4. Yaudah Sayang

1.6K 130 42
                                    

Hai selamat malam

Siap untuk baca part ini?

Happy Reading

.
.
.

Raut cemberut dengan bibir maju beberapa senti, Gladys tampilkan sedari perjalanan pulang hingga sekarang sampai rumah. Sekar sudah menawarkan untuk mengantarkannya, tapi karena Gladys sudah panas duluan, jadi Sekar memilih mengalah.

"Loh, kok sudah pulang?" tanya Ratih heran.

Gladys menatap melas Sekar, raut wajahnya seakan-akan ingin dipeluk dan dimanja, "Bunda ..."

"Kenapa, Nok?"

Gladys langsung masuk ke pelukan Ratih yang tengah duduk di meja makan, ia mendusel-dusel di sana.

"Kenapa lagi?"

"Mas Radit udah punya pacar, Bun ...!"

"HAH?!"

Tangis Gladys pecah, ia menggeleng-geleng tak bisa membayangkan bahwa Radit ternyata sudah punya pasangan. Kalau tahu begini, untuk apa mereka dijodohkan? Padahal Gladys udah baper! Eh? Mang eak?

"Jangan bercanda kamu, Diajeng!" tegur Ratih, karena ia tau bagaimana Radit. Pria matang yang kesopanan dan tata krama-nya patut diacungi jempol. Lahir dari keturunan Jawa asli membuat Ratih percaya bahwa Radit bisa mendidik dan menuntun Gladys menjadi lebih baik.

"Gladys nggak bohong, Bun," ujar Gladys. "Tadi, kan aku nganterin bekal buat Mas Radit karena Bunda Sekar lupa tadi. Tapi pas aku ke sana, maksudnya pas aku nggak sengaja ngintip, aku malah ngelihat Mas Radit lagi pacaran ..."

"Pacaran gimana maksud kamu?" tanya Ratih.

"Bibirnya Mas Radit tadi diusap sama perempuan dan perempuan itu kayaknya perawat, jadi kayak cocok sama Mas Radit, Bun," adu Gladys.

Ratih menghela napas melihat anak gadisnya kejer begini.

"Kalau ternyata Mas Radit udah punya calon, kenapa jodohin aku sama dia, Bun? Aku nggak mau jadi pelakor," ujar Gladys.

"Aduhh jangan nangis, Nduk, belum tentu itu benar. Kamu juga, kenapa ngintip begitu? Nggak sopan, Nduk," omel Ratih.

Gladys mengernyit, "Bunda kenapa malah marahin aku? Harusnya, kan Mas Radit yang dimarahin, bukan aku!" rengeknya tak terima.

"Eh, bukan gitu maksud Bunda, jangan gitu kalau dinasihat-- Diajeng! Ya Allah Gusti ...," lirih Ratih di akhir karena Gladys malah beranjak ke kamar dengan langkah bersungut-sungut.

Brak!

"Ya Allah ..."

***

Radit memberhentikan mobil di depan toko yang sering dikunjungi oleh para perempuan untuk mempercantik diri. Setelah pulang dari kerja, Sekar sudah mewanti-wanti dirinya untuk segera membujuk Gladys, kalau perlu berkunjung ke rumah Gladys juga.

Alat make up ada banyak sekali jenisnya. Dimulai dari foundation, concealer, lipstik, maskara, eyeliner, dan masih banyak lagi.

Radit mengernyit tak paham dengan informasi yang ditampilkan di layar ponsel. Pandangannya lalu memperhatikan betapa ramainya toko yang sekarang dikunjungi banyak perempuan. Tidak ada satu pun laki-laki di sana, kalau pun ada, mereka menunggu di luar.

What... ? Dijodohin?! (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang