Chaptēr 22 - Terjebak Tugas Kimia.

119 16 2
                                    

Brian mengucek mata yang masih setengah mengantuk sembari berjalan menuruni tangga menuju pintu depan.

Sialan!’

Padahal niatnya ingin menghabiskan hari minggu dengan tidur seharian. Tapi rencana Brian malah terganggu oleh hal tak terduga.

Mari sedikit flashback kebelakang.

Brian pulang jam delapan malam dari pemakaman Ayah Deruna. Tidak etik, namanya, saat orangtua teman sekelasnya meninggal tapi Brian tidak datang sekedar melayat.

Masalahnya saat Brian sampai dirumah, Bagas dan Rey menculik motornya tanpa izin kemudian disewakan diarena balapan.

‘Bri, kalau mau motor lo balik ambil sendiri. Gue males ngambil ke tongkrongan. Soalnya gue punya utang ke Mpok Julaiha belum gue bayar, takut ditagih, Bro.

Sekian, Terimahikmahnyasaja.’

Hanya penjelasan itulah yang Bagas kirim digrup chat whatsapp.

Brian tidak tahu dan tidak mau mencari tahu bagaimana keduanya bisa masuk kebagasi rumah dan mengambil motornya. Jujur Brian kurang motivasi untuk penasaran.

Dari awal Bagas dan Rey memang bajingan, salahnya Brian karena mengikuti skenario edan mereka. Ia berakhir pesta alkohol dengan teman-teman tongkrongan waktu mau mengambil motor. Dan baru tiba dirumah sekitar jam tiga pagi.

Karenanya Brian ingin menghabiskan hari dengan tiduran untuk menghilangkan efek mabuk semalam. Tapi malah diganggu oleh tamu tidak diundang.

TING TONG!

"Asu!"

Untuk sampai pintu depan, kan, butuh waktu. Harus jalan dulu. Apalagi kamar Brian ada dilantai dua.

Brian kesal karena orang itu tidak bisa sabar dan terus-terusan menekan bel pintu.

TING TONG!

Brian langsung memutar knop dengan kasar kala tiba didepan pintu. "Mau apa An–"

"Hai, Bri."

"–Njing!" Cowok itu membeku mendapati wajah tak asing dibalik pintu.

"Gue–"

Brak!

Brian menutup pintu sebelum pihak lain selesai ngomong.

Shit! Umpatnya dalam hati. kenapa dia ada didepan rumah gue?

"Gue mau bahas tugas kimia." Sebuah suara terdengar dari balik pintu. Seolah bisa membaca kebingungan Brian.

"Lo gak lupa kan?"

Brian mengerang. Kenapa Runa bisa ada didepan rumahnya?

Ini bukan waktu yang tepat untuk mengerjakan tugas kelompok mengingat Runa baru saja ditimpa kabar duka. Ia kira Runa akan mengabaikan tugas itu dan membuat alasan seadanya saat ditanya Bu Tsania.

Lagian keduanya belum ada kontek-kontekan untuk mengerjakan tugasnya. Tentu Brian merasa kaget melihat Runa tiba-tiba sudah berdiri didepan pintu rumahnya.

"Bri, for your information gue udah seperempat jam berdiri depan pintu lo."

Brian berdecak kecil, siapa suruh kesini segala!

"Sekedar ngasih tahu juga, tolong kalau nyambut tamu agak prepare sedikit."

Hah?

"Gue ngomong gini karena gak terbiasa lihat cowok buka pintu cuma pake boxer."

D E R U N ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang