20. Usaha

245 38 2
                                    

Saat ini tampak tiga orang gadis mengamati secara seksama pada saat ketua PMR itu sendiri yang memeriksa keadaan Salsa.

"Gimana keadaan Salsa, Shel? Nggak ada luka yang serius 'kan?" desak Fiony. Sementara Gracie dan Eli menyimak.

"Nggak ada kok, Fio. Salsa baik-baik aja, cuman perlu dikompres doang biar sakitnya agak mendingan." Ashel meyakinkan bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan dengan keadaan Salsa saat ini.

Mereka bertiga kompak menghela napas mereka lega.

Netra memandang Gracie beralih ketika melihat Salsa yang berada di atas kasur sedikit kesusahan untuk bangun. "Kak." Dengan segera gadis itu berjalan lalu berada di sebelah Salsa membantu gadis itu untuk bangun.

Ashel yang berada di dekat Salsa tentu saja membantunya. Akan tetapi, ketika di saat Ashel hendak mencoba membantu, Salsa menghindar dan menolak bantuan dari gadis tersebut.  "Aku bisa sendiri." Salsa melihat Ashel sekilas tanpa berekspresi sedikitpun.

Ashel terdiam di posisinya sembari kedua tangannya perlahan turun. Ada rasa sakit yang ia rasakan di saat sahabat karibnya menolak untuk ia bantu.

Eli dan Fiony yang tahu kebenaran hanya bisa pasrah, karena mereka berdua tahu bahwa mereka tak mempunyai hak untuk mengatur kehidupan Salsa.

Gracie melirik ke arah wajah Ashel dan juga Salsa silih berganti dengan ekpresi kebingungan. Gadis itu tidak tahu apa yang telah terjadi di antara mereka berdua.

Eli dan Fiony merasakan ketegangan yang mulai menyelimuti ruangan tersebut.

Suasana yang sebelumnya sedikit mengerikan berganti ketika salah seorang masuk ke dalam ruang UKS tersebut. Mereka yang berada di dalam ruangan tersebut secara bersamaan menoleh ke arah orang yang berada di pintu.

"Kak Gito?" ujar Eli.

Laki-laki itu menyusuri ruangan tersebut. "Sa, kamu nggak papa?" cemas Gito.

Salsa sedikit terkejut dengan keberadaan Gito yang tiba-tiba. Gadis cantik terdiam.

"Salsa nggak papa kok, kak. Dia baik-baik aja," jawab Eli.

Laki-laki itu menghembus napasnya lega.

"Kok, kak Gito tau Salsa ada di sini?" lanjut Fiony. Rasanya gadis itu tidak tahan untuk tak menanyakan hal yang membuatnya sedari tadi penasaran.

"Dari teman, katanya Salsa kena bola."

Fiony ber-oh-ria dengan ucapan Gito.

Gracie kembali memeriksa ekpresi Salsa tampak seperti orang lesu. "Bentar ya, kak. Aku ambil kompres dulu biar sakitnya agak mendingan." Salsa berdehem pelan.

Kedua bola mata Gito sedikit terbuka karena terkejut dengan keberadaan Gracie. Saking terkejutnya, Gito mengamati pergerakan Gracie kemanapun gadis itu bergerak.

"Gracie kok bisa ada di sini?" Gito berbisik ke arah Eli. Laki-laki itu merasa heran dengan keberadaan Gracie.

"Dia bantuin bawa Salsa ke sini, kak. Dia juga berani tamparin wajah cowok yang nendang bola sembarangan ke arah Salsa tadi," jelas Eli.

Lagi-lagi Gito dibuat terkejut dengan gadis yang bernama Gracie. Prasangka Gito terhadap Gracie semakin kuat.

• • •

Dalam perjalanan menuju kelas, Fiony tampak ingin sekali berbicara kepada Salsa. Namun, gadis itu merasa bahwa hal yang perlu ia bicarakan tidak terlalu penting.

Di sisi lain, Eli menyadari bahwa Fiony tampak tidak fokus. "Fio, kamu kenapa? Ngelamun aja dari tadi."

Kedua alis Salsa terangkat, secara spontan wajahnya melihat ke arah Fiony. "Fio," panggil Salsa.

Into You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang