15. Pantai

276 40 10
                                    

Sepanjang perjalanan itu, gadis cantik yang di boncengi oleh laki-laki berwajah tegas itu hanya menilik sekitaran.

Ada sedikit takut yang dirasakannya. Bagaimana tidak, sepanjang jalan yang mereka tempuh hanya terlihat beberapa orang yang melewati. Ditambah, suasana sore menjelang malam yang sedikit mencekam menurutnya yang dipenuhi oleh banyak pohon rimbun disepanjang jalan.

Salsa berusaha untuk mengalihkan isi pikirannya, tidak baik berprasangka buruk tentang orang lain, terlebih lagi orang tersebut adalah Rasya.

Sembari menutup mata, Salsa menghirup udara sekitarannya kuat mencoba berdamai dengan dirinya. Cukup lama gadis itu menutup mata karena terbuai oleh angin yang menerpa langsung kulit lembutnya.

Kendaraan motor yang mereka naiki itu pun berhenti. Ada rasa sedikit kesal yang Salsa rasakan karena ketenangan hatinya terganggu. Perlahan ia membuka matanya, ia mendapati laki-laki yang duduk di hadapannya hanya diam.

Salsa kebingungan, mengapa Rasya hanya diam? Pikirnya.

Kedua mata gadis itu mulai menyusuri, dan sepertinya ia mendapati apa yang Rasya lihat.

Salsa ikut tertegun, ia kagum, dan ia juga tak bisa berucap. Didetik sekian, seutas senyuman mulai terpampang di wajah gadis cantik dan kemudian menjadi sebuah senyuman yang manis.

Pantai, siapa orang yang tidak suka dengan suasana pantai di sore hari?

"Cantik banget, Sya." Hanya kalimat itu yang keluar dari mulut Salsa. Tak bisa dipungkiri, bahwa gadis ini tengah kagum dengan yang diciptakan oleh Tuhan-Nya.

Rasya ikut tersenyum ketika mendengar ucapan dari gadis cantik itu. Kemudian, laki-laki itu berinisiatif untuk turun dahulu dari kendaraannya.

Tentu saja Salsa menyadari pergerakannya, gadis itu memperhatikan bingung yang akan dilakukan selanjutnya oleh laki-laki yang berdiri tepat di hadapannya.

Rasya mengulurkan jemari tangan kanannya kepada Salsa dan tangan kiri miliknya ia sembunyikan di belakang punggungnya. "Yuk, kita penyembuhan." Senyuman laki-laki itu tak henti-hentinya terpampang manis.

Tidak kuasa rasanya Salsa untuk tak menahan rasa senangnya di hadapan Rasya. Ia pun ikut tersenyum sambil mengulurkan tangan kirinya kepada Rasya.

Uluran tangan itu disambut baik oleh laki-laki berwajah tampan itu.

Disaat gadis cantik itu hendak melepaskan penyatuan tangan mereka, laki-laki berwajah tegas itu lebih dahulu menggenggam erat jemari tangannya.

Salsa sedikit merasa kaget akan perlakuan dadakan Rasya tersebut. Sembari berjalan, mereka saling melihat wajah satu sama lain tak lama. Bisa dilihat bahwa wajah gadis cantik itu saat ini merah merona. Jantungnya berdetak tak karuan.

Hingga di perbatasan pasir dan air laut, Rasya mulai melonggarkan genggaman tangan mereka.

Salsa berdiri tegak dengan netra memandang mendongak melihat langit luas yang semakin lama semakin menguning. Gadis cantik itu kembali merasa dirinya lebih damai dibandingkan beberapa menit yang lalu.

Lagi dan lagi ketenangannya terganggu disaat ia merasa beberapa tetes air mendarat tepat dikulit tangannya.

Salsa membuka matanya dan ia sempat mengira hujan akan turun membasahi bumi, melainkan hujan, Rasya yang ia lihat tengah mencoba menjahilinya dengan percikan air yang sengaja mengarah ke arahnya.

"Rasya, apaan sih nggak seru ah," kesalnya, tentu saja sang empu merasa kesal. Sedangkan sang pelaku hanya tersenyum cengengesan tanpa merasa bersalah.

"Lagian kakak, diam-diam aja dari tadi, kirain kakak lagi kesurupan," goda Rasya.

Tidak terima akan perkataan laki-laki itu barusan, Salsa langsung berjalan bergabung dengan Rasya yang sudah berada ditepi pantai. "Enak aja aku disangka kesurupan, enggak ya," balasnya.

Into You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang