#Chapter 6 : Rumah

3 0 0
                                    

Happy Reading...

.

.

.

    Rumah menjadi ramai karena anak-anak sedang bermain di dalamnya, entah permainan apa yang mereka main kan. Sang pemilik rumah, Acha. Sedang tidak ada di rumah karena berpergian sehingga membuat anak-anak yang di tinggal bisa bermain dengan bebas tanpa harus memerhatikan tata kerama, walau begitu mereka tetap melakukan pekerjaan mereka.

"WOY ITU YANG DI ATAS! TURUN KAGAK!"

"BENTAR! ANGIN NYA LAGI ENAK NIH!"

"KALO ATAPNYA ROBOH KARENA KALIAN GIMANA?"

"SANTAI KALI! GW GAK SEBERAT GAJAH INI!"

Ya... Begitu lah, entah kenapa beberapa anak dari mereka suka nongkrong di atas atap, padahal suara Langkah mereka yang berjalan di atas atap sangat terdengar oleh orang-orang yang berada di dalam rumah. Selain itu baru satu hari mereka di tinggal, sudah ada beberapa yang berkelahi dengan alasan yang tidak jelas, contoh ; Rey dan Kyle.

Walau begitu mereka tetap menjalankan tugas dengan baik, suasana rumah ini seperti asrama yang mereka tinggali di sekolah. 

"Hari ini kenapa panas banget ya?" Kata Aoi sambil mengipas wajah nya dengan tangannya

"Coba aja kalo matahari mau nurut pas di suruh minum paracetamol, pasti dunia ga bakal sepanas ini." Kata Zivana sambil menyeruput es teh nya di sofa.

"Gak gitu konsep nya dodol!"

"Btw mana si Rey? Gak keliatan dari tadi."

"Kalo nggak salah lagi belanja bareng Luka."

"Oh."

BRAK!

"MANA NELSON?!" Pemuda surai hitam bergradasi biru gelap itu membuka pintu dengan kasar sehingga membuat orang-orang yang berada di dalam terkejut, "AKU BILANG, DIMANA NELSON?!!" Teriak pemuda itu dengan penuh amarah. "Woy Torao! Lu kerasukan ya?! Gara-gara lu, es gua jatoh! Masuk rumah orang sambil marah-marah!" Teriak Zivana kesal karena pemuda itu membuatnya kaget dan es nya tumpah mengotori lantai, namun teriakannya itu di abaikan oleh pemuda bernama Torao itu.

"Es lo ga penting sekarang, mana Nelson?!"  Teriaknya sambil mencari orang bernama Nelson itu di sekitarnya, "Nelson nggak ada di sini dari pagi." Jawab Lilith yang datang dari luar. "Dasar anak itu, main se enaknya saja!" Gerutu Torao sambil berkacak pinggang sebelah sambil mengacak-acak rambutnya, "Memang nya ada apa sih?" Tanya Aoi penasaran, Torao hanya menghela napas kasar. "Nelson, dia pergi ke academi bersama Kelsey. Katanya mereka sudah tidak tahan menjalani misi yang hana membereskan rumah orang asing."

"Waaahh~ Kalau gitu sih, udah pasti nilai kalian kurang!" Sahut Zivana yang sedang membersihkan bekas tumpah es nya tadi, "Susah juga, ya. Anak-anak yang seperti itu harus nya lebih disiplin lagi, benar tidak?" Tanya Aoi, Torao mengangguk setuju. 

'Aduuuhh!! Kalo si Aoi udah bahas tentang disiplin, kelar kita! Kabur aja deh!'  Batin Zivana, ia buru-buru menyelesaikan acara bersih-bersih nya dan langsung pergi lewat pintu belakang, kebetulan sekali ia bertemu Yuri di jalan. "Yuri! Ayo ikut!" Ia langsung menarik lengan Yuri dan pergi.

.

.

.

Siang ini Zivana dan Yuri pergi ke desa untuk membeli sesuatu, namun saat akan sampai ke desa mereka di panggil oleh seseorang.

"Woi! Kakak rambut blekping! Kalau lagi nganggur, bantu kami, dong!"

"Namaku Zivana cantik! Panggil yang bener, dong!" Teriak Zivana kesal, masa iya, rambut stylelist ini di bilang rambut blekping! Mana terima. Zivana dan Yuri menghampiri tiga anak lelaki yang sedang sibuk dengan urusan mereka.

"Aku nggak lagi nganggur, tapi kalian sedang apa?" Tanya Zivana

"Bikin rumah, ini PR dari sekolah." Jawab salah satu anak lelaki yang yang bertubuh mungil imut itu.

"'Cobalah buat rumah yang tetap aman meski diserang serigala jahat.' Itu PR nya." Katanya lagi.

"Pakai Jerami?" Tanya Yuri memandang bingung, 'rumah apa yang terbuat dari Jerami?' pikirnya

"Kan, hangat dan ringan." Jawab anak itu sambil tersenyum polos.

"Kau dapat nilai 0." Sahut temannya yang berbadan tinggi, "Rumah Jerami nggak aman kalau diserang. Kalau rumahku, rumah kayu..." Lanjut nya

"Bata lebih bagus dibanding kayu." Sahut teman nya yang satu lagi.

"Memangnya PR nya dikumpulkan kapan?" Tanya Zivana.

"Besok." Jawab salah satu dari mereka, Zivana dan Yuri memasang ekspresi tidak yakin, "memang keburu?" Tanya Zivana dan Yuri bersamaan.

"JUSTRU ITU MASALAHNYA!" Jawab kedua anak berbadan tinggi itu sambil mengacak-acak rambutnya frustasi.

"Rumah Jerami ku sudah jadi!" Kata anak lelaki mungil itu girang, Zivana menghampiri rumah Jerami itu dan mengambil sehelai rumput Jerami pada rumah anak itu.

BRUUK

Rumah Jerami itu rusak seketika, mata anak itu menjadi berkaca-kaca, "Wuah, rumah Jerami ku! Jahatnya! Sana pergi!" Ia mengusir Zivana dan Yuri dari tempat anak-anak itu.

"Payah, ah." Kata Zivana dengan wajah tanpa rasa bersalahnya itu, ia menyuruh Yuri untuk segera pergi meninggalkan ketiga bocah laki-laki itu, "Parah, kamu. Anak orang di bikin nangis" Kata Yuri sambil menyenggol lengan Zivana pelan.

"Mungkin PR nya harus bikin desain rumah yang aman. Dikumpul besok." Kata Zivana, "Mereka bego banget, ya?" Lanjutnya.

'Apa pantas anak SMA ngatain anak SD bego?' Pikir Yuri sambil menghela napas pendek.

"Ngobrol sama orang bego, jadi lapar, nih! Nanti beli cemilan yuk?"

"Iya, ayo."

To Be Continued...

author note :

Haloo~ Maaf ya chapter ini pendek, akhir-akhir ini kesehatan ku berkurang jadi aku butuh istirahat yang lebih banyak. Segitu aja, sampai jumpa di chapter selanjutnya!

𝖘𝖈𝖍𝖔𝖔𝖑 𝖔𝖋 𝖒𝖆𝖌𝖎𝖈  [𝖔𝖈]Where stories live. Discover now