42

64 11 11
                                    


"Kepuasaan dalam menyakiti seseorang itu datangnya sesaat. Hal abadi yang di dapatkan hanya penyesalan."

Tolong simak part ini sampai akhir. 2000+ kata yang ku tulis. Terima kasih.

***

"Papa lihat, akhir-akhir ini kamu sering menghabiskan waktu masak di dapur untuk bekal ke kantor. Lagi hemat uang, Kak? Ada yang lagi di pengenin?"tanya Galen saat makan malam mereka selesai.

Lavelyn menggeleng. "Nggak kok, Pa. Aku masak untuk ngasih makanan itu ke mama Astalian."

"Tujuan kamu selalu datang menemui mama Astalian untuk apa, Kak? Bukannya Mama mau mikir ke arah negatif. Tetapi, Asta dan Marvin aja nggak ngelakuin hal yang sama. Apalagi setelah kita tahu bahwa mamanya sudah membuat trauma untuk Asta,"ucap Paula menatap heran ke arah Lavelyn.

Lavelyn tersenyum simpul. Ia harus meluruskan semua ini sebelum pembicaraannya semakin jauh. Apalagi ia  sangat paham bahwa Mamanya sangat khawatir sejak hubungannya dan Astalian sudah berakhir.

"Aku paham Mama dan Papa khawatir. Tetapi, aku hanya ingin mengenal tante Hana karena aku percaya bahwa masih ada hal baik di dalam diri tante Hana yang tidak semua orang tahu. Kita hanya paham bahwa tante Hana memberikan luka di hati Astalian tanpa mengenal lebih jauh tante Hana sosok yang seperti apa. Mama dan Papa tahu kan kalau tante Hana juga punya luka yang sama karena kehilangan Atsa, saudara kembar Asta."

Galen menghela nafas. "Tetapi, Kak. Itu tidak lantas membuat kamu harus terlibat lebih jauh. Nggak baik masuk ke dalam kehidupan orang saat kamu sendiri belum tentu mengerti situasi sebenarnya bagaimana. Apa yang diceritakan oleh keluarga Altama kan secara garis besarnya saja karena nyatanya memang seperti itu. Hal itu nggak membuat kamu langsung ingin mengenal sisi lain dari tante Hana. Nggak semua hal harus kamu perlakukan sama, Kak."

"Kita sama-sama manusia, Pa. Punya kesalahan masing-masing. Nggak baik menghakimi seseorang hanya karena kita tahu dia pernah menyakiti orang lain dengan begitu dalam. Lantas seseorang tersebut tidak berhak untuk di dekati. Nggak gitu, Pa,"ujar Lavelyn.

Paula mengusap pundak Lavelyn. "Kami paham kamu berusaha untuk memandang seseorang secara positif dan percaya bahwa setiap manusia punya kesempatan yang sama untuk hidup tenang dengan manusia lain. Tetapi, nggak semua hal harus kamu sama-ratakan. Situasinya masih belum membaik, Kak. Jangan gegabah mendekati seseorang yang bahkan bisa saja menjadi bencana untuk hidup kamu."

"Darimana Mama tahu bahwa tante Hana akan jadi bencana untuk hidup aku? Mama dan Papa selalu mengajarkan untuk aku tidak boleh memandang manusia secara sepihak. Kita harus memahami banyak hal tanpa harus menghakimi. Kenapa sekarang dengan mudahnya Mama dan Papa bicara seperti itu seolah-olah tante Hana akan terus menyakiti banyak orang di dekatnya?"

Galen membawa kedua tangan Lavelyn untuk ia genggam. "Kita tidak mengenal baik masa lalu keluarga Altama. Maka dari itu, tidak boleh sembarangan ikut andil dalam masalah mereka. Mau posisi kamu sebagai orang yang pernah menjadi spesial di hati Astalian. Rasanya nggak pantas, Kak. Papa paham bahwa kita tidak boleh mengklaim seseorang saat kita tidak tahu apapun soal hidupnya. Tetapi, ini bukan waktu yang tepat. Biarkan keluarga mereka yang berurusan langsung dengan mama Astalian. Kamu hanya perlu mendukung Astalian. Itu saja, Kak. Bisa?"

"Iya, Pa. Akan aku usahakan. Maaf aku bertindak terlalu jauh. Aku nggak tega melihat seseorang yang dibenci dengan hebatnya oleh orang lain. Meskipun kesalahannya sangat fatal. Tetapi, bagaimanapun tante Hana hanya manusia biasa. Aku pun pernah membuat kesalahan besar dalam hidup. Tetapi, dengan mudah bisa di maafkan oleh orang lain. Aku hanya berpikir bahwa setiap manusia patut merasakan kedamaian dalam situasi apapun. Walau bahkan sudah menorehkan banyak luka karena ya pada dasarnya manusia tempat seburuk-buruknya rasa sakit."

Cinta Cowok Idaman!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang