Lo peduli?

8 1 0
                                    

4 bulan berlalu. Sudah terhitung 5 bulan Jeziel dan Izora tinggal bersama, namun masih belum ada perkembangan dalam hububgan mereka. Jeziel yang masih cuek dan Izora yang masih berusaha merebut hati Jeziel.

"Jeziel!" Teriak salah satu teman Jeziel dari arah kejauhan dengan langkah yang tergesa-gesa.

"Paan?" Tanyanya bingung sambil membenarkan posisi tasnya yang bertengger di sebelah kanan pundaknya.

Sebelum berbicara, Raka mengatur napasnya yang terengah-engah akibat berlari menghampiri lelaki itu.

"Dicariin juga dari tadi"

"Napa sih lo? Ada apa emang?"

"Gawat Zel, pacar lo ngelabrak si Zora!"

"Pacar yang mana?"

"Ini nih, makanya jan jadi buaya pacar dimana-mana ampe nggak tau yang mana"

"Bacot lo, kalah saing tuh bilang"

"Halah, gue lagi nggak mau bahas itu. Mending lo kelapangan sekarang. Tadi gue liat jidatnya Zora berdarah gara-gara si Sindy mukul dia pake Hp"

Tanpa banyak bicara lagi, Jeziel langsung bergegas kelapangan seperti yang Raka suruh. Sampainnya disana ia melihat Izora sudah terduduk diatas lapangan basket dengan penampilan yang sangat kacau.

Tak lama setelah kedatangan Jeziel, Dimas yang ditemani oleh Ten juga datang raut wajah yang sangat marah.

Jeziel hendak menghampiri Izora namun Dimas lebih dulu menolong adiknya. Setelah membantu Izora berdiri, Dimas menitipkan adiknya pada Ten, emosi Dimas saat ini tak terkontrol. Ia mencengkram kuat kerah baju milik Sindy lalu hendak menampar wanita itu. Namun dengan sigap Jeziel menahan lengan Dimas.

"Udah gila lo! Lo mau gampar cewek?"

"URUSAN SAMA LO APA ANJING!!?, LEPAS!!"

"Dia cewek kalo lo lupa"

"kalo ada yang nyakitin adek gue, mau dia cowok atau cewek sekalipun gue nggak bakal segan-segan buat mukul dia" ucap Dimas menekan setiap ucapan yang ia lontarkan untuk Jeziel.

"Mending lo minggir sebelum lo yang gue pukul" sorot matanya menatap tajam Jeziel.

"Kak udah, Zora malu diliatin temen-temen" ucap Izora dengan suara yang sedikit bergetar, dengan sisa tenaga yang dimilikinya ia menarik Dimas menjauh dari kerumunan orang-orang. Ia takut kakaknya lepas kendali dan malah berkelahi dengan Jeziel.

Syukurlah laki-laki itu menurut dan pergi menjauh bersama adiknya. Jeziel mengamati kepergian kakak beradik itu hingga mereka menghilang dari pandangannya.

Jeziel kemudian beralih menatap Sindy dengan ganas, Sindy yang ditatap seperti itu jadi salah tingkah dan takut. Dan dengan cepat ia memberi penjelasan kepada Jeziel.

"Kata Jena dia nggak sengaja liat kamu pulang bareng sama si cabe, pasti dia godain kamu buat pulang bareng kan El? Emang dasar lonte!"

"Omongan gue kemaren kurang jelas buat lo?"

"Kamu apa-apaan sih El? Aku nggak mau putus! Plis jangan tinggalin aku El" Kata Sindy memohon sambil menggenggam lengan Jeziel, namu laki-laki itu malah menghempaskan tangan Sindy dengan kasar.

"Gue yang ngajakin Zora pulang. Jadi jangan berani lo sebut dia kayak tadi atau gue bakal sobek mulut lo itu" katanya sebelum pergi meninggalkan Sindy.

Alasan Jeziel pulang bersama Izora kemarin karena orang tua Jeziel mengajak mereka berdua untuk makan malam bersama, jadi Jeziel terpaksa harus pulang bersama Izora.

Pulang sekolah, Jeziel tak langsung pulang namun ia sedang asyik berpacaran dengan pacarnya yang baru. Di kejauhan ia tak sengaja bertatapan dengan Izora yang baru pulang karena harus berurusan dengan BK terlebih dahulu. Izora tersenyum ke arahnya namun Jeziel malah membuang muka membuat senyum diwajah cantik Izora luntur seketika.

