Tiga

363 32 4
                                    


Sekarang keduanya berada di ruang tengah dengan posisi si manis yang bersandar ke bagian depan bahu lebar suaminya dan lengan kekar yang lebih tua itu merangkul bahu sempit si kecilnya, mereka menonton serial televisi yang sedang tayang setelah keduanya selesai makan siang.

"Mas, aku tiba - tiba kepikiran deh ada desain baru yang mau aku buat."
Celetuk Chenle membuat Jisung menunduk menatap yang lebih muda.
"Hm? Kamu mau buat desain baru?"
Jisung menanggapi.
"Iya, baru inget kemarin aku sempet kepikiran ide baru."

"Mau dibuat apa, sayang?" Jisung kembali bertanya.
"Masih bingung mau dibuat baju atau sepatu, soalnya corak yang aku bikin cocok buat dua - duanya. Kalau gitu aku mau ke ruangan aku sekarang, boleh ya?" Mereka berdua memang memiliki ruang kerjanya masing - masing. Ruangan milik Chenle tidak hanya untuk pekerjaan, tapi sekaligus untuk melakukan hobi - hobinya seperti melukis, membaca, menggambar, menulis, dan lainnya. Ruang kerja keduanya letaknya berseberangan, berada di kedua sisi lorong rumah mereka.

"Boleh, sayang. Tapi jangan sampe kecapean ya? jangan diforsir ngedesainnya."
Jisung ini memang protektif dengan keadaan kesayangannya, apalagi Chenle sedang mengandung.
"Iyaa siapp mas sayaangg, makasih ya." Mata Jisung membelalak, ia akan menyimpan memori pendengarannya dengan baik. Seperti yang sudah diketahui, Chenle memang jarang menggunakan embel - embel 'mas' saat memanggil Jisung. Sekarang ditambah Chenle memanggilnya dengan tambahan 'sayang' yang lebih jarang digunakan, membuatnya sedikit tersipu mendengarnya.

"Hm? Apa tadi? Coba ulangin." Ia ingin sekali mendengarnya lagi.
"Apa? Aku ga bilang apa - apa." Si manis berkilah, pandangannya sengaja dialihkan ke televisi karena saat ini dirinya sedang dipeluk oleh suami tampannya itu.

"Oh gitu ya?" Ujar Jisung dengan jahil menggelitiki pinggang si manis yang ada di dekapannya.
"Ahahahh geliii jii! udahh!" Ucap si manis sedikit berteriak diiringi tawa gelinya.
"Hm? Ulangin dulu tadi panggilnya apa?"
Jisung masih menggelitiki pinggang Chenlenya, membuat muka itu memerah karena tertawa.

"Udaahh jii, shh- aw.." Tiba - tiba ringisan terdengar dari bibir mungil itu membuat yang lebih tua seketika panik.
"Eh? Kenapa sayang? Hey?" Tanya Jisung panik, raut khawatir tercetak jelas di wajahnya. Tangannya berhenti menggelitiki pinggang Chenle, beralih mengusap pelan pinggang itu.
"Sayang? Ada yang sakit?" Chenle belum menjawab, membuat yang lebih tua semakin cemas karena si manis masih diam dengan matanya yang terpejam dan bibir bawahnya ia gigit.

Tiba - tiba mata Chenle terbuka memperlihatkan binar jenakanya, giginya terlihat saat ia meringis jahil.
"Engga, hehe." Jisung menjatuhkan
rahangnya, Berani - beraninya Chenle bercanda seperti itu.
"KABURR!" Teriak yang lebih muda.
Sayangnya ia sedang tidak beruntung, karena Jisung berhasil menangkapnya lalu mendekapnya erat dari belakang sebelum ia berlari.

"Nakal ya kamu." Jisung kembali menggelitiki Chenlenya dengan hidung yang ia usak di leher si manis, membuat Chenle kembali tertawa karena merasakan geli di lehernya.
"Udahh ih gelii!"

"Panggil mas sayang dulu." Jisung masih belum berhenti mengusakan hidung bangirnya di area leher putih itu, yang lebih muda juga masih menggeliat karenanya.
"Iyaa iya udah mas sayaanggg~" Chenle membalikkan badannya, membuat ia berhadapan dengan Jisung yang masih memeluk pinggangnya. Akhirnya Jisung berhenti menggelitikinya.

"Lain kali jangan kaya gitu bercandanya, aku ngga suka." Nada bicara yang lebih tua kembali serius dan matanya menatap tepat di mata kesayangannya, membuat Chenle sedikit terintimidasi karenanya.

"Iya... maaf mas aku salah bercanda kaya gitu tadi." Jisung mengangguk dan mengulas senyum, dahi kesayangannya ia beri kecupan.
"Iya aku maafin, yaudah sana ke ruangan kamu. Kalau butuh sesuatu panggil aku ya? Aku di ruang kerja, mau pantau kerjaan."

Youth || jichenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang