Seperti biasanya, siswa-siswi akan kembali bersekolah setelah menghabiskan hari weekend yang hanya satu hari untuk melepas penat. Dapat diperhatikan bahwa pagi ini murid-murid Sekolah Greenvale berbondong-bondong masuk ke dalam kelas setelah menyelesaikan kegiatan Upacara Bendera di hari Senin.
Untuk memasuki kelasnya, gadis cantik itu harus melewati koridor Sekolah. Ia tak sendiri, ia bersama dengan teman sekelasnya.
"Aduh sumpah, punggung gue selalu pegal-pegal pas Upacara, mana Upacaranya lama banget lagi." Eli berusaha meregangkan tubuhnya yang pegal itu, setidaknya hal yang dilakukannya bisa membuat punggungnya tak terlalu pegal.
"Jompo banget lo, Eli." Fiony sedikit mendengus sambil bersedekap dada. "Makanya, sering olahraga biar ototnya gak kaku-kaku amat," sambungnya.
"Apaan sih, Fio. Gak ada hubungannya tau," kesal Eli.
"Lha, dikiranya gak ada hubungan," beber Fiony. "Sa, lu sering olahraga 'kan?" tanya Fiony seraya memegangi tangan Salsa.
"Se-ring," sahut Salsa seraya memberikan tatapan bingung kepada Fiony.
"Punggung lu sering pegal-pegal kayak, Eli gak?" tambah Fiony.
Salsa menggeleng kepalanya pelan. "Gak ada, deh kayaknya," jawabnya.
"Tuh, benerkan yang gue bilang," tunjuk Fiony.
Obrolan mereka terhenti, tatkala mendapati sosok orang berlawanan arah yang tak sengaja mereka temui. Ekspresi wajah Salsa berubah drastis melihat laki-laki yang berhenti di hadapannya, gadis itu memberi tatapan datar.
"Sa, a-ku mau ngomong sama kamu," ucapnya.
Fiony dan Eli yang berada di situ merasa hawa sekitar mendadak tegang. Mereka saling melempar pandang.
Netra memandang Salsa beralih melihat di depannya tak mempedulikan orang di hadapannya, seraya berjalan melewatinya. Ia tak menggubris yang diucapkan laki-laki itu. Kegiatan berjalannya terhenti ketika laki-laki itu tanpa izin memegang pergelangannya.
"Salsa, aku lagi ngomong, lho, sama kamu. Kenapa aku didiemin begini," sungut Fidel. Ya, laki-laki itu adalah kekasih Salsa, tidak. Lebih tepatnya mantan kekasih?
Gadis itu menghela napasnya berat, dengan segera ia menoleh ke arah laki-laki yang memegangi pergelangan tangannya. Ia memberi tatapan tajam ke arahnya.
"Lepasin." Gadis yang biasanya bersikap ramah dan tutur bahasa yang lemah lembut, seketika bersikap dingin berhadapan dengan orang yang telah mengkhianatinya.
Alih-alih melepas, laki-laki itu malah menggenggam erat tangan Salsa. "Sa, please. Aku gak mau putus sama kamu, kasih aku kesempatan satu kali aja, ya. Aku mohon," rujuknya.
Dengan kekuatan penuh, Salsa menghempas kuat tangan Fidel yang berada di pergelangan tangannya, rahangnya mengeras seraya memberi tatapan berang kepadanya. Ia tak ingin lagi bersikap seperti gadis bodoh sama seperti malam itu.
Tanpa menjawab, Salsa dengan segera melenggang pergi meninggalkan Fidel sendirian.
Sembari berjalan, Fiony dan Eli sedikit tercengang melihat sikap Salsa barusan, seorang Salsa bisa bersikap tak berbelas kasihan seperti itu. Tentu saja mereka terkejut.
"Sial..."
• • •
Di dalam ruang organisasi, terlihat salah seorang laki-laki remaja tengah sibuk menyusun dokumen-dokumen di mejanya. Fokusnya teralih ketika mendengar suara pintu diketuk.
"Masuk...," izinnya.
Sudut bibirnya terangkat sekilas mendapati sosok gadis yang tak asing lagi baginya. "Salsa, ada apa datang ke sini?" tanyanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Into You
Teen Fiction100% fiksi! Just for fun guys On going [Sabtu & Minggu] "Rasya, kamu tau 'kan, kakak itu kakak kelas kamu? Dan kamu juga tau kalo kakak udah punya pacar, bukan?" - Luvera Salsabila "Iya, aku tahu. Emangnya kenapa?" - Rasya Maheswara