11. Puncak kenangan

285 43 2
                                    

Angin menerpa langsung kulit orang-orang yang berada di bawah pohon rindang, sudah menjadi hal yang umum bahwa siswa-siswi sekolah Greenvale sangat menyukai tempat sejuk itu. Namun kali ini sedikit berbeda, suasana terasa sedikit menegangkan bagi dua pasang kekasih itu. Salsa hanya memperhatikan dua pasang kekasih di hadapannya silih berganti.

Tak jauh, Rasya bersama dengan Gabriel tak sengaja melihat ke arah mereka. Kegiatan berjalan mereka terhenti tatkala melihat Daniel, saudara Gabriel tampak diam.

"Bang Daniel di apain sama, kak Salsa?" ujar Gabriel. Rasya hanya mengangkat bahunya tak tahu. Didetik sekian mata Gabriel membulat, terbesut dalam pikirannya bahwa telah terjadi sesuatu kepada kakaknya. "Wah, jangan-jangan..." Dengan segera Gabriel berlari menghampiri sang kakak.

"Gabriel! lo mau ngapain ke sana?" teriak Rasya. Namun, Gabriel sudah berada jauh darinya. "Ya elah," gumamnya kesal sambil berlari mengikuti Gabriel.

Pandangan mereka yang ada di sana beralih melihat sosok yang baru saja selesai dari kegiatan berlarinya. Dahi Salsa berkerut heran, siapakah laki-laki remaja ini? Ia tak pernah melihatnya sebelumnya.

"Gabriel, kamu ngapain ke sini?" celetuk Daniel.

Sebentar, 'Gabriel'? Salsa merasa namanya familiar di indera pendengarannya. Disaat gadis itu hendak mengeluarkan suara, ia melihat Rasya datang beberapa detik setelah laki-laki di hadapannya ini.

Alih-alih menanyakan, Salsa menggantungkan kedua alisnya sembari menunjuk ke arah Gabriel.

"Temen aku," jawab Rasya tanpa mengeluarkan suara. Respon Salsa hanya mengangguk kepalanya paham. Benar, ia baru ingat bahwa Gabriel adalah teman kelasnya Rasya.

"Kak, abang saya mau diapain? Dia buat kesalahan ya, sama kakak? Maafin abang saya ya, kak," mohon Gabriel.

"Abang? Yang mana?" tanya Salsa penasaran. Ia melihat ke arah Freyan, namun ekspresinya terlihat kebingungan. Ia beralih melihat Daniel. "Kak Daniel?" Gabriel mengangguk.

Oh, begitu ternyata.

"Kak Indah sama Bang Daniel tumben pacaran di sekolah? Biasanya di luar," goda Rasya.

Apakah Salsa tidak salah dengar? "Sebentar. 'Tumben'? Berarti selama ini kamu tau kalo mereka pacaran?"

"Lho? Kakak, enggak tau?" baliknya, Rasya tampaknya tak tahu situasi saat ini.

Tercengang, itulah ekspresi Salsa dan Eli saat ini. Salsa merapikan rambutnya menggunakan tangan ke belakang ia biarkan diam sejenak, ia tengah mencerna.

Oh, sekarang ia mengerti, dari mana Indah mengetahui info perselingkuhan Fidel. Dan ia juga mengingat, hari dimana Daniel memperingatinya untuk berhati-hati terhadap Fidel. Begitu juga bukti yang didapatkan oleh Indah ternyata juga dari Daniel. Salsa tak habis pikir, ternyata dunia sesempit itu. Matanya membulat sempurna dan melangkah mundur yang hampir menabrak Eli.

"Sa, kamu marah sama kakak, ya?" cicit Indah.

Salsa terdiam sejenak sambil netra memandang melihat ke arah sang kakak. "Enggak kak, siapa bilang aku marah. Aku cuman mau tau kenapa kakak gak bilang, itu aja," terang Salsa. "Kamu juga, Fio. Kenapa gak bilang sama aku dan Eli? Kita temen, lho," tambahnya. Eli berdehem pertanda setuju dengan perkataan Salsa barusan.

Fiony hanya diam, ia sama sekali tak bergeming. Ia merasa bersalah akan perbuatannya.

"Dan kamu Eli. Jangan-jangan kamu juga diem-diem udah punya pacar?" tuduh Salsa.

Dengan cepat, Eli menggerakkan tangannya. "Enak aja main tuduh-tuduh. Orang aku sekarang lagi suka sama seseorang," sahut Eli.

"Siapa?" sela Salsa cepat.

Into You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang