02

42 8 4
                                    

Chapter 02|A Monster?




"b-bakemono.."

Rintihan kecil dari seorang pria paruh baya akhir 30 an. Pria dengan kimono biru kotak-kotak itu menatap tidak percaya wajah cantik yang dia kenali itu adalah gadis kecil yang selalu membantu ayahnya mengobati pasien. Gadis manis dengan senyum ramah yang tidak pernah pudar di wajahnya yang cantik.

Tapi malam ini, gadis kecil yang dia kenali itu telah hilang. Gadis yang kini ada di hadapannya adalah monster. Monster yang tengah asik menjilati jari-jari lentik yang di penuhi darah segar miliknya.

Ahh, apa kondisinya semengenaskan itu? Entahlah dia bahkan sudah tidak bisa merasakan sakit pada tubuhnya, yang dia tau perutnya terkoyak karena kuku tajam monster itu, tangan kanannya tercabut. Sepertinya dia akan mati karena ke habisan darah.

Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Izuna menjadi seperti ini?. Gadis kecil yang sudah dia anggap sebagai ponakan karena selalu membantunya merawat obaasan.

Obaasan?

Ahh benar, bagaimana dengan obaasan? Jika dia sungguh akan mati lalu siapa yang merawat obaasannya?

"o-baasan.."

Izuna, gadis bersurai hitam dengan mata emas yang tengah asik melahap jari-jari milik pria dengan kimono biru kotak-kotak yang dia cabut itu menoleh. Menatap pria dibawahnya yang terus menggumam tidak jelas. "..o-baasan" gumam lemah pria itu terakhir kalinya.

"o-baasan.. b-bakemono.." gumam Izuna mengulang kata yang diucapkan pria paruhbaya dengan kimono biru kotak-kotak itu. sambil mendongkak menatap langit malam yang gelap tanpa ada satupun cahaya bintang. Hanya salju putih yang berjatuhan dengan tenang.

Gadis itu menunduk menatap bingung pria yang memanggil dirinya dengan sebutan ojisan "obaasan..dare?" tanya Izuna pada ojisan yang sudah mati. Gadis itu menoleh menatap tangan putihnya yang tengah memegang tangan ojisan yang sudah tercabut dari tubuh dengan jari manis dan jari kelingking yang sudah hilang dia makan. Gadis itu bergumam kecil.

"..bakemono?"

...

Matahari terbit tanpa malu-malu. Pagi ini terasa lebih cerah dengan udara yang begitu segar, salju sudah berhenti walau masih menumpuk penutupi jalanan.

Tapi, Izuna Benci. Dia ingin malam segera tiba. Dia benci karena matahari akan membakar tubuhnya. Karena itu pagi ini Izuna memilih bersembunyi di hutan, tepatnya disebuah gua jauh didalam hutan.

Duduk meringkuk dalam kegelapan. Menatap cahaya pagi di luar sana dari kejauhan. Bertanya-tanya dalam diam. Kenapa tubuhnya terbakar saat terkena matahari?

Gadis cantik yang telah kembali dalam bentuk kecil itu menyerah dengan pertanyaan tanpa jawaban. Memilih menyembunyikan wajahnya diantara lutut. Tangan kecilnya mengusap perut yang terus berbunyi sejak tadi.

Lapar

Pedahal semalam gadis itu baru saja mamakan ojisan. Tapi entah kenapa Izuna masih kelaparan. Dia ingin lebih. Kapan kira-kira malam akan tiba?

Apa masih lama?

...

Hah..hahh

Deru napas tidak beratur dari gadis remaja yang tengah berlari sambil sesekali menoleh kebelakang dengan raut wajah takut.

"Cepatt.." ujarnya dalam hati. Memaksakan kedua kakinya untuk terus berlari dengan cepat. Tidak memperdulikan kakinya yang terluka akibat berkali-kali jatuh tersandung akar pohon yang mencuat atau tergelincir karena tanah yang basah akibat salju yang sudah mencair.

Kimetsu No Yaiba | Blood Demon ArtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang