Happy Reading...
.
.
.
Rumah itu penuh dengan suara ramai. Anak-anak yang tinggal di sana bermain dengan penuh semangat, tidak jelas permainan apa yang sedang mereka lakukan, tapi yang pasti, suasananya seperti pasar malam. Sang pemilik rumah, Acha, sedang bepergian, sehingga mereka merasa seperti raja-raja kecil yang bebas tanpa aturan.
"WOY! YANG DI ATAS ATAP! TURUN KAGAK?!"
"BENTAR, BENTAR! DI SINI ANGINNYA BERASA KAYAK DI PEGUNUNGAN, WOI!"
"KALO ATAPNYA JEBOL, GIMANA, HA?!"
"SANTUY! BERAT GUA MASIH KALAH SAMA BOBOT EKONOMI GLOBAL!"
Entah kenapa, nongkrong di atas atap menjadi hobi favorit beberapa anak. Langkah kaki mereka yang berisik sampai membuat plafon rumah bergetar. Belum lagi, baru sehari Acha pergi, sudah ada yang berkelahi gara-gara hal-hal receh seperti rebutan bantal atau siapa yang paling jago main catur imajiner.
Sementara itu, di dalam rumah, Aoi sedang duduk di sofa dengan muka kesal sambil mengipas wajahnya pakai piring plastik.
"Hari ini panas banget! Udah kayak hidup gua abis ditinggal crush," keluh Aoi.
"Coba aja matahari bisa disuruh mandi air es, pasti dunia nggak sepanas ini," sahut Zivana santai sambil menyeruput es teh pakai sedotan warna-warni.
"Btw, Rey ke mana ya? Dari tadi nggak kelihatan."
"Kayaknya dia lagi belanja sama Luka."
"Oh, yaudah, deh."
BRAK!
Tiba-tiba, pintu rumah terbuka lebar dengan kasar. Seorang pemuda berambut hitam dengan gradasi biru gelap masuk sambil mengembuskan napas seperti banteng ngamuk.
"DI MANA NELSON?!?!" teriaknya penuh amarah, membuat semua orang di dalam rumah terkejut.
"WOI, TORAO! GUA BARU BERES NGUPAS MANGGA, LO NGAPAIN MASUK RUMAH ORANG KAYAK NGEBURU HANTU?!" teriak Zivana, yang saking kagetnya sampai menjatuhkan mangga yang dipegangnya.
"MANGGA LO GAK PENTING, ZIV! MANA NELSON?!" balas Torao dengan suara membahana sambil sibuk mencari-cari Nelson di sekitar ruang tamu.
"Nelson nggak ada dari pagi," jawab Lilith, yang tiba-tiba muncul dari dapur sambil membawa keripik pisang.
Torao mendengus, "Dasar anak itu! Main pergi sesuka hati!" Dia memukul udara saking frustrasinya.
"Kenapa sih, Tor? Kok nyari Nelson kayak orang kena utang?" tanya Aoi penasaran.
Torao menghela napas keras. "Nelson sama Kelsey kabur ke akademi! Mereka bilang nggak tahan lagi sama misi kayak ART—beresin rumah orang asing! Bayangin aja!"
"HAHAHAHA! WAH GOKIL! TAPI FIX NILAI KALIAN MINUS ABIS INI!" sahut Zivana sambil ngelap sisa mangga yang jatuh di lantai.
"Eh, anak-anak kayak gitu harusnya lebih disiplin, ya," komentar Aoi serius sambil melipat tangan di dada.
Torao mengangguk setuju, tapi Zivana langsung berkeringat dingin.
'Aduh, kalau Aoi udah masuk mode ibu-ibu killer gini, mending gua cabut aja, dah!' pikir Zivana.
Dengan gerakan cekatan, dia langsung menyelesaikan lap-lapnya, kabur lewat pintu belakang, dan kebetulan ketemu Yuri di jalan.
"Yuri! Ikut gua, cepat!" Zivana menarik tangan Yuri seperti detektif yang menemukan petunjuk baru.
Siang itu, di desa...
Zivana dan Yuri pergi ke desa buat belanja, tapi baru mau sampai, ada tiga anak kecil yang tiba-tiba manggil mereka.
"WOI, KAKAK RAMBUT BLEKPINK! KALO NGGAK SIBUK, SINI BANTUIN KAMI DONG!"
Zivana langsung berhenti, mukanya berubah jutek. "WOI, BOCAH! NAMA GUE ZIVANA! MANA ADA INI RAMBUT BLEKPINK! NAMANYA ROSE GOLD OMBRE, YA!" teriaknya, gemas karena rambut mahalnya diremehkan begitu saja.
"Kami lagi bikin rumah buat PR sekolah!" salah satu anak menjelaskan sambil senyum lebar.
Zivana melongo. "Rumah? Rumah apaan?"
"PR-nya bikin rumah yang tetap aman meski diserang serigala jahat," kata anak kecil bertubuh mungil yang matanya berbinar-binar.
"Rumah jerami ini udah jadi!" katanya lagi sambil menunjuk bangunan kecil dari jerami yang tampak rapuh.
"Rumah jerami? Lo bercanda? Ini kayak rumah buat sapi, tau!" komentar Zivana, bingung sama logika anak-anak ini.
"Tapi ini hangat dan ringan!" anak mungil itu membalas dengan bangga.
Zivana cuma geleng-geleng kepala. "Dijamin langsung ancur kalau diseruduk kambing!"
Dan seperti membuktikan ucapannya, Zivana menarik satu helai jerami dari rumah itu.
BRUUK!
Rumah jerami itu langsung ambruk. Anak kecil itu melotot, matanya berkaca-kaca.
"HUWAAAA! KAKAK JAHAT! RUMAH AKU RUSAK! PERGI SANA!" Anak itu mengusir Zivana dan Yuri dengan suara melengking.
"Parah banget lo, Ziv. Bocah aja dimusuhin," kata Yuri sambil mengusap tengkuknya.
"Lagian, PR mereka tuh lebih cocok jadi proyek arsitek! Gimana bisa anak SD disuruh bikin rumah?!" balas Zivana dengan tampang polos, seolah nggak merasa salah.
'Gila, anak SMA ngatain anak SD bego,' pikir Yuri sambil menghela napas pasrah.
"Ngomong-ngomong, ngobrol sama orang bego bikin lapar. Yuk, beli cemilan!" ujar Zivana tanpa dosa.
"Yaudah, ayo," jawab Yuri sambil mengangkat bahu
To Be Continued...
author note :
Haloo~ Maaf ya chapter ini pendek, akhir-akhir ini kesehatan ku berkurang jadi aku butuh istirahat yang lebih banyak. Segitu aja, sampai jumpa di chapter selanjutnya!

YOU ARE READING
𝖘𝖈𝖍𝖔𝖔𝖑 𝖔𝖋 𝖒𝖆𝖌𝖎𝖈 [𝖔𝖈]
Randomѕ¢нσσℓ σƒ мαgι¢ уαηg тєякєηαℓ ∂єηgαη ѕєкσℓαн ѕιнιя уαηg мємвєяι мιѕι ρα∂α ραяα мυяι∂ηуα ∂ι zαмαη мσ∂єяη ∂αη ρємєяιηтαнααη кαιѕαя ιηι, ѕєкσℓαн уαηg ∂ι мυℓαι ∂αяι נєηנαηg ѕмρ ѕαмραι кυℓιαн. ∂αяι ѕєкσℓαн ιтυ, ραяα мυяι∂ мємвυαт тιм уαηg мαкѕιмαℓ вєяιѕι...