3. Our day

60 11 1
                                    

Sepulang sekolah, Taesan mengajak teman barunya —Ricky— untuk jalan-jalan keliling kota. Sembari menunggu Leehan yang masih ada jadwal pemotretan.

"Lo mau liat Abang gue skating gak?" Tanya Taesan saat mereka keluar dari mall, tempat biasa Taesan dan Leehan menghilangkan bosan.

"Keren banget, mau dong"

Dengan berjalan kaki, mereka menuju ke gedung tempat biasa Sunghoon berlatih. Sebuah ruangan di lantai 3 gedung yang tak jauh dari mall sebelumnya.

"Abang lo latihan tiap hari disini?"

"Biasanya sih seminggu 2 kali doang pas weekend, tapi kalo mau ada perlombaan gitu tiap hari dia kesini"

Mereka tiba di ruangan itu, sesuai dugaan memang Sunghoon berada dilantai es itu. Dengan pakaian olahraga dan sepatu khusus ice skater dikakinya. Ricky dibuat takjub dengan tarian Sunghoon dilantai dingin itu.

Taesan mengajak Ricky duduk di kursi penonton.

"Biar gue tebak, gedung ini punya keluarga lo kan?"

Tebakan Ricky 100% benar, gedung itu milik keluarganya. Ayahnya sengaja membeli gedung yang tadinya tidak terpakai, mengubahnya jadi gedung pencakar langit dengan berbagai kegunaan di setiap lantainya. Dan lantai 3 ini khusus dibuat untuk Sunghoon berlatih ice skating.

Sunghoon sudah jatuh cinta dengan ice skating sejak masih kecil, ia sering meminta ayahnya untuk mengajaknya pergi menonton penampilan seorang ice skater. Barulah saat kelas 2 sekolah dasar, Sunghoon mulai berani turun untuk mencobanya sendiri.

"San, jujur Abang lo ganteng kalo diem"

Taesan tak bisa menahan tawa, suaranya menggelegar seisi ruangan sampai perhatian Sunghoon teralihkan dan menghampiri keduanya. Taesan tertawa sambil memegang perutnya.

"Kenapa nih? Pasti ngomongin gua kan?" Sinis Sunghoon.

Taesan masih ijbol, ia menggerakkan tangannya tak sanggup bicara. Tambah ngakak saat Ricky kembali bicara.

"Iya Bang, tadi gua bilang lo ganteng kalo diem"

Kalimat Ricky membuat Taesan kembali tertawa ngakak, bahkan sampai tak bersuara. Taesan sudah duduk dilantai, tak kuat menahan tubuhnya lebih lama di kursi.

Hampir semua orang yang tidak mengenal Sunghoon akan mengira kalau abangnya itu adalah cowok yang kalem, cool dan tidak banyak tingkah. Tapi saat sudah lebih dekat, mereka akan sangat terkejut melihat sifat aslinya yang absurd. Bahkan lebih absurd dari teman ekstra-ekatrovert nya, Myungjae.

"Ky, lo belom liat Abang gue versi malam Minggu, dia lebih badut dari hari-hari biasanya"

Sunghoon selalu membawa ukulele ke halaman belakang rumah mereka, lalu mulai bernyanyi dengan nada sumbang dan musik sekenanya. Sunghoon selalu merana saat malam Minggu tiba, hanya ada Taesan dan anjing peliharaan mereka dirumah.

"Puas lo buka aib gua hah? Gua aduin nih ke Mami"

"Aduin aja, pasti nanti Papi bakalan bela gue kok" Taesan menjulurkan lidahnya.

Ada sedikit rasa iri dalam hati Ricky, melihat betapa serunya memiliki keluarga yang utuh dan harmonis. Taesan sangat beruntung, tak hanya dilimpahi harta tapi juga kasih sayang yang penuh dari keluarganya.

"Bang, boleh gak kalo gue jadi adek lo juga?"

🍂🍂

Suara tepuk tangan terdengar dari seberang telpon, Jay baru saja selesai menyanyikan sebuah lagu dengan memetik gitar kesayangannya. Dilayar laptopnya, terdapat tiga kolom panggilan. Keluarganya sedang berada diluar negeri.

so take it all✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang