Chapter 01|Terlambat
•
•
•Hari semakin gelap. Salju terus turun bersama dengan badai yang seolah tidak ingin berhenti membuat keadaan di gunung saat itu tidak terlihat dengan jelas. Menghiraukan hal tersebut pria berjubah putih dengan corak api di bawah jubah tersebut terus berlari menelusuri gunung yang sudah tertutup dengan salju.
kwaakk kwaakk.. hampir tiba... hampir tiba
kwaakk cepat.. cepatt
Seruan burung gagak yang menjadi pemandu arah membuat pria itu semakin mempercepat larinya. mencekram erat nichirin yang tersampir di balik jubahnya yang berkibar karena angin. Sembari berharap bahwa dia tidak terlambat.
Namun, tak lama pria dengan surai yang senada dengan jubah yang dia kenakan itu menghentikan langkah kakinya. Saat netranya melihat tidak jauh dari tempatnya berdiri. Pria itu melihat seorang anak laki-laki tergeletak dengan tubuh yang bersimbah darah.
Berjalan perlahan mendekati. Pria itu terduduk lemas seketika melihat keadaan anak tersebut. Wajahnya yang pucat, tubuh kecilnya dipenuhi luka menganga, perut yang tercabik memperlihatkan organ dalam yang berceceran.
Dia terlambat.
kwaakk kwaakk ada iblis.. ada iblis di dalam rumah itu
kwaakk cepat.. bunuh iblis itu kwaakk
Pria itu mencekram kuat nicihirinnya. "kudaranai, sudah terlambat" gumam pria itu berdecih, rahangnya mengeras dengan raut wajah marah. Sebelum bangkit berjalan menuju rumah kayu yang cukup jauh dari posisi anak kecil tadi.
Pria itu terhenti di depan rumah kayu yang pintunya terbuka lebar memperlihatkan iblis laki-laki tua setengah bungkuk tengah memakan lengan wanita dengan kimono putih yang sudah tidak bernyawa. Pria itu kembali berdecih jijik mendengar decap iblis itu yang seolah tengah menikmati hidangan terenaknya.
Merasa diperhatikan iblis itu menoleh kebelakang melihat pria bersurai kuning dengan gradasi oren diujung rambutnya menatap penuh kebencian kearahnya. "khekhekhe" iblis itu menyeringai terkekeh kecil dengan suara seraknya.
Sungguh, hari yang penuh keberuntungan. Tidak perlu bersusah payah mencari mangsa untuk memenuhi rasa laparnya. Dia menemukan rumah dengan mayat segar yang masih utuh entah siapa iblis bodoh yang meninggalkan makanan lezat begitu saja dan sekarang satu mangsa lagi datang menghampirinya.
"makananku.. khekhekhe makananku" ujar iblis tua itu sembari berlari kearah pria berjubah putih dengan gradasi api diujung jubahnya.
sraakkk
Belum sempat iblis tua itu menyerang. Sebuah nichirin lebih dulu menebas lehernya. Seketika iblis tua itu berubah menjadi abu dan menghilang tanpa meninggalkan jejak apapun. Pria dengan surai kuning itu memasukan kembali nichirinnya. Sebelum kembali berjalan memasuki rumah kayu yang berantakan dipenuhi dengan darah disetiap sudutnya.
"tolong..."
Sebuah rintihan kecil membuat pria itu mengalihkan perhatiannya. Segera dia berjalan mendekati pria yang bersandar didinding kayu dengan luka disekujur tubuhnya "Aito-san" panggil pria berjubah itu berlutut di samping pria yang dia panggil Aito. "tolong..anak-anakku. me-mereka masih.. diluar" Pria itu meraih lengan Aito yang mulai mendingin, menggenggam tangan pucat temannya yang selalu meracik obat untuk istrinya Ruka. Tidak tahu harus menjawab apa.
"A-sahi.. dan Izuna.. tolong.. jaga mereka Shinjirou-san.."
Shinjirou menunduk menahan air matanya. Sebelum kembali mendongkak menggenggam erat tangan dingin Aito "aku akan mencari putrimu. Aku janji" ujarnya. Luruh, air mata yang telah susah payah ditahannya tumpah saat melihat mata temannya yang kosong menandakan bahwa pemilik tubuh itu sudah tidak ada.
![](https://img.wattpad.com/cover/305314894-288-k851047.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kimetsu No Yaiba | Blood Demon Art
FanficBahkan jika kamu terluka, kamu harus berdiri. Tidak peduli seberapa sakit. Ada sesuatu yang harus dilindungi - Kamado Tanjiro no Uta . . . . Hanya imajinasi penulis selama menonton anime kimetsu no yaiba Just a Fan Faction | Karya asli Koyoharu Got...