👫👫

8 1 0
                                    


Izora pov :

"Halo,Lo dimana?"

"Cafe"

"Cafe yang mana tai? Yang jelas kalo ngomong"

"Cafe deket taman yang samping komplek"

"Bareng siapa?"

"Yah, kek biasa"

"Tunggu gue 15 menit, gue kesana sekarang. Awas lo balik, gue getok pala lo pake tugu monas"

Abis nelpon Dimas, gue nelpon si Sarah buat nyusulin gue ke Cafe tempat Dimas dan temen-temennya nongkrong. Gue masih bete banget sama si Jezial itu. Udah gue obatin juga. Minimal makasih kek anjir, nggak main pergi-pergi aja kek setan.

Pas dimotor gue ngedumel sendiri, nggak kerasa udah nyampe di tempat yang Dimas maksud. Gue langsung apal sih tempatnya, secara gue kalo balik sekolah kadang suka nongkrong disitu bareng Sarah.

"Dimas!"

"Apa-apaan sih lo, dateng-dateng main teriak-teriak aja"

"Ikut gue, ada yang mau gue omongin sama lo"

"Lah disinikan juga bisa, ngomong mah tinggal ngomong aja"

"Bacot yah lo, gue bilang ikut gue!"

Banyak omong nih manusia satu, apa susahnya coba langsung ngikutin mau gue tanpa harus adu bacot dulu?. Karena kesel, langsung gue seret tuh bocah agak ngejauh dari orang-orang.

"Sakit anjing! Bisa pelan-pelan nggak sih lo?"

Buset, hampir aja gue kejengkang kebelakang gara-gara si Dimas setan ini narik paksa tangan dia dari genggaman gue. Mau gue tarik lagi tapi dia ngeberontak kek sapi mau dipotong. Alhasil gue pasrah karna dia tenaganya jauh lebih gede dari gue

"Lo bikin janji apa sama kak Jeziel?"

"Janji apaan sih, orang nggak ada bikin janji apa-apa"

"Nggak usah pura-pura tolol bisa nggak sih? Lo pikir gue nggak denger tadi lo ngomong apa?"

"Bukan urusan lo"

"Tentang gue yah?"

"Idih pede amat"

"Jujur kenapa sih?"

"Yah gue udah jujur ini"

"Dimas"

"Pipi lo masih bengkak, udah lo obatin belum sih?"

"Ih nggak usah pegang-pegang. bisa nggak, nggak usah ngalihin topik?"

"Lo butuh jawaban apa lagi sih dek? Gue udah bilang, gue nggak bikin janji apa-apa sama Jeziel. Tadi tuh gue asal ngomong aja"

"NGGAK MUNGKIN LO ASAL NGOMONG!! LO UDAH NGEHAJAR ANAK ORANG AMPE BABAK BELUR, dan lo bilang apa? Salah ngomong? Otak lo, lo pake nggak sih?"

Bjir banget nih anak, apa susahnya coba tinggal jawab. Gue nggak harus teriak-teriak kek orang gila gini, mana diliatin orang-orang lagi, gini-gini gue juga masih punya malu.

"Liat mata gue! Dan lo ngomong yang jujur. Gue nggak suka tau nggak orang berantem karna gue, apa lagi ini lo sama kak Jeziel"

"Lo kenapa sih Ra, segitunya belain dia? Lo udah secinta itu yah sama dia? Dia udah nyakitin lo!"

"Ini nggak ada urusannya sama perasaan gue!"

"Ada Ra ada!! Janji yang gue buat sama Jeziel itu ada sangkut pautnya sama perasaan lo!"

"MAKANYA GUE TANYA, JANJI APA YANG UDAH LO BUAT? SESUSAH ITU LO BILANG KE GUE?"

"GUE CUMAN NGGAK MAU LO SAKIT HATI!! DAN HARUSNYA LO TAU, SEMUA GUE LAKUIN BUAT NGELINDUNGIN ELO!!"

Author pov :

Izora terdiam, ia tak tau harus menjawab Dimas seperti apa. Izora hanya bisa menundukkan kepala hingga rambut panjangnya menutup seluruh wajah cantiknya. Tak lama, bahu gadis itu bergetar membuat Dimas panik. Laki-laki itu segera menangkup wajah adiknya serta menyingkirkan rambut yang menutupi wajah gadis itu.

"Lo kenapa nangis? Sorry gue kelepasan ngebentak lo" ucap Dimas dengan raut penyesalan diwajahnya, ia harusnya tak balas membentak Izora seperti tadi.

"Cara lo salah Dimas, lo bikin janji trus berantem itu namanya taruhan. Gue bukan bahan taruhan kalian" dengan suara yang bergetar, Izora berusaha menahan sekuat tenaga air matanya agar tak jatuh lebih banyak. Ia tak mau terlihat lemah didepan kakaknya. Karena itu hanya akan membuat Dimas lebih akan melindunginya meski harus menyakiti diri sendiri. Tentu Izora tak mau itu terjadi.

"Gue tau gue salah Ra, tapi nggak ada cara lain"

"Banyak Dimas, nggak harus pake kekerasan"

"Iya gue minta maaf, udah terlanjur juga kan"

"Janji apa?" Izora kembali menanyakan hal yang sama, sampai Dimas mau menjawabnya.

"Kalo gue jawab, lo bisa terima?" Tanya Dimas memastikan, Izora terdiam. Ia nampak berpikir dan sedetik kemudian ia menganggukkan kepalanya mantap. Yang tandanya apapun yang laki-laki itu ucapkan akan ia terima dengan lapang dada.

"Gue bikin janji sama Jeziel, kalo gue menang dia nggak boleh nyakitin lo apa lagi main tangan ke lo"

"Dan kalo lo kalah?" Potong Izora dengan cepat, karena mungkin apa yang dikatakan Dimas selanjutnya bisa membuat ia sakit hati.

Dimas menghela napas panjang, laki-laki itu benar-benar tak mau memberitahu Izora kalimat selanjutnya.

"Dim? Dan kalo lo kalah kenapa?"

"Dan kalo gue kalah, gue nggak boleh ikut campur masalah kalian berdua. Termasuk dia mau main sama cewek manapun, dan terakhir setelah dia lulus dan nggak ada perubahan di rumah tangga kalian, gue harus bujuk mama papa buat misahin kalian"

Izora kembali terdiam, namun ia merasa lega karena Dimas menang dari Jeziel. Itu artinya, ia dan Jeziel tak harus berpisah setelah laki-laki itu lulus. Melihat adiknya yang membisu, Dimas langsung merasa bersalah karena sudah memberitahu Izora semuanya. Namun beberapa detik kemudian, Izora nampak tersenyum dan memeluk Dimas dengan erat.

"Anjir dek!! Kecekek gue!!"

"Kenapa nggak dari tadi sih lo ngomong, kenapa gelud dulu baru lu ngomong"

"Yah gue nggak mau bikin lo sedih lah"

"Makasih yah Dim, makasih karna lo udah menang dan udah mau ngebela gue, gue sayang banget sama lo!!!"

"Iya iya, tapi lepas dulu woyy!! Sakit leher gue, malu tau nggak diliatin orang"

"Biarin aja nggak perduli gue"

Dari kejauhan, Sarah melihat dua kakak beradik itu saling berpelukan, ia bersiap dengan ponsel ditangannya untuk merekam momen langkah itu.

"Widih~~ ada yang lagi akur nih" dengan jail gadis itu mendekatkan kameranya pada wajah Dimas dan Izora secara bergantian. Membuat Izora dan Dimas melemparkan tatapan tajam padanya.

Sarah yang ketakutan itupun berhenti menjahili mereka, dan berusaha kabur namun segera di tarik oleh Izora.

DIJODOHIN BADBOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang