Mentari pagi kini mulai bersinar, seseorang yang tengah tertidur pulas menggeliat karena merasa terusik oleh sinar matahari yang mulai masuk kedalam kamarnya. Dia adalah Zean.
"Eeunghhh" Lenguhnya
"Baru jam 7 toh" Paraunya sembari melihat kearah jam yang terpasang di dinding kamarnya. Setelah beberapa menit mengumpulkan nyawanya, dia pun lekas berjalan kearah kamar mandi untuk sekedar cuci muka dan gosok gigi.
"Morning mam/pap"
"Morning to anak mamah, tumben baru jam segini udah bangun, ada apa?" Tanya ibunya
"Iya tumbenan banget bangun pagi pas libur" Imbuh ayahnya
"Masih mending zean tumben bangun pagi daripada papah tumben pulang" Cibir balik Zean
"Yeuuu, papah jarang pulang juga buat kamu makan dan jajan ye, lupa?"
"Nyenyenye"
"Udah udah, ayo sarapan dulu" Shani pun mengambilkan makanan untuk suami dan anaknya terlebih dahulu baru dirinya.
"Makasih sayang/mam"
"Jangan lupa baca doa"
Sesi sarapan pun dimulai dengan khidmat tanpa adanya pembicaraan, hanya terdengar suara dentingan sendok dan garpu disana. Wijaya pun telah kembali dari proyeknya semalam yang membuat sesi sarapan kali ini merasa lengkap.
Saat ini zean tengah duduk santai di ruang keluarga sambil menonton duo botak didampingi oleh cemilan ditangannya, tak lama kemudian datanglah wijaya sembari membawa secangkir kopi hitam favoritnya dan duduk di sofa sebelah zean.
"Ada yang ingin papah bicarakan sama kamu" Ungkapnya, Zean pun membenarkan posisinya menjadi duduk tegak.
"Kamu kalo papa suruh pegang perusahaan papa yang di Yogyakarta kira kira gimana?" Lanjut papa Wijaya
"Pah yang bener aja, aku baru 19 tahun disuruh pegang perusahaan tanpa ada skill basic nya ya bakal ga bener lah pah kedepannya" Jelas Zean kesal
"Lagipula aku gamau kehilangan masa mudaku dengan pekerjaan yang besar dan berat itu"
"Iya papah tau zean, tapi kamu emang iya mau menghabiskan waktu mudamu dengan hanya bermain dan keluyuran ga jelas itu?"
"Menikmati masa muda itu ga pasti dan ga tentu tentang bersenang-senang zean, jadi gimana?"
"Huftt, beri aku waktu buat mikirin ini pah" Zean pun berdiri mengambil kontak motor dan jaketnya, lalu dia melenggang pergi dari hadapan ayahnya tanpa sepatah kata pun.
"Papa ingin yang terbaik buat kamu kedepannya zean" Batin Wijaya sambil memandangi kepergian anaknya yang entah kemana dia tidak tau.
Saat ini Zean tengah melajukan motornya dengan berkecepatan tinggi, tak membutuhkan waktu lama zean sampai di suatu tempat yang telah dianggapnya sebagai rumah keduanya. "Gw harus gimana?"
"Hufftt" Zean membuang nafasnya lelah, dia pun mendudukkan dirinya di bangku yang ada disana, tak lama kemudian terdengar suara seseorang yang membuatnya terlonjak kaget.
"Kalo ada masalah tuh cerita, bukannya malah kebut-kebutan dijalan gitu"
"Lohh kamu!?" Kaget Zean
"Kenapa?"
"Aku yang harusnya tanya gitu, kamu kenapa bisa disini?" Tanya Zean kepada orang tersebut
"Lah ini kan tempat umum, kenapa aku gaboleh kesini?"
"Bisa cerita ada apa?" Lanjutnya
"Aku bingung sha" Ucap Zean. Ya, orang itu adalah Marsha Arshavina Evelyn yang diam diam mengikuti zean pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengembara Dalam Kegelapan [HIATUS]
ActionMengisahkan tentang perjalanan 7 orang sahabat dalam usaha mempertahankan gengnya pada posisi kesatu di Ibukota. Akankah mereka berhasil? Atau gugur ditengah perjalanan? Kita akan tahu jawabannya di Wandering In The Dark. Genre?? Apa aja