Gadis itu memilih untuk pulang daripada harus mencari perhatian laki-laki itu, ia nampak sangat lelah. Jeziel hanya melihat namun enggan untuk menghampiri.

Malam hari tiba, Jeziel baru pulang dan mendapati Izora yang tertidur di sofa. Ia memperhatikan Izora dari atas kebawah yang nampak terlihat semakin kurus dimatanya. Namun perhatiannya terfokus pada jari-jari lentik Izora yang beberapa terbungkus plester luka.

Saat Izora melenguh dalam tidurnya, Jeziel buru-buru pergi dan masuk ke dalam kamarnya. Izora yang mendengar suara pintu ditutup pun tebangun sepenuhnya. Ia mengetuk pintu kamar Jeziel dan hendak masuk namun baru setengah pintu itu terbuka, Jeziel malah berteriak menyuruhnya keluar. Izora dengan takut-takut mulai menutup pintu itu dengan hati-hati.

Jeziel mulai mempertanyakan pada diriniya sendiri apakah ia sudah terlalu kejam kepada gadis itu. Namun ia tak bisa mengubah kebiasaannya pada Izora mengingat gadis itu benar-benar membuatnya jengkel kadang-kadang.

"Kak, gue udah masak buat lo. Nanti dimakan yah? Gue mau keluar sebentar" ucap gadis itu dari luar beberapa saat setelah dirinya mandi dan tengah asyik bermain game yang ada pada ponselnya.

Jeziel hanya mendengus dan menghubungi seseorang, setelah ia selesai. Jeziel kemudian berdiri dan mengambil jaketnya yang tergeletak di atas kasur.

Tak butuh waktu lama, Jeziel sampai dilokasi dimana semua teman-temannya sudah berkumpul.

"Yo bro!!" Ucap salah satu teman Jeziel sambil mengajaknya bersalaman ala anak muda.

"Ngapain disini??" Tanya Jeziel kebingungan, pasalnya ini baru pertama kali teman-temannya mengajak berkumpul di stadion balap.

"Nonton balap lah dongo, pertanyaan lo apaan banget hahaha"

"Maksud gue tumben lo ngajak kumpul disini, biasanya juga di club"

"Bosan, kata Raka di stadion banyak cewek cantik" kata Lion yang sedari tadi celingak celinguk mencari wanita cantik.

"Skali-kali cari suasana baru kan" ucap Raka sambil merangkul pundak Jeziel, namun laki-laki itu hanya memutar bola matanya malas.

"Eh udah mau mulai! Ke podium yuk!" Ajak Raka pada temannya dan diikuti oleh ke tiga orang itu.

Sorak sorai penonton mulai bergemuruh memecah keheningam malam ini, telihat dua orang yang sedang menggeber-geberkan motor mereka di area lintasan.

Bendera terangkat, tanda balapan telah dimulai, kedua peserta balap itu seketika menghilang seperti angin.

Tak butuh waktu lama salah satu dari keduanya mulai terlihat, semua penonton kembali heboh sambil meneriaki nama jagoan mereka masing-masing. Jeziel nampak serius memperhatikan hingga mulut pria itu menganga saat motor milik seseorang itu melintasi garis finish secara dramatis.

Tepuk tangan dari segal penjuru arah mulai terdengar. Terlihat beberapa orang mulai mendatangi sang pemenang sambil memeluknya. Namun perhatian Jeziel tertuju pada satu orang yaitu Sarah. Jika Sarah berada disini maka Izora juga pasti datang bersama gadis itu pikir Jeziel.

"Udah selesai, yok balik! Atau mau ke club dulu?" tawar Jonan pada teman-temannya.

"Boleh tuh, lagian besok weekend jadi boleh lah sampe pagi. Iya nggak?" Ucap Raka sambil merangkul bahu Jeziel sambil menaik turunkan alisnya. Laki-laki itu hanya berdehem menanggapi.

Tak lama terdengar keributan dari jauh, membuat Jeziel dan yang lainnya pun berbodong-bondong menghampiri kerumunan.

Salah satu dari mereka yang terlibat adalah Sosok pemenang yang sempat membuat Jeziel terpukau akan kehebatannya di arena. Namun seketika Jeziel dibuat tercengang saat orang itu membuka helmnya. Ternyata sosok itu tak lain adalah Izora.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DIJODOHIN BADBOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang