Bab 2

266 55 4
                                        

Erika menarik nafas dalam saat melihat nama pemanggil yang tertera di ponselnya.

Pak Ricky Batinnya.

Apa nih? Kenapa gue di telepon pikirnya.

Erika masih geregetan mengingat kejadian tiga hari lalu saat di gunung. Jujur ia belum sanggup jika harus berbicara lagi dengan duda tampan itu. Namun, Erika hanyalah karyawan rendahan jika di bandingkan dengan Ricky. Mau tidak mau, ia pun menjawab panggilan itu.

"Ha.. Halo, selamat sore Pak," Jawab Erika mengatur kata-katanya agar terdengar profesional. "..ada yang bisa saya bantu?"

"Mba Erika," Dua kata itu membuat kuduk Erika meremang seketika.

Mati gue batin Erika.

"..kamu dinas di golden cabang Selatan bukan ya?" Tanya Ricky dari seberang sana.

"Iya, benar Pak. Ada apa ya Pak?" Jawab Erika. Otak Erika begitu fokus mendengarkan apa yang ingin pria itu sampaikan.

"Oh nice.. Erika saya boleh minta tolong nggak ya?"

"Minta tolong apa Pak?" Tanya Erika cepat.

"Saya ada kerjaan di dekat kantor kamu. Nggak jauh kok, cuma sekitar 3 kilometer dari sana. Saya lagi nggak ada asisten. Tolong bantu saya sebentar ya mba Erika. Nggak papa ya hari ini kamu pulang terlambat,"

Erika menelan gumpalan besar di tenggorokannya. "Siap Pak," Jawabnya yang membuat nafasnya jadi berat.

Erika tidak tau cara menolak. Otaknya juga buntu untuk mencari alasan. Kata-kata Ricky begitu di atur dengan baik untuk Erika hanya bisa menjawab iya.

Bahaya dari laki-laki dewasa yang mapan bukan perempuan yang ada di sekelilingnya. Tapi, kemampuan mengaturnya yang tidak bisa dielakkan.

"Sepuluh menit lagi saya jemput. Saya lagi perjalanan kesana ya mba,"

Hah?

Setelah panggilan itu terputus, Erika buru-buru menarik pouch makeupnya dan berlari ke toilet.

"Sepuluh menit? Gilak! Dia kira cewek bisa di buru-buru kaya gini," Keluh Erika buru-buru mengeluarkan sabun cuci mukanya.

Ia pun langsung membasuh wajahnya. Buru-buru merias wajahnya, bahkan meluruskan rambutnya dengan cepat. Tak lupa dengan menyemprotkan parfum ke seluruh tubuhnya.

...

Erika berlari kecil keluar dari gedung kantornya menuju sebuah mobil yang sudah menunggunya disana. Ia membuka pintu penumpang bagian belakang, dan seketika ia tercengang.

"Mba Erika, di depan aja sini," Suara Ricky terdengar dari kursi kemudi.

Erika tertawa canggung dan menutup kembali pintu itu. Tumben nih orang nggak sama supir batin Erika.

"Selamat sore pak," Ucap Erika dengan ramah sembari duduk di kursi penumpang bagian depan.

Namun Erika begitu terkejut saat tangan Ricky justru menyapu kepalanya.

Apa nih batin Erika sembari melirik Rikcy.

"Sore.." Balasnya begitu ramah. "..kamu kok berkeringat begini? Panas banget ya diluar?" Pria itu menautkan anak rambut Erika di telinga, lalu mengelus pipi Erika. Membuat Erika refleks menunduk.

"He'e,"

Ya Tuhan, suasana apa ini? Gue takut banget sumpah! Erika geregetan sendiri.

"Itu ada tisu," Ucap Ricky.

"Iya, makasih Pak," Jawab Erika langsung mengambil selembar tisu dari sana.

Sembari menyetir, Ricky melirik wanita itu sekilas. Erika tampak canggung bahkan membuang tatapannya keluar sana.

Mamaku Star GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang