Happy Reading....
.
.
.
Pagi itu, suasana di depan asrama dipenuhi keramaian. Para murid berkumpul sesuai tim dan misi yang telah mereka pilih. Ken, Rey, Yuri, Aoi, Alex, dan Zivana tergabung dalam tim Tulip Merah Muda, nama yang diberikan oleh guru mereka. Nama itu memiliki makna tersendiri—di akademi ini, setiap nama tim mencerminkan peringkat mereka. Sebagai murid baru, mereka diberi nama bunga seperti Tulip atau Daisy dengan tambahan warna tertentu.
Selain mereka, ada tiga tim lain yang mengambil misi serupa: Daisy Biru, Tulip Ungu, dan Daisy Putih. Keempat tim ini akan berangkat bersama menuju Desa Mayjake, lokasi misi mereka.
Perjalanan panjang yang dilalui penuh dengan canda tawa, keluhan, dan sesekali perdebatan kecil. Namun, suasana berubah ketika mereka tiba di desa itu. Desa Mayjake menyambut mereka dengan pemandangan damai. Rumah-rumah kayu berjajar rapi, penduduknya sibuk dengan kegiatan masing-masing, dan tidak tampak sedikit pun tanda-tanda bahaya.
"Ini desa yang aman dari monster, kan?" gumam Ken sambil mengamati sekeliling. Dalam hati, ia merasa lega. Misi pertama mereka tampaknya akan berjalan lancar.
Tim mereka diarahkan ke sebuah penginapan dengan papan nama Maniec, tempat yang sudah disiapkan oleh sekolah. Setelah meletakkan barang bawaan, mereka segera bersiap menjalankan misi utama: mencari seorang penyihir yang tinggal di hutan dekat desa.
"Ini benar jalannya?" tanya Rey, menatap peta dengan kening berkerut.
"Benar," jawab Ken singkat, memimpin di depan.
"Serius, kita mesti lewat hutan? Kayak gak ada tempat lain aja," keluh Zivana, sibuk menyingkirkan nyamuk yang mengitari wajahnya.
Mereka terus berjalan hingga tiba di tengah hutan, di mana sebuah rumah kayu besar berdiri kokoh. Tanpa ragu, Ken mengetuk pintu rumah itu. Tidak ada jawaban.
"Ini rumah siapa sih? Main ketok aja. Emang yakin ini rumahnya?" tanya Rey dengan nada skeptis.
Ken mengangkat bahu. "Kalau gak salah, ini rumahnya. Mungkin orangnya lagi keluar."
Zivana menghela napas panjang. "Balik aja, yuk? Udah capek, nih."
"Capek-capek ke sini masa balik lagi? Kalau makin cepat ketemu, makin cepat kita selesai," jawab Ken tegas.
Ketika mereka mulai kehilangan kesabaran, suara langkah terdengar dari arah belakang. Seorang wanita dewasa muncul dari balik pepohonan, membawa keranjang penuh sesuatu yang tidak bisa mereka lihat. Rambutnya oranye muda, berkilau seperti emas di bawah sinar matahari, dan matanya yang hijau menyala memberikan kesan hangat namun misterius.
"Wah, ada tamu ternyata," sapanya ramah. "Kalian pasti anak-anak dari sekolah itu, kan?"
Ken maju memperkenalkan dirinya dan anggota timnya. Ia juga menjelaskan tujuan mereka datang.
"Oh, jadi kalian mau membantuku. Kukira kalian hanya datang untuk belajar. Kalau begitu, mari masuk. Maaf ya, kalian harus menunggu lama," ujar wanita itu sambil membuka pintu rumahnya.
Di dalam rumah, wanita itu memperkenalkan dirinya sebagai Lacta, tetapi meminta mereka memanggilnya Kak Acha. Setelah berbincang sejenak, ia mulai membagikan tugas.
"Untuk anak laki-laki, aku ingin kalian mencari kayu bakar, mengambil air dari sumur, dan mencari jamur serta tumbuhan herbal. Daftarnya ada di sini," katanya sambil menyerahkan selembar kertas.
Ken dan yang lainnya mengangguk serempak. "Baik, Kak. Kalau begitu, kami berangkat sekarang."
Kak Acha lalu menoleh ke Aoi, Yuri, dan Zivana. "Nah, untuk kalian yang cantik-cantik, tolong bersihkan rumah dan siapkan makan siang. Bahan-bahannya ada di dapur. Kalau butuh sesuatu, panggil aku saja. Kamarku ada di lantai atas, paling pojok kanan."
Setelah itu, ia meninggalkan mereka untuk kembali ke pekerjaannya.
Ketika aroma masakan mulai memenuhi ruangan, Rey kembali ke rumah dengan langkah riang, membawa keranjang berisi jamur dan tanaman herbal. Ia melangkah ke dapur, penasaran siapa yang memasak makan siang.
Di dapur, Aoi sedang menyiapkan alat makan di meja, sementara Yuri berdiri di dekat tungku, mencicipi kari yang hampir matang. Rambutnya yang dikuncir kuda bergoyang ringan saat ia bergerak.
Rey berhenti di pintu, memandang Yuri dengan tatapan yang sedikit terlalu lama.
"Ada apa, Rey?" tanya Aoi, menepuk pundaknya.
Rey terkekeh kecil, lalu meletakkan keranjang di meja. "Masak apa, nih, cantik?" godanya pada Yuri.
"Kari," jawab Yuri singkat, bahkan tanpa menoleh.
Rey terkekeh lagi, tetapi tawanya berubah menjadi keluhan kecil ketika Yuri tiba-tiba menginjak kakinya dengan ujung sepatu. Bukannya kesal, Rey justru tersenyum senang.
"Dah siap belum?" tanya suara dari ruang tengah.
"Sebentar lagi!" sahut Yuri.
Setelah makan siang, mereka mengikuti Kak Acha ke sungai kecil untuk menangkap ikan.
"Menangkap ikan tanpa sihir, ya," kata Kak Acha. "Aku ingin rasanya tetap alami. Lidahku sensitif terhadap makanan yang tercampur sihir."
Mereka mulai berusaha menangkap ikan dengan berbagai cara. Yuri berhasil menusuk seekor ikan dengan belatinya, Alex membuat semua orang kagum karena menangkap ikan dengan tangan kosong, dan Ken berhasil dengan kail pancingnya.
Namun, Rey tampak frustrasi. Ia berdiri memegangi pancingannya dengan wajah pasrah. "Kenapa gak ada ikan yang makan umpanku?" gumamnya.
Zivana mendekat, menyeringai jahil. "Walah~ gak dapet ikan ya? Dasar gak berbakat!"
"Heh! Mulut lu jangan sembarangan!" balas Rey kesal.
"Kalau mau dapet ikan, pindah ke tempat Ken aja. Di sini arusnya terlalu deras," ujar Zivana sambil menunjuk ke arah lain.
Meski kesal, Rey mengikuti saran Zivana. Hingga akhirnya, setelah enam puluh menit berlalu, mereka berhasil mengumpulkan cukup banyak ikan untuk makan malam. Kak Acha yang baru saja kembali dari memetik buah-buahan tersenyum puas.
"Wah, kalian hebat. Kalau begitu, ayo kita kembali," katanya.
To Be Continued...
Author note:
Haloo... bagaimana dengan chapter dua ini? apa kalian menikmatinya? ku harap iya, aku bakal up chapter selanjut mungkin di hari kamis, karna minggu ini jadwal sekolahku masih belum padat jadi aku usahain up sampe chapter empat. Buntu banget sebenernya buat nulis chapter ini tuh, tapi hasilnya chapter ini nembus 1200+ kata, pegel tanganku, jangan lupa vote dan coment yaaa, sampai jumpa di chapter selanjutnyaaa...

YOU ARE READING
𝖘𝖈𝖍𝖔𝖔𝖑 𝖔𝖋 𝖒𝖆𝖌𝖎𝖈 [𝖔𝖈]
Randomѕ¢нσσℓ σƒ мαgι¢ уαηg тєякєηαℓ ∂єηgαη ѕєкσℓαн ѕιнιя уαηg мємвєяι мιѕι ρα∂α ραяα мυяι∂ηуα ∂ι zαмαη мσ∂єяη ∂αη ρємєяιηтαнααη кαιѕαя ιηι, ѕєкσℓαн уαηg ∂ι мυℓαι ∂αяι נєηנαηg ѕмρ ѕαмραι кυℓιαн. ∂αяι ѕєкσℓαн ιтυ, ραяα мυяι∂ мємвυαт тιм уαηg мαкѕιмαℓ вєяιѕι...