CHAPTER 8

32 18 40
                                    

Sebelum lanjut, VOTE lo semua!

Selamat membaca...

Selamat membaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

☆☆☆

Matahari di pagi senin begitu menyengat membuat para siwa-siswi di SMA Cendika mengeluh akan panasnya matahari saat upacara, begitu juga gadis cantik dengan rambut sebahu yang begitu indah terurai.

Kelia sudah berkali-kali menghembuskan nafasnya. Wajahnya sudah sangat tidak bersahabat. Perut yang lapar dan haus mewakili perasaan semuanya dan setelah sekian lama Kepala Sekolah itu berpidato, upacara bendera pun selesai.

Gadis itu bersama kedua sahabatnya Fredia dan Hesya berjalan menuju kelas dan duduk di bangku mereka.

"Kel, gimana olimp ipa yang lo ikutin?" Ujar Hesya sembari memakan makanannya.

"Nahh iyaa, kapan jadwal lo?" Tambah Fredia.

Kelia berfikir sebentar sebelum menjawab "Emm, minggu depan sih..." Jawabnya ragu.

Fredia dan Hesya saling bertukar pandang, mereka bisa merasakan keraguan di suara Kelia.

"Lo siap nggak, Kel?" tanya Fredia dengan nada khawatir.

Kelia menghela napas panjang sebelum menjawab "Gue udah belajar, tapi tetep aja gue ngerasa nggak yakin."

Hesya meletakkan makanannya dan menatap Kelia dengan serius, "Kel, lo tuh pintar. Kita tau lo bisa. Jangan ragu-ragu gitu dong."

Fredia menambahkan. "Iya, kita di sini buat dukung lo. Apa pun yang lo butuhin, bilang aja."

Kelia tersenyum lemah. "Makasih, guys. Gue cuma takut gagal aja."

"Engga mungkin!" jawab Fredia dengan semangat. "Yang penting lo udah berusaha maksimal. Hasilnya belakangan."

"Dari pada pusing mikirin itu, mending sekarang makan deh lo pada. Bentar lagi bell." Ujar Hesya menghabiskan makanannya.

"Yaelahh, yang lo pikirin cuman makan."

"Ya iya lah! Kalo nggak makan mati dong."

"Enggak gitu juga konsepnya, Hesya!" Seru keduanya, sedangkan Hesya hanya nyengir.

Ketiganya terdiam sejenak hingga tak lama, guru mapel pun masuk ke kelas untuk mengajar. Guru itu menjelaskan materi begitu lembut, hampir semua siswa/i menguap bahkan ada yang sudah tertidur.

Hoam...

Ini sudah ketiga kalinya Kelia menguap. "Ngantuk banget anjir." Ujarnya pelan.

"Kepala gue udah berasap." sahut Hesya di sebelahnya. Setelah beberapa menit, guru itu pun mengakhiri membelajaran karena bell sekolah telah berbunyi.

"Anjir, tuh guru pela banget ngomongnya sampai gua mau ketiduran." Gerutu Fredia.

"Dah lah, ayo ke lantin."

ENDLESS PAINTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang