#Chapter 5 : Kunang-kunang.

7 0 0
                                    

Happy Reading. . . 

.

.

.

   "Jadi... Kak Acha sudah bukan lagi bagian dari klan mu?" Tanya Aoi menyelidik, Ken hanya mengangguk pelan, "Apa yang di perbuat oleh kak Acha sehingga ia di keluarkan dari klan mu?" Lanjutnya.

"Aku nggak tau pasti, saat itu aku sedang menginap di rumah Yuri dalam waktu yang cukup lama." Jawab Ken, yang di sebut nama nya hanya mengangguk. "Sejauh yang aku tau, klan Otori pernah terserang sebuah penyakit. Detail nya aku tidak tau." Potong Yuri, Ken mengangguk. Dua orang ini memang sudah kenal sejak kecil, dan selalu bersama, walau saat di sekolah dasar mereka tak satu sekolah.

"KOK BISA LU NGINEP DI RUMAH YURI ANJIR!!" Rey menarik kerah baju Ken dan menguncang-guncang tubuh ken, sehingga sang empu merasa mual dibuatnya.

"Kalem bro kalem.." Alex berusaha menenangkan Rey yang kambuh akan penyakit tantrumnya.

"Rey, udah Rey. Lecek nanti baju ku!"

"Jangan bikin anak orang sawan, BABI!"

"Iya, iya! Ga usah jambak bisa gak!"

"Gak, gak bisa."

"GELUT KITA NYET!"

"Yaelah, monyet ngatain monyet."

"Udah,udah."

"@^$&%^&>?!"

Sayangnya, dua orang itu sudah adu tojos di tempat. Orang-orang di sekitarnya memandang meja mereka risih karena selalu berisik. Merasa kesabarannya sudah di ambang batas, Aoi menggunakan sihirnya untuk mengangkat dua orang itu dan membawa mereka pergi dari sana. Ia sudah muak dengan pertikaian mereka berdua, teman-teman nya juga mengikuti keluar dari kantin.

.

.

.

Udara malam hari ini terasa begitu dingin dibandingkan dengan malam-malam sebelumnya. Angin sepoi berhembus melewati sela- sela jendela. Angin lembut berhembus melewati sela-sela jendela yang masih terbuka. Seorang gadis yang masih terjaga dari tidurnya menatap pemandangan luar jendela. Beberapa lampu di alun-alun desa masih menyala dengan indah, beberapa toko masih buka serta beberapa orang masih berkeliaran di luar sana.

Matanya tertuju pada seseorang yang melambai-lambai di bawah balkon kamarnya, ia keluar menghampiri balkon untuk memastikan siapa orang yang sedang melambai di bawah sana. Ia sedikit memicingkan matanya untuk melihat lebih jelas, seorang pemuda bersurai hijau daun yang berterbangan halus, ia memakai kemeja putih dengan mantel berwarna hitam dan sepatu pantofel. Terukir jelas senyum ceria di wajahnya, lambaian nya semakin cepat begitu menyadari sang gadis memerhatikan dirinya di atas sana.

"Yuri, ayo kita jalan-jalan!" Pemuda itu berbicara tanpa suara, yang terlihat hanya gerakan bibirnya. Gadis yang bernama Yuri itu mengangguk sambil tersenyum tipis, ia hendak keluar menemui pemuda itu, sudah beberapa malam terakhir ini mereka berdua sering pergi saat malam hari.

Yuri segera mengambil mantel dan sepatu kemudianmemakainya, ia kembali ke balkon dan bersiap untuk meloncat. Ekstrim, tapi cara itu yang paling cepat. Begitu dia melompat, sang pemuda dengan sigap menangkap nya, bagai pangeran yang sedang mengendong tuan putri. Di turunkan nya Yuri ke tanah dengan hati-hati lalu menggandeng tangannya. Dia ingin membawa Yuri ke suatu tempat entah dimana itu, "Kita mau kemana?" Tanya Yuri saat di jalan, pemuda itu menoleh sambil tersenyum. "Nanti juga tau."

Mereka pergi ke sebuah bukit yang jarak nya tidak jauh dari penginapan, begitu sampai di atas. Yuri memandang takjub, dari atas sana ia bisa melihat satu desa penuh tanpa ada yang tertinggal, kalau dilihat dari atas rasa nya desa ini semakin berwarna, ia selalu mencari tempat yang seperti ini disini. "Bagaimana? Apa kau suka?" Tanya pemuda itu pada Yuri, yang ditanya hanya mengangguk senang sambil menatap takjub. "Kau hebat sekali, Zeiko! Aku bahkan tidak tau ada tempat yang seperti ini disini. Aku menyukai tempat ini!" Puji Yuri, Zeiko hanya tersenyum melihat gadis itu. 

Di saat sedang asyik menatap desa, tiba-tiba ada cahaya yang bertebangan, "Kunang-kunang?" Kata Yuri sambil melihat sekeliling, "jarang sekali." sambungnya. "Beruntung sekali, kunang-kunang hanya muncul setahun dua kali. Untung kita pergi kesini, ya kan Yuri?" kata Zeiko dengan kunang-kunang yang hinggap di pundaknya, begitu ia menoleh ke arah Yuri, anak itu sudah di kerubungi oleh kunang-kunang.

"Uwaa--- SYUH! SYUH! SANA JAUH-JAUH!" Zeiko berlari mengusir kunang-kunang itu dari Yuri. "Kok di usir kunang-kunangnya?" Tanya Yuri heran, sayang sekali. Padahal ia sangat menyukai kunang-kunang. "Nanti kalo kamu kena darahnya gimana? Itu bahaya." Jelas Zeiko pada Yuri, "Dan lagi, beberapa kunang-kunang di sini bisa menghasilkan api." Sambung Zeiko "Api? Maksud kamu yang biasanya ada di dongeng itu?" Tanya Yuri, Zeiko mengangguk.

 "Itukan mitos, aku bahkan tidak pernah melihat nya." 

"Walau banyak yang bilang itu mitos, tapi kunang-kunang seperti itu ada di dunia nyata."

"Kalau begitu, apa kunang-kunang jenis itu langka?"

"Ngga, sebenernya gak langka. Contoh nya..."

Zeiko memungut ranting pohon lalu melempar ranting itu tepat mengenai salah satu perut kunang-kunang yang beterbangan, setelah itu muncul lah kobaran api kecil dari kunang-kunang tersebut.

"Lihat? Mereka nggak langka dan dapat di bedakan."

"Wh-Whaa.. Kau hebat Zeiko, bagaimana cara membedakannya?"

"Dari semua kunang-kunang yang berada di sini, berapa warna yang kamu lihat dari mereka?"

Yuri memerhatikan kunang-kunang yang ada di sekitarnya, ia mendapati beberapa warna kunang-kunang sedikit berwarna merah, sedangkan yang lain berwarna oranye. Membedakannya harus agak teleti karena warna mereka hampir mirip.

"Erm... Dua?"

Zeiko mengangguk, "Yang berwarna merah itu bisa menghasilkan api," Jelas Zeiko, "Apa ada warna yang lain?" Tanya Yuri, baginya ini adalah pengetahuan baru.

"Ada banyak. Contohnya ; Biru, kunang-kunang yang biru lebih berbahaya dari kunang-kunang merah, api yang ia punya lebih besar dan panas." Jelas Zeiko.

"Whoaa,, Kau tahu banyak ya, Zeiko."

"Tentu saja, aku kan sudah pernah melihat seluruh warna kunang-kunang yang ada sebelum kau lahir."

"Begitu ya, apa saat masih kecil kau sering bermain dengan kunang-kunang?"

"Begitulah, hari sudah semakin malam. Ayo kita kembali."

"Iya."

.

.

.

"Kalau begitu sampai ketemu besok malam ya."

"Ah, maaf. Sepertinya kalau besok malam aku tidak bisa. Aku harus menjaga rumah kak Acha, jadi aku akan menginap disana."

"Begitu ya, yasudah."

"Maaf ya, Zeiko."

"Ya, tak usah di pikirkan. Selamat tidur." Ucap Zeiko sambil mengecup punggung tangan Yuri lembut,  ia melambai kearah Yuri lalu pergi  meninggalkan balkon. Yuri langsung memasuki kamarnya dan menutup serta mengunci pintu balkon lalu menutup gorden. Ia harus cepat-cepat tidur karena besok ia harus bangun pagi.

To Be Continued...

Halooo,, gimana kabarnya? Semoga baik, ya ampun. Sebenernya ngetik chapter ini pikiran udah buntu aja, padahal baru chapter 5 haha... Chapter 6 menyusul yaaa. Oh iya, jadwal up cerita SOM ini setiap hari minggu atau senin yaa, kalo ada waktu lebih kemungkinan up 2x seminggu + kalo ide ada. Kalo ngga yaaa 1x seminggu. Sampai sini dulu ya, sampai jumpa di chapter 6, papaaaayyyy !

𝖘𝖈𝖍𝖔𝖔𝖑 𝖔𝖋 𝖒𝖆𝖌𝖎𝖈  [𝖔𝖈]Where stories live. Discover now