𝓒𝓱𝓪𝓹𝓽𝓮𝓻 7 - 𝓡𝓮𝓶𝓮𝓶𝓫𝓮𝓻

611 65 5
                                    

Apa yang Nicho katakan benar-benar membuat Gama kepikiran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Apa yang Nicho katakan benar-benar membuat Gama kepikiran. Dia bahkan bukan orang yang mudah melampiaskan segala sesuatu dengan kekerasan. Apalagi pada seorang perempuan. Rasanya tidak mungkin kalau dia melakukannya meski sebenci apapun dia pada Hyuna.

"Gue kok bisa nggak inget sama sekali sih? Gue bener-bener nggak tahu apa yang gue lakuin. Lihat Hyuna histeris, gue jadi nggak tega dan merasa bersalah. Tapi gue habis ngapain? Ya Tuhan.. semua ini gara-gara Lizza. Andai aja dia nggak lakuin itu, gue nggak bakalan frustasi dan mabuk." ujar Gama sembari memukul meja.

Suara ketukan pintu membuatnya malas membuka karena dia sudah bisa menebak jika itu adalah papanya.

"Gama... buka!! Papa mau ngomong sama kamu." teriak Hartawan dari balik pintu kamarnya.

Gama masih berdiam diri, enggan membuka pintu.

"Gama... denger papa kan? Papa ini masih orangtua kamu! Tolong hargai papa sedikit." Hartawan kembali berteriak.

Gama pun mengalah, ia beranjak untuk membuka pintu kamarnya.

Ceklek..

"Ada apa pa?" tanya Gama tanpa ekspresi.

"Nanti malam ikut papa makan malam di rumah temen papa." ajak Hartawan.

"Siapa? Papa mau nikah lagi? Gama nggak sudi kalau tujuan papa itu." tebak Gama.

"Ngawur, kamu punya pikiran papa mau nikah lagi? Mana mungkin Gama... sudah nanti ikut saja."

"Hmm.."

Jika biasanya Gama akan bersikeras menolak ajakan papanya, kali ini dia enggan berdebat.

Di tempat lain, Hyuna baru saja sampai di rumah diantar oleh Nicho.
"Kak Nicho... makasih ya, udah anterin Hyuna. Maaf repotin kakak terus." ucap Hyuna sebelum turun dari mobil.

"Santai Na... Lo yakin berani sendiri? Apa gue temenin sampai mama-papa lo pulang?" Nicho menawarkan.

"Nggak usah kak, paling sebentar lagi mereka sampai. Sekali lagi makasih ya kak... kak Nicho terlalu sering bantu Hyuna."

"Ck... lo tuh ya... kebanyakan bilang maaf dan makasih. Gue nggak suka."

"Hehe iya kak. Ya udah kalau gitu Hyuna masuk ya..."

"Kalau ada apa-apa nanti telepon gue."

"Siap..."

☆☆☆☆

Hari sudah mulai gelap, Hyuna yang baru saja bangun cukup bingung melihat mamanya sibuk di dapur. Hyuna memang sedari sore tidur karena kepalanya sedikit pusing.

"Ma..." panggilnya sembari mengerjapkan mata.

"Eh sayang... Hyuna sudah bangun? Gimana kepalanya masih sakit?" tanya Khareena.

𝑪𝑹𝑶𝑳𝑨𝑻𝑻𝑬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang