Hai hai haii...
Sebelum membaca harap vote terlebih dahulu yukkk..
1 vote kalian berguna sekali untuk penulis...
Terimakasih sudah vote 💌
Happy reading.
Bab 12.
.
"Oke jadi apa rencana kita untuk hancurin sistem ini," Seru Tamara menyeruput es teh miliknya.
"Sekarang udah ada 2 korban yang mana kebenaran kematian mereka di modifikasi sama sekolah," ujar Biru.
Timur mengernyit, "maksud lo?"
"Selvi meninggal bukan karna kecelakaan tapi karna kelelahan belajar, Elina meninggal bukan karna kecelakaan tapi karna bunuh diri."
"Lo tau darimana kalau Elina bunuh bunuh diri?" tanya Tamara.
"Gue pernah ketemu di toilet, dia hampir aja motong urat nadi tangannya, gue berhasil hentiin, dan setelah gue tanya alasan kenapa dia ngelakuin itu karena dia selalu tuntut ortunya untuk dapet nilai min 90. She maybe depressed, that's why she committed suicide," Kata Biru.
"Tapi ini bukan cuman masalah sistem itu, gue rasa ini ada sangkut pautnya juga sama kalung yang Biru pakai," seru Ain berhati hati.
Ain mengangguk, "Tadi gue sama Hilan sempet ngecek cctv UKS ternyata ada cewek kuncir kuda masuk setelah Biru tertidur pulas sehabis minum teh."
"Dan cewek itu berusaha ngelepas kalung lo Bir. lya kan Hil? Hilan juga lihat rekaman itu." Ain menoleh ke arah Hilan.
Hilan mengangguk, "Cirinya gak begitu kelihatan, tapi gue sempet perhatiin cewek itu pakai gelang rajut warna pink."
"Dan ternyata oh ternyata cuman rekaman cctv ruang kepsek yang gak ada," Tambah Ain.
"What?! jadi maksud lo cctv ruang kepsek itu gak aktif? cuman jadi pajangan doang?" Tanya Tamara terkejut.
Ain mengangguk, "Tapi setahu gue, dulu cctvnya aktif."
"Ada dua kemungkinan, Bu Soraya nyembunyiin sesuatu makanya sengaja dinonaktifkan, atau cctv itu rusak."
"Nggak mungkin kalau rusak, semua cctv baru diganti waktu kita pertama masuk," ujar Tamara membuat semuanya bingung.
..Jam istirahat telah usai, keenam remaja itu pun berjalan menuju Kelas.
Pelajaran berikutnya adalah mapel PPKN, semua murid mempersiapkan diri, memastikan dirinya rapi, karena guru yang mengajar adalah Mami Rayi yang terkenal dengan kedisiplinannya.
"Selamat pagi, anak anak!" sapa Bu Rayi pada seluruh siswa kelas MIPA 1.
"Yaampun ini kelas, atau kandang babi. Kotor sekali..."
"Itu nok. Sampah di bawahmu, diambil mbok-an."
"Ini yang piket siapa ini? Ayo berdiri, ambil sapu. Lantai kotor gini, yo iso nyaman ki loh." perintah Bu Rayi. Lima anak siswa pun berdiri dan mengambil sapu.
Ain menyapu bagian bagian bawah meja, hingga tidak sengaja ia menyenggol tas salah satu siswi. Satu barang terjatuh dari dalam tas itu, Ain pun mengambilnya, "Gelang ini...."
Ain seketika teringat dengan ucapan Hilan kala itu, "Tapi gue sempet perhatiin cewek itu pakai gelang rajut warna pink" cukup lama Ain memperhatikan gelang itu."Ainsley," panggil Bu Rayi membuat lamunan Ain buyar.
"Iya mi? Eh maksudnya iya Bu."
"Kenapa berhenti? Ngelamunin apa kamu? Ayo lanjutkan."
"Iya Bu. Maaf." Ain segera mengantongi gelang yang Ia temukan, lalu melanjutkan menyapu.
Cukup lama sudah lima anak tadi menyapu lantai, mereka pun akhirnya selesai dan dipersilahkan duduk di tempatnya masing masing.
Ain mendudukkan bokongnya dibangku, "Hil, coba lihat apa yang gue temu," Ain mengeluarkan gelang tadi dari dalam sakunya.
Hilan yang tengah menelungkupkan kepalanya kini mendongak, "Gelang itu..."
"Dapet darimana lo?" tanya Hilan.
"Tuh," Ain menunjuk menggunakan dagunya pada sebuah tas salah satu seorang siswi.
Hilan menoleh mengikuti arah yang ditunjuk Ain, "Tas Flora?" Ain mengangguk.
"Gus. gue ada kejutan buat kalian, kita kumpul di ruang lab. ipa pulsek nanti."
..
Pulang sekolah.
"Flor. Lo dipanggil tuh sama Pak Reksa di lab ipa," seru seorang siswi pada Flora yang tengah memberes bereskan barang barangnya.
"Okeh. Thanks ya," ucap Flora pada siswi itu.
Setelah memasukkan semua barang, dan memastikan tidak ada yang tertinggal, Flora melangkah keluar dari kelas dan menuju ruang laboratorium IPA.Sesampainya disana Flora sedikit terkejut dan bingung dengan kehadiran Ain, Tamara, Biru, Hilan, Timur dan Rava yang ada di Lab. IPA.
"Kenapa mereka disini? Apa yang akan mereka lakukan." seru Flora dalam hati.
"Lo gak usah takut. Kita disini cuman mau denger penjelasan dari lo," Seru Biru setelah mendengar suara hati Flora.
"Kita semua berharap lo jelasin dengan jujur, kalau lo gak mau kena masalah," Seru Ain lalu mengeluarkan gelang yang ada di sakunya,"Gelang ini. Punya lo kan?"
"Kenapa gelangnya bisa di Ain."
"Iya, itu punya gue," Jawab Flora dengan jantung yang dag dig dug.
"Hil, tunjukin fotonya."
Hilan menunjukkan hpnya dimana disitu ada foto rekaman cctv saat flora hendak mengambil kalung Biru dan terlihat jelas Flora sedang menggunakan gelang yang dipegang Ain.
"Jelasin ke kita, kenapa lo lakuin itu?" tanya Ain.
"Gimana gue ngomongnya. Kalau gue ngomong sebenernya, ayah jadi korban," seru Flora dalam hati. Biru yang mendengarnya, tampak bingung dengan maksud ucapan Flora itu.
"Cerita aja yang sebenarnya. Gue jamin keselamatan lo aman," Seru Biru. Flora terkejut dengan ucapan Biru, "Dia bisa denger suara hati gue?" tanyanya pada diri sendiri dalam hati.
"Kita akan tunggu lo kapanpun sampai lo mau buka suara," ujar Tamara.
"Gimana ini Tuhan. Apa gue cerita aja? Tapi..."
"Gimana dengan ayah. Kalau tante itu gak biayai pengobatan ayah lagi gimana. Apalagi Ayah juga harus cuci darah."
Biru mendengar semua seruan suara hati Flora. Ia sedikit bingung, siapa yang dimaksud Tante itu?
Cukup lama Flora terdiam, hingga akhirnya Ia menghela nafasnya, "Oke. Gue akan cerita," Sery Flora. Inilah yang ditunggu tunggu.
Tbc.
Cuyyyy, bagaimana menurut kalian ceritanya??
Sebentar lagi mau dipenghujung ending nihhh..
Kalian pilih sad end atau happy end?
Baca terus yaaa, jangan lupa vote jugaaaaaaaa
See you next part !!
Terimakasih sudah membaca 💌
KAMU SEDANG MEMBACA
ZT
Teen FictionZes Tieners merupakan bahasa belanda yang artinya Enam Remaja yang memiliki kemampuan telepati dan tak dimiliki remaja lainnya. Enam remaja itu bersekolah di BATAVIA HIGH SCHOOL. Salah satu sekolah favorit di Jakarta. Sistem sekolah yang gila, membu...