Bab 6

266 46 3
                                        

"GUE, NGGAK MAU SAMA ITU DUDA!! GUE NGGAK MAU!!" Seru Erika dengan kesal. Giginya bahkan menggertak sangkin kesalnya.

Shasa yang mendengarkan mengernyit bingung menatap Erika. "Apaan sih lu datang-datang malah ngedumel nggak jelas," Gerutu Shasa.

"Bisa-bisanya dia anggap gue cuma teman!" Seru Erika emosi.

"Hah?" Shasa semakin bingung.

Erika mengangkat kepalanya tinggi, agar air matanya tidak berhasil keluar melewati kelopak matanya. Ia sangat gengsi untuk menangis. Walau sebenarnya ia sangat ingin menangis sampai puas.

"Capek-capek gue nungguin balesan chat dia, nungguin telepon dia. Gue bahkan nggak bisa tidur karena kepikiran! Tapi apa.. Dia bilang gue temennya dia?!" Erika benar-benar tak habis pikir.

"Dasar duda sialan! Sok kegantengan lu! Lu kira lu siapa anying!" Makinya emosi.

Shasa mengangkat kedua tangannya. "Maksud nya, lu cuma di anggap teman sama Pak Ricky?" Tanya Shasa memperjelas.

"Hkk!" Akhirnya kenyataan pahit itu pun tidak lagi dapat Erika bendung. Ia pun langsung membekap wajahnya karena air matanya pun terjatuh.

"Dia bilang gue temennya diaaa. Hiks.. Hiks.. Terus buat apa dia care sama gue? Ngedeketin gue? Sok-sok mesra sama gue? Emang gue segampang itu buat di mainin? Dia nggak tau, ini sakit bangeeeeettt.." Erika menangis sedih meratapi nasibnya.

Shasa langsung merangkul Erika. Mencoba untuk menenangkan wanita itu. "Udah.. Udah.. Lu tuh terlalu cantik untuk dapetin duda. Udaaah, masih banyak kok yang mau sama lu," Ucap Shasa menenangkan.

Tiba-tiba sebuah suara mengejutkan mereka berdua. "Rik, lu kok nangis?" Tanya Bimo yang terheran dan menghampiri mereka.

Erika buru-buru membuang wajahnya ke arah lain. Ia langsung berdiri dan segera berlari meninggalkan Shasa dan Bimo.

"Weh Rik! Kenapa lu?!" Teriak Bimo. Namun Erika mengabaikannya.

Bimo menoleh kearah Shasa. "Kenapa tuh anak?" Tanyanya heran.

Shasa menarik nafasnya dalam kemudian menghelakannya. "Itu, tadi pagi dia ngelihat kucing tetangganya mati di tabrak motor. Dia sedih, kenapa kucing itu harus mati di depan matanya dia." Jawab Shasa berbohong.

"Owh, masih kaget berarti dia itu." Balas Bimo yang langsung percaya. "Gue juga kalau kaya gitu pasti kepikiran sih," Tambahnya dan Shasa hanya mengangguk kan kepalanya setuju.

...

Ricky menatap heran ponselnya. Pasalnya, ia telah berulang kali berusaha untuk menghubungi Erika. Tetapi wanita itu tak juga menjawab panggilannya.

Ia bertanya-tanya, apa yang salah. Kenapa wanita itu tiba-tiba marah? Bahkan di sepanjang jalan saat Ricky mengantar wanita itu, Erika hanya diam dan tak menanggapi Ricky.

"Apa dia cemburu karena tadi aku telepon anakku ya?" Gumamnya. "Kayanya dia salah paham karena manggil sayang," Ucap Ricky.

Ricky beranjak dari kursi kebesaran nya. Ia keluar dari ruangannya dan menghampiri sekertarisnya Bertha. "Mba Bertha," Ucapnya.

Bertha pun langsung berdiri, "iya pak?" Jawabnya. Wanita paruh baya itu menatap antusias Ricky.

"Tolong kasih saya saran," Ucap Ricky yang mengenyam bibirnya sendiri sembari berpikir. "Jadi begini.. Anak saya, Stefani.. Sedang marah. Karena saya, sering tidak dirumah. Kira-kira, saya harus apa biar mengembalikan hatinya? Mengembalikan moodnya. Agar dia tidak marah lagi? Coba kasih saya saran," Ucap Ricky dengan hati-hati.

Ricky masih merahasiakan hubungannya dengan Erika dari semua orang. Hanya supirnya Pak Kusnandar yang tau akan kedekatan mereka.

Bertha tersenyum mendengarnya. Dimatanya Ricky merupakan sosok laki-laki yang begitu mengasihi kedua putrinya.

Mamaku Star GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang