SABRINA 2 - BAB 9

2 0 0
                                    

Pagi tiba, Revan sepertinya masih merasa khawatir akan kehadiran Aldo kembali. Kali ini, dia menawarkan diri untuk mengantarku, dan meminta berbelanja di pasar swalayan saja. Sebelum berangkat, ada yang menelepon Revan. Dia melihat handphone, ternyata Juna yang menelepon pagi ini. Aku mencoba mendengar percakapan mereka, aku hanya bisa mendengar jawaban Revan saja karena obrolan mereka tidak menggunakan pengeras suara.

"Iya, semalam ada yang mau ditanyakan." Revan menaruh tangannya di pinggang. "Iya, lagi sama Sabrina, kenapa?" Dia merapihkan rambut. "Hah?" Dia kembali menaruh tangan di pinggang. "Maksudnya, apa? Kok tiba-tiba ngomong gini?" intonasi suaranya mulai meninggi, dia terlihat sangat cemas. "Iya, pasti, Jun! Gue bakal jagain, Sabrina." ujarnya dan mematikan telepon setelah itu.

Revan memasuki mobil, aku langsung membuka pembicaraan dengannya karena rasa penasaranku apa yang dibicarakan Revan bersama Juna tadi. "Ada apa Juna, Van?"

"Nggak apa-apa kok, hanya suruh jagain kamu saja katanya," jelasnya, mengenakan sabuk pengaman.

"Oh, kok tumben banget, Juna?" tanyaku heran.

"Iya, aku juga nggak tahu. Ya sudah, biarin saja, Sab. Kamu pakai sabuk pengaman dulu, gih!"

Aku hanya mengangguk dan mengenakan sabuk pengaman segera. Di dalam pikiranku sekarang masih bertanya-tanya mengapa Juna tiba-tiba mengkhawatirkan keadaanku. Aku sempat terlintas perihal Aldo, jika memang benar pikiranku mengenai Aldo yang dibicarakan oleh mereka.

Mengapa Juna meminta Revan untuk menjagaku? Rasa penasaranku semakin menjadi-jadi saja.

Kami sudah melakukan perjalanan. Sebentar lagi akan melewati rumah "aneh" untuk menuju jalan raya. Entah kenapa, rasa panik menghampiriku di setiap situasi seperti ini. Benar saja, mesin mobil tiba-tiba mati sebelum melewati rumah "aneh" ini. Kami bergegas keluar dari mobil. Revan membuka kap mobil depan untuk memeriksa mengapa mesin tiba-tiba mati. Pada saat Revan membukanya, mesinnya mengeluarkan sedikit asap. Revan menatap heran mesin mobil dengan raut wajah kebingungan.

"Perasaan baru kemarin ke bengkel," ujar Revan saat membuka kap mobil.

Ada yang menepuk pundakku dari belakang. "Sabrina," sapa seseorang dari belakangku.

Aku menoleh dan tercengang. "Aldo!"

Revan langsung berdiri tegap melihatku dan Aldo. Aku semakin panik saat ini karena reaksi Revan melihat kehadiran Aldo yang terlihat sangat tidak suka.

"Kenapa mobilnya, Sab?" Aldo dengan senyum semringah.

"Eee, nggak tahu, tiba-tiba mati." Aku melipat kedua tangan untuk menutupi rasa gugup.

Aldo menghampiri Revan yang sedang berdiri di depan mobil. Revan membalas Aldo dengan senyuman ragu. Aku semakin tidak nyaman berada di situasi seperti ini. "Ini gue boleh bantu, nggak?" tanya Aldo kepada Revan.

"Iya, silakan." Revan berjalan mendekatiku.

Sekitar 15 menit, akhirnya Aldo selesai membantu untuk membetulkan mesin mobil kami. "Ini udah benar ya, bisa coba nyalahin?" Aldo menoleh ke Revan.

Revan beranjak ke dalam mobil untuk mencoba menyalahkan mesin. Aldo melirikku dan memberikan senyuman. Aku membalas senyuman tersebut dengan sedikit keraguan. Akhirnya mobil menyalah kembali, Aldo menutup kap mobil, dan Revan kembali keluar dari mobil untuk menghampiri kami yang berada di luar.

"Terima kasih, sudah nolong." Revan yang baru saja keluar dari mobil kepada Aldo.

"Iya, santai saja." Aldo tersenyum semringah.

Tidak terlihat Aldo adalah orang jahat di mataku. Dia hanya terlihat seorang pria yang ramah dan ceria saja, tetapi persepsi setiap orang berbeda-beda, belum tentu di mata Revan sama dengan di mataku.

"Oh, iya! Kita belum kenalan sebelumnya. Gue Revan, suaminya Sabrina." Revan menjulurkan tangannya untuk bersalaman.

Tanpa canggung sedikit pun, Aldo menerima jabat tangan Revan. "Gue Aldo. Eee, ini kalian pada mau ke mana?" Aldo tidak melepas senyumannya sedikit pun saat berbicara.

"Oh, nggak ke mana-mana, hanya mau belanja kebutuhan rumah saja kok," jelas Revan.

"Oh, gitu. Eee, Sab! Ini kalung lo kemarin jatuh. Kemarin gue ngirim WhatsApp hanya mau kasih tahu kalung ini." Dia menjulurkan kalungku.

Aku memegang leherku. "Lho! Kok baru sadar kalung gue nggak ada. By the way, terima kasih ya, Do." Aku mengambil kalung tersebut dari tangannya.

"Hemm, kalian nggak jalan sekarang? Bukannya mobil sudah benar?" tanya Aldo.

"Iya, ini mau jalan. Ya sudah, gue sama Sabrina duluan ya, sekali lagi terima kasih." Revan memasuki mobil setelah itu.

Aku menunjukkan kalung ke arah Aldo. "Terima kasih, ya!" Aku memberikan senyuman. Dia hanya menjulurkan ibu jarinya sambil tersenyum lepas. Aku memasuki mobil dan Revan bergegas menjalankan mobilnya setelah itu.

Baru saja menjalankan mobil, Revan tiba-tiba menginjak rem mendadak sambil beberapa kali menoleh ke belakang. Aku menoleh untuk melihat apa yang sedang dilihat olehnya. Tidak ada satu pun yang istimewa di sana. Aku hanya melihat pintu gerbang rumah "aneh" baru saja tertutup.

Sebenarnya apa yang sedang dilihat oleh Revan, ya?

"Ada apa, Van?" tegurku.

"Oh, nggak apa-apa kok." Revan langsung menjalankan mobilnya kembali. "Kamu mau masak apa, hari ini?"

Aku merebahkan tubuh ke kursi mobil. "Hemm, apa ya, kamu mau makan apa, hari ini?"

"Kentang balado pakai pete enak kali, ya?"

"Hemm, setuju! Ya sudah, kita makan itu saja hari ini," ujarku penuh semangat.

Sepanjang perjalanan Revan hanya terdiam. Aku masih bertanya-tanya dengan apa yang sudah dia lihat.

Apakah ada sangkut pautnya dengan Aldo? Apa yang sebenarnya yang dia lihat? Kenapa dia terlihat sangat cemas seperti memikirkan sesuatu, ya?

Aku membuka pembicaraan kepada Revan. "Kamu kok tumben jadi pendiam, Van? Ada apa?"

"Hah? Oh, nggak apa-apa kok, Sab. Lagi fokus berkendara saja, seru lihat mobil sama motor lalu lintas ramai gini." Revan tersenyum ragu.

"Oh, gitu. Bukan karena kamu kepikiran tentang Aldo kan, Van?" Aku memastikan.

"Aman, Sayang, bukan kok."

"Hemm, okay kalau gitu." Aku mengangguk pelan.

***********************************************************************************************

Sebenarnya apa yang sudah dilihat sama Revan, ya? Sampai dia sangat terkejut seperti itu. Hemmm...

Follow aku dulu yuk, agar kalian dapat notifikasi untuk cerita terbarunya. Jangan lupa untuk vote dan berikan komentar setelah membaca karena support kalian sangat berharga. Tunggu kelanjutan cerita SABRINA 2: CIRCLE OF DARKNESS NEW VER. yang akan di-upload setiap Sabtu pukul 15:00 WIB. Stay tune!

See you and thank you, everyone!


Warm Regards,

INDRI HELWINA

SABRINA 2: CIRCLE OF DARKNESS (New Ver.) - ON GOINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang