Angin berhembus pelan menerpa langsung kulit orang-orang yang berada diluar ruangan, setidaknya suasana tersebut tak terlalu hening diantara mereka berdua yang masih saja menatap satu sama lain.
Salsa hanya diam, sama sekali tak bergeming. Gadis itu masih saja mencerna kalimat yang baru saja dilontarkan oleh anak laki-laki di sampingnya. Ia menatap berang orang di sampingnya.
Laki-laki yang lebih muda darinya melempar pandang tulus kepada sang gadis.
Seketika tawa Salsa pecah dengan tiba-tiba. Hal itu sukses membuat Rasya menatapnya kebingungan, ia juga melihat tak jauh sekitaran mereka, mungkin ada sesuatu hal yang membuat gadis ini tertawa, pikir Rasya.
Salsa mencoba untuk menetralkan napasnya dari kegiatannya barusan. "Nama kamu siapa?" celetuk Salsa sembari memperlihatkan senyum tipisnya.
Sudut bibir Rasya terangkat sempurna di wajahnya. "Rasya, Rasya Maheswara," girangnya.
Gadis itu mengangguk paham, "Rasya," ia terdiam sejenak, kontras mata gadis itu sepenuhnya melihat ke arah orang di sampingnya, begitu juga dengan gestur tubuhnya.
"Rasya, kamu orangnya lucu juga ya ternyata," ujar Salsa, ia terkekeh pelan.
Kedua alis Rasya menggantung, menunggu kelanjutan kalimat yang keluar dari mulut Salsa.
"Kakak hargain kamu suka sama kakak," ungkapnya. "Tetapi, seperti yang kamu bilang, kamu menyukai kakak karena kamu memandang kakak sebagai wanita, kayaknya nggak mungkin deh."
"Kenapa kakak mikir begitu?" tanya Rasya penasaran.
Gadis itu menghirup udara sekitarnya kuat sembari bersedekap dada. "Kakak tau kalau kamu itu masih anak remaja sama kayak kakak, kamu pasti agak kesulitan membedakan menyukai orang karena sikap dengan menyukai orang karena perasaan, dan dari sudut pandang kakak, kamu menyukai kakak karena sikap kakak," beber Salsa.
"Nggak akan mungkin kamu suka sama kakak karena perasaan," bantahnya. "Lihat, kita aja baru beberapa hari ketemu, itu pun baru sekali," sambungnya, sedari tadi senyumanya masih saja terukir di wajah cantiknya.
Salsa pun kembali melihat ke arah depannya, melihat para siswa-siswi yang berlalu lalang di jalan setapak dekatnya.
"Ucapan kakak salah," sahut Rasya tiba-tiba.
Hal tersebut sukses membuat Salsa kembali menoleh ke arahnya."Kakak tau gak? Kalo kakak orang pertama yang buat aku nggak bisa tidur 2 malam ini."
Mendengar ucapan barusan, Salsa sedikit terkejut mengetahuinya. Tercengang.
"Kakak orang pertama yang buat aku nggak bisa berhenti aku pikirin, enggak, lebih tepatnya selalu muncul di kepala aku. Setiap aku mau gerak atau apapun itu, pasti ingatnya kakak," jelas Rasya.
Gadis itu memandangnya dengan pandangan tak percaya dengan ucapan orang di sampingnya. "Kok bisa?" cicitnya.
Rasya mengangkat bahunya tak tahu. "Kakak masih mau bilang kalo aku suka sama kakak karena sikap kakak?" tanyanya, ia tersenyum tipis.
Salsa sama sekali tak bergeming, ia diam, ia bingung apa yang telah ia perbuat kepada adik kelasnya ini sampai seperti itu? Gadis itu sama sekali tak ada niat membuatnya seperti yang diceritakan Rasya barusan.
Heran, itulah yang ia alami saat ini. Bagaimana bisa adik kelasnya ini bisa menyatakan perasaannya seberani ini kepada kakak kelasnya sendiri? Pikir Salsa.
Pada akhirnya, Salsa memberanikan dirinya untuk mengeluarkan suaranya. "Rasya, kamu tau 'kan kalo kakak itu kakak kelas kamu?" celetuknya.
Rasya mengangguk. "Emangnya kenapa? Banyak kok cowok yang suka yang lebih tua, orang dewasa juga ada," paparnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Into You
Novela Juvenil100% fiksi! Just for fun guys On going [Sabtu & Minggu] "Rasya, kamu tau 'kan, kakak itu kakak kelas kamu? Dan kamu juga tau kalo kakak udah punya pacar, bukan?" - Luvera Salsabila "Iya, aku tahu. Emangnya kenapa?" - Rasya Maheswara