diri.








DIJODOHIN BADBOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang