Bab 10

221 44 3
                                        

Erika menatap jengah ponselnya yang sudah beberapa kali berdering. Nomor yang tidak di kenal berulang kali menghubunginya hari ini.

Bibir merah Erika pun tampak menghisap rokok elektrik miliknya, kemudian mengepulkan asap dari sana.

"Telepon dari siapa sih? Kok nggak lu angkat?" Tanya Bimo. Dimana saat ini Erika Bimo dan Shasa tampak sedang duduk di coffee shop yang tak jauh dari kantor mereka.

"Nggak tau gue! Nomornya nggak di kenal." Jawab Erika sedikit geram. "Belakangan gue sering banget di telepon kaya gini. Katanya sih dari E-commerce, mau kirim hadiah. Gue yakin ini dari mereka juga nih,"

"Mmmh," Shasa buru-buru meletakkan gelas kopinya sembari mengecap lidah. "..gue tau. Gue kena juga tuh. Pasti dia bilang dari aplikasi orange."

Erika langsung menatap Shasa antusias. "Iyakaaaan. Tapi aneh banget, dia bisa sampai tau nama lengkap sama alamat kita gitu loh." Ucap Erika.

"Bener! Aneh banget ya. Gue kemarin nolakkan, tapi besok-besoknya gue di telepon lagi pakai nomor yang lain." Balas Shasa.

"Samaaa.. Makanya nih orang nelpon gue mulu, gue abaikan terus. Pasti mereka lagi nih." Ucap Erika geram. Jujur ia sangat kesal menatap ponselnya, sampai tiba-tiba sebuah pesan masuk dan mata Erika langsung terpaku.

"Ah lu berdua, makanya kaya gue dong. Jajan tuh di aplikasi ijo. Lebih murah, data aman lagi." Ucap Bimo percaya diri.

+6281xxxxxxxx
Mba Erika, ini saya Pak Kusnandar. Supirnya Pak Ricky. Tolong teleponnya di angkat mba. Ada yang penting.

Pak Kusnandar? Kok dia nelpon gue? Pikir Erika.

Erika mendelik ponselnya dan menaruh rasa curiga disana. Pasti ini bukan Pak Kusnandar. Pasti ini Pak Ricky. Rasain! Nomor lu gue blok! Biarin aja lu capek nyari gue! Batin Erika kemudian meletakkan ponselnya.

Erika meraih ice coffee latte miliknya, lalu meminum minuman itu dengan lega. Walau begitu, pikirannya terus tertuju pada Ricky yang mungkin sedang berusaha menghubunginya.

Bisa-bisanya seminggu ini dia nggak ada effort buat datangin gue. Terus sekarang pakai alibi nyuruh supirnya buat chat gue. Nyebelin banget tuh aki-aki!

"Yuk balik sekarang, jam 1 gue mau paparan." Ucap Bimo yang menatap jam di lengannya.

"Iih iya, 15 menit lagi nih. Yuk," Balas Shasa yang juga tampak mulai beranjak dari duduknya.

Erika pun ikut berdiri. Namun ia berkata,"kalian duluan aja deh. Gue mau beli kopi lagi. Kurang nendang soalnya, ngantuk gue," Ucap Erika.

Bimo dan Shasa pun mengangguk. "Oke, duluan ya rik," Ucap Bimo dan Erika balas mengangguk. Sementara Shasa tampak melambaikan tangannya dan pergi dari sana bersama Bimo.

Erika pun berjalan ke arah kasir dan memesan minumannya. Ia juga menambahkan cemilan di pesanannya. Setelah menyelesaikan pembayaran, ia pun pamit kepada kasir untuk ke toilet sebentar.

"Mba saya ke toilet sebentar ya," Ucapnya dan kasir pun hanya mengangguk sambil mengulas senyum.

Ah, kebanyakan minum es nih gue gerutu Erika di dalam hatinya. Saat Erika sedang menyelesaikan ritualnya, pintu diluar terdengar dibuka. Beriringan dengan suara langkah sepatu wanita.

"Iya mba, parah banget sih itu ani-ani. Bukan ani-ani deh, pelakor! Itu tuh lebih tepat!" Suara yang cukup familiar terdengar dari luar sana. Membuat Erika mengernyitkan dahinya dan menajamkan pendengarannya.

"Berarti waktu itu gue nggak salah lihat. Dia di jemput pakai mobil sport. Itu lakik pakai supir gitukan, jadi gue nggak bisa lihat bentukannya. Mana kaca mobil nya full gelap. Awalnya gue pikir gue salah lihat kali ya. Tapi pas kedua kali yang gue ngelihat dia keluar dari restoran malam-malam, itu jelas banget. Itu beneran si Erika si ani-ani itu!"

Mamaku Star GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang