Jantungnya berdegup kencang, lidahnya kelu untuk sekedar bersuara, semua persendian di dalam tubuhnya pun terasa kaku, hatinya seperti dihantam beribu jarum, matanya mulai memanas, pikirannya juga berkecamuk. Perasaan ini..
seperti membawanya kembali ke masa lalu, di mana ia dengan susah payah untuk sekedar menerima kehadiran dirinya sendiri di dunia ini.Sebenarnya siapa orang di balik pesan ini?
Pikir Chenle. Hatinya begitu sakit jika dihadapkan dengan kenangan kelam di masa lalunya.*~*~*
Jisung terbangun dari tidurnya saat merasa Chenle tidak ada di sampingnya.
Matanya menyipit, alisnya pun mengernyit bingung saat melihat pujaan hatinya yang sedang berdiri kaku di samping tempat tidur. Kamarnya saat ini hanya diterangi oleh lampu tidur yang ada di masing - masing nakas samping kasur mereka."Sayang.. kenapa? Kok kebangun?" Ia beranjak dari posisi berbaringnya untuk menyusul Chenlenya yang sedang berdiri itu. Dirinya belum menyadari bahwa kesayangannya itu sedang dalam keadaan yang bisa dibilang tidak baik.
Saat ia mendekat, bisa dengan jelas ia lihat seluruh tubuh yang lebih muda sedikit bergetar, matanya berkaca - kaca dan nafasnya pun tersengal.
oh.. tidak..
Seketika matanya sedikit membelalak, pasti ada hal yang mengganggu Chenlenya saat ia masih tertidur. Dengan segera ia bawa Chenle ke dalam dekapannya, berharap bisa sedikit membantu memberikan ketenangan pada kesayangannya itu.
"Sushh.. aku di sini, sayang." Ia usap pelan punggung bergetar itu.
"Ji- hiks.." Tangis si manis pecah, Jisung hanya balas dengan semakin mengeratkan pelukannya lalu mengecup pucuk kepalanya lembut.Ia gendong Chenle untuk kembali duduk di sisi kasur, lalu membawanya ke pangkuannya. Tidak membuka suara apapun, ia biarkan si manis untuk meluapkan tangisnya terlebih dahulu. Tangannya tak berhenti memberi usapan demi usapan guna menenangkan kesayangannya. Jisung mengernyit melihat mata si manis semakin gencar mengeluarkan airnya, tangan mungilnya pun semakin erat mencengkram kaos hitam miliknya.
"Sayang, hey? Tenang ya.. aku di sini sama kamu." Ia beri kecupan kecil di pelipis Chenlenya. Jisung menatap khawatir saat kecilnya tak kunjung tenang, sudah lewat dua puluh menit tetapi si manis belum juga berhenti menangis.
"Udah ya nangisnya? Nanti dada kamu sesek sayang.."Setelah dirasa Chenle mulai tenang di pangkuannya, ia kembali mengelus punggung sempitnya lalu mengecup pucuk kepalanya. Tubuhnya terus mendekap yang lebih kecil. "Mau cerita sekarang?"
Dengan tangan yang masih bergetar kecil, Chenle memberikan ponselnya ke tangan yang lebih tua. Dibukalah ponsel itu dan langsung menunjukkan tampilan pesan dari orang tak dikenal tadi. Jisung yang sedang membaca pesan itu mengernyitkan alisnya tak suka. Tangannya bergerak menghapus pesan itu dan tak lupa memblokir nomornya.
Matanya kembali mengarah pada kecilnya yang masih berada di pangkuannya, ia eratkan dekapannya agar si manis semakin nyaman. Jisung menatap khawatir sang terkasih yang badannya masih sedikit bergetar kecil, sisa sesenggukan tadi juga masih terdengar dari bibir mungilnya.
"Jangan dipikirin ya? Kamu ga boleh stress, orang kaya gitu ga pantes buat berhasil jatuhin kamu. Makanya kamu harus kuat ya, sayang?"
"T - tapi.. mama - hiks s - sama papa.." Ujarnya lirih dan terbata, tangisnya kembali pecah saat berusaha mengungkapkan isi pikirannya itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Youth || jichen
Fanfic"Ji-" "Sayang, you're enough for me." !js top !cl bot cw // bxb, mpreg, marriage life, ageswitch tw // childhood trauma homophobic DO NOT INTERACT, this is not your place.