3. Salah Paham?

1.5K 107 19
                                    

Haii gimana kabar kalian?

Siap untuk part ini?

Happy Reading🍓

.
.
.

"Hmm ... Enak banget, Sayang," ujar Sekar setelah mencicipi sedikit masakan yang dibuat Gladys.

Masakan hari ini adalah cumi asam manis, udang goreng tepung, dan juga oseng kangkung yang dibuat semua oleh Gladys. Sekar sempat tidak percaya sebenarnya, tapi melihat keluwesan Gladys, akhirnya ia menurut saja. Sekar hanya memberi tahu di mana letak perbumbuan.

"Meisya pasti suka, nih," ujar Sekar mencomot udang goreng.

"Meisya?"

"Ah," Sekar menepuk jidat, "Bunda lupa, Meisya itu adiknya Mas Radit. Anak Ayah dan Bunda yang ke dua."

Gladys mengangkat satu alis lalu mengangguk pelan. "Kelas berapa, Bun?"

"Udah besar dia, kelas dua SMA," ujar Sekar membantu Gladys membersihkan semua perlatan dapur.

"Tapi kamu jangan kaget, ya, nanti kalau ketemu," ujar Sekar.

"Kenapa emangnya, Bun?"

Sekar terkekeh, "Dia agak manja kalau sama Mas-nya, hehe."

Gladys ikut terkekeh paksa lalu membayangkan bagaimana nanti ia berebut perhatian Radit. Bagaimana nanti kalau Radit lebih mementingkan adiknya ketimbang dirinya yang— Ah! Apasih, Dys? Gladys berdecak, kenapa juga mikirin sampai situ?!

"Tapi kamu tenang aja, Sayang. Nanti Meisya bakalan ngerti kok," ujar Sekar peka. "Soalnya Bunda tau gimana rasanya berbagai perhatian, hehe."

Gladys tertawa canggung, ia salah tingkah sendiri dan itu tak luput dari pandangan Sekar.

"Hahaha jangan salting, Dys. Wajar kok kalau kamu cemburu," canda Sekar.

"Hah? Nggak kok, Bun, Gladys biasa aja," elak Gladys.

"Bunda mengerti gimana perasaan kamu. Jujur aja, deh, waktu pertama kali lihat Mas Radit kamu terpesona, kan? Bunda lihat kamu diem waktu itu," ujar Sekar.

"Enggak, Bun, sumpah!"

"Halah, ngaku aja, Mas Radit juga iya, kok. Waktu Bunda dikasih kabar sama Ayahmu, Bunda langsung kasih foto kamu ke Mas Radit. Eh ternyata manut aja anaknya," ujar Sekar.

"Iya, kah?" kata Gladys spontan dan itu membuat Sekar tertawa.

"Tuh, kan, bener! Ahhh senangnya aku," ledek Sekar.

"Bun ...," rengek Gladys. Tidak di rumah tidak diluar, tidak bisa lepas dari rengekan.

Sekar tertawa lagi. Pertama kali ia bertemu Gladys, ia langsung suka pada gadis itu, begitupun suaminya. Sempat meminta izin pada Wirawan dan Ratih, tapi ternyata Tuhan belum mengizinkan. Lalu selang beberapa bulan, Tuhan baru mengizinkan mereka berdua untuk bersatu.

"Aduh ...  Bunda lupa lagi," kata Sekar menepuk jidat lagi.

"Kenapa, Bun?"

Sekar menoleh lalu menatap berharap pada Gladys, "Sayang, Bunda boleh minta tolong antarkan bekalnya Mas Radit? Bunda benar benar lupa tadi. Ah, sekalian tambahin masakan kamu, biar dia makin semangat kerjanya."

***

Kacamata yang bertengger di hidung dengan tatapan yang terlihat fokus pada layar monitor, membuat kharisma pria itu bertambah. Matanya menyipit dan sudut bibirnya terangkat kala mengetahui jenis kelamin si buah hati.

What... ? Dijodohin?! (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang