Sueños, añoranzas y malos recuerdos

245 12 1
                                    

Keesokan hari Jum'at

Rumah Reva,

Ara bangun lebih pagi seperti rutinitasnya, membangunkan Abang nya lalu menyuruhnya membangunkan Reva.

“Bang…bangunin Reva ya gue mau masak…”. Lirih Ara mengumpulkan nyawa, menepuk-nepuk kaki Aran

“Hemmm…bentar lagi…”. Jawab Aran, belum sepenuhnya bangun

“Bangun ga Lo bang atau gue…kirim video aib Lo pas jadi badut di SMP ke Chika”. Bisik Ara mengancam Aran tengah berada di alam mimpi

Aran yang diancam pun membelalakkan mata dan langsung pergi ke Kamar Reva.

“Heran…kenapa dah gue punya kakak kebo kek gitu, Ini lagi ga di beresin juga kasurnya ujung ujungnya gue juga yang beresin”. Keluh Ara

Disisi Aran,

“Rev…bangun…heh! Lo hari ini masih masuk sekolah dudul!”. Ujar Aran membangunkan Reva

“Hmmmmm”. Sahut Reva menangkap suara Aran

“Bangun anjir, eughh mana bau lagi”. Keluh Aran menutup hidungnya kala mencium bau badan Reva bercampur alkohol dan sebagainya.

“Terpaksa dah ambil speaker di kamar gue”. Lanjutnya

Aran kembali ke kamarnya dengan Ara yang telah selesai merapikan kasur Aran.

“Kenapa bang balik? Udah bangun si dodol?”. Ketus Ara hendak pergi dari kamar Aran

“Belum, makanya balik buat ngambil speaker”. Jawab Aran

“Yaudah gue turun dulu buat masak”. Pamit Ara meninggalkan wilayah Aran, dan Diangguki Aran

Setelah mengambil speaker ia pun sudah siap membangunkan Reva dari Alam Mimpinya

Mimpi Reva,
Reva di alam mimpinya diperlihatkan ia tengah sendirian ditepi danau. Awal nya Reva heran kenapa dirinya memiliki tubuh dikala usianya 9 tahun.

Usia dimana Reva masih mempunyai warna di hidupnya, sebelum orang tuanya pergi meninggalkan dirinya dengan mbok Sumini dan pak Abas yang bekerja dirumahnya kala itu.

“Ini tempat apaan, Danau?”. Gumam Reva

“Reva…hai”. Sapa seseorang wanita menepuk pundak Reva yang menghadap ke Arah Danau

“Mama? Kangen… (grepp)”. Lirih Reva mengenali suara itu, seraya memeluk orang ia rindukan selama ini

Haiii…sayang gimana kabar kamu?”. Tanya seseorang pria dari arah mama nya berjalan

“Papa?!”. Kejut Reva melepaskan pelukan dari Mamanya

Kemudian pria yang ia sebut papa itu membungkuk menyetarakan tinggi badan nya dan tinggi anak perempuan semata wayangnya.

(Grepp)

Reva memeluk papa nya dengan erat disusul pelukan dari Mamanya.

“Reva kangen sama papa mama”. Lirih Reva membenamkan wajahnya di tengkuk leher Papanya

“Kalian udah ga sayang ya? Sama Reva…hiks”. Tanyanya yang kini pipinya dibanjiri air mata

“Reva…dengerin Papa”. Ujar Aldo (papa Reva), menangkup wajah Reva

“Reva…Jangan aneh aneh ya selama sama bang Aran kak Ara, iya?”. Lanjut Aldo

Beautiful-Faced PsychopathsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang