Seorang gadis kecil nan lucu, mengenakan hijab coksu kebanggaannya, dan baju muslim berwarna ungu kesukaannya, keluar dari rumah setelah selesai mengaji. Rumah itu adalah tempat mengaji bagi beberapa anak yang sedang ada di dalam rumah dan sedang bermain di luar. Bagi anak-anak yang ada di luar, mungkin saja mereka sudah selesai mengaji atau sebagainya.
Panggil saja Nesya. Gadis itu memiliki beberapa teman laki-laki yang sangat baik. Mereka juga menjadi teman Nesya saat masih PAUD.
Salah satu di antara teman-teman Nesya, yaitu anak dari Ustadzah pemilik rumah, ia adalah Rasya. Bukannya teman paling dekat, tapi dia yang paling baik. Bahkan Nesya pernah di ajari oleh Rasya untuk memanggilnya Abang hanya karena umur mereka yang beda satu tahun.
Sangkin baiknya Rasya, ia pernah mengajari Nesya cara menggambar yang baik, ia juga pernah memberikan Nesya beberapa jajanan yang ia miliki untuk Nesya di saat gadis itu ketinggalan uang jajan, Rasya juga selalu saja soft spoken kepada sosok yang di anggapnya adik itu. Terakhir, Rasya juga pernah mengajarkan Nesya bagaimana cara untuk membawa sepeda yang benar.
"Bang Rasya, Nesya juga mau main sepeda. Tapi, Nesya nggak pandai bawanya." Ungkap Nesya tiba-tiba.
"Kalo gitu, kamu main yang lain aja. Nanti malah jatuh lagi." Jawab Rasya.
"Tapi, Nesya mau main juga."
Rasya berpikir sejenak sambil menatap Yadi yang juga sedang memegang sepedanya. Tadinya, mereka berencana akan bermain sepeda bersama. Namun, hal itu tertunda hanya karena Nesya ingin bermain bersama.
"Yeay!" Sorak Nesya. Ia kesenangan karena bisa merasakan bagaimana di bonceng oleh seseorang. Di bonceng dengan sepeda.
Akhirnya, Rasya memilih untuk membawa Nesya ke tempat duduk boncengan di belakangnya. Namun, semua itu terjadi saat ia dan Yadi usai melakukan balap sepeda. Bahkan, saat itu yang tertinggal di rumah Rasya hanya Nesya. Yang lainnya sudah pulang ke rumah masing-masing.
"Makasih, Bang Rasya. Tadi itu seru banget." Ucap Nesya begitu mereka sampai di depan rumah.
"Ya udah, kamu masuk sana. Sekarang udah azan isya." Rasya memilih untuk memarkirkan sepedanya di bagasi.
Begitu masuk, Nesya melihat sosok laki-laki tinggi dengan kemejanya yang rapi dan juga sajadah yang berada di bahunya.
"Loh, Nesya belum pulang?" Tanya Reza-Abang sepupunya Rasya.
"Belum ada yang jemput, Bang."
"Oh, gitu. Ya udah, kalo gitu kamu duduk disini dulu, ya. Abang mau ke masjid. Nanti, habis dari masjid, Abang yang antar Nesya pulang."
"Makasih, Bang Reza." Nesya menampilkan senyuman lebarnya kepada Reza.
Rasya sangat menjaga adiknya dengan baik, maupun di tempat mengaji, ataupun di MDA. Dulu, Nesya pernah ingin di hajar oleh beberapa laki-laki hanya karena kesalahan kecil. Namun, karena Rasya melihat hal itu, ia segera membela Nesya dan menyuruh gadis itu pergi.
"Loh, Nesya? Kenapa lari-lari?" Tanya Rasya kebingungan melihat Nesya berlarian keluar saat dirinya hendak masuk ke dalam kelas.
"Tadi, Nesya di sorakin sama anak-anak yang cowok, Bang. Makanya Nesya lari."
Nafas Nesya terengap-engap. Dan sepertinya Rasya tau, orang yang Nesya maksud itu siapa.
Suara langkah kaki yang berlarian menusuk telinga Rasya. Begitu dua orang lelaki keluar dari kelas, Rasya sudah menebak bahwa mereka adalah pelakunya. Rasya berjalan mendekat setelah menyuruh Nesya untuk pergi ke belakangnya sejenak.
"Ampun, Sya. Kita nggak gangguin Nesya kok." Belum sempat Rasya berbicara, Fiki dan Tyo lebih dulu menghilang dari hadapan Rasya.
Melihat mereka berdua pontang-panting memasuki kelas, membuat Rasya tertawa. Padahal, Rasya belum sempat menyebutkan beberapa kalimat. Bahkan, satu kata pun tidak ia keluarkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
friend to lover
RomanceDua manusia asing, yang berpisah hanya karena setelah perpisahan mereka dari tempat mengaji dan MDA. Lalu, mereka di pertemukan kembali saat acara reunian. Terasa asing, namun dulunya dua manusia ini sangat akrab. Nesya juga pernah menyapa Rasya saa...