5-

348 48 2
                                    

"Mau kemana bang?" Tanya Felix begitu melihat sang kakak yang tampak rapih dengan setelan kemeja yang dibaluti jas hitam tersebut.

"Mau ke cafe di pinggir jalan. Mana tau saya nanti ketemu sama temen kamu itu."

Yang lebih muda memiringkan kepalanya sembari berpikir.

"Si anjing! Lu kalo mau ketemu Jisung tinggal chat minta ketemuan apa susahnya sih? Harus banget nunggu dia keliaran di sekitar kafe apa?"

"Saya kan gak punya nomernya."

Felix mendecak kesal. "Lu mending ganti baju dulu yang lebih santai dikit dah bang. Orang cuma ketemuan di kafe udah berasa ketemuan ama collage aja lu."

Tangan mungilnya mendorong kasar tubuh yang lebih besar. "Lu ganti baju, gua yang chat dia."

"Iya, iya." Minho hanya pasrah saat adiknya itu mendorong tubuhnya masuk kembali kedalam kamar.

Selang beberapa saat, Minho keluar dengan pakaian yang lebih santai. Dengan hoodie berwarna biru dan celana denim yang membalut kaki jenjangnya, pria berusia 27 tahun itu tampak terlihat berbeda.

Felix yang sebelumnya terbiasa melihat kakaknya hanya menggunakan pakaian formal pun menatap tak percaya yang lebih tua.

"Anjir, bang. Keliatan gaul banget lu pake baju begitu."

"Berlebihan ya?"

Mendengar pernyataan Minho, pemuda cantik itu lantas menggeleng cepat.

"Gak. Keliatan ganteng bang, asli. Gua yakin Jisung pasti kesem-sem sama lu."

"Kesem-sem?"

Ahh...Felix melupakan fakta bahwa orang dihadapannya ini masihlah seorang Lee Minho, pria kuper yang hanya mementingkan pekerjaannya saja.

"Lupain. Udah sono lu berangkat. Jisung udah otw palingan."

"Gak bareng kamu, lix?"

"Gua ngikut buat apaan? Adanya gua nanti jadi nyamuk. Inikan first date lu bang."

Meski tidak mengerti betul apa yang sang adik katakan, Minho hanya menganggukkan kepalanya dan segera beranjak pergi.
.

"Maaf, kamu nunggu lama ya?"

Jisung yang sebelumnya tengah menegak susu coklatnya pun mengalihkan atensi pada seorang pemuda di sampingnya.

"Siapa?"

"Saya Lee Minho."

Jisung yang akan kembali meminum susu coklatnya, berakhir menyemburkan cairan berwarna coklat itu kedepan.

"Minho? Om-om yang waktu itu ngasih tip ke gua terus ngajak gua buat jadi sugar baby nya?" Tanya pemuda tupai itu memastikan.

Anggukan kepala Jisung dapatkan.

"Buset. Lu keliatan beda banget kalo pake baju begitu. Gua sempet ngira lu mahasiswa."

"Keliatan berlebihan ya?" Pertanyaan yang sebelumnya Minho tanyakan pada sang adik, kembali ia lemparkan pada pemuda tupai tersebut.

"Kagak sih. Jauh keliatan lebih muda aja. Lu kalo udah pake setelan formal bawaannya kayak orang dongo."

"Kalo kamu suka liat saya kayak gini, nanti saya usahain buat terbiasa."

Mendengar pernyataan dari pria dihadapannya, membuat Jisung mengerutkan dahi.

"Maksud lu?"

"Felix minta saya buat ngelakuin apa yang saya mau ke kamu."

Kini satu alis Jisung ikut terangkat.

"Kali ini saya mau kamu jadi pacar saya, Hannie."

"Pacar? Ga salah denger gua?" Mata tupainya menatap Minho lamat-lamat.

"Saya serius. Saya mau kamu jadi pacar saya."

Jisung menggelengkan kepalanya. "Heh om. Gua aja nolak buat jadi baby sugar lu, yang jelas-jelas cuma hubungan timbal balik. Dan sekarang lu malah ngajak gua buat pacaran?"

"Apa itu salah?"

Jisung mendecih. "Ya jelas salahlah, bego. Ini udah termasuk kasus pedophilia. Lu kalo mau cari pacar minimal bukan yang masih pelajar kayak gua begini juga kali."

"Saya siap kok, nunggu kamu sampai lulus."

"Mulut lu ringan banget kalo ngomong. Jelas-jelas gua masih normal. Kenapa lu maksa banget sih buat jalin hubungan ama gua?"

"Saya gak maksa. Saya cuma mau kamu buat jadi pacar saya."

Jisung mendesah lelah sembari memijat pangkal hidungnya yang terasa berdenyut.

"Gigih banget lu, bangsat. Gua itu normal. N.O.R.M.A.L. Normal."

"Saya gak peduli, Hannie. Selama ini semua belum kita jalani, tidak akan ada yang tau."

"Apa yang perlu di jalanin? Gua udah jelas banget nolak lu, banjingan. Semua usaha lu bakalan sia-sia ke gua. Mending lu cari cowo lain aja yang mau di ajak ngehomo sama lu."

Gebrakan kecil Jisung layangkan pada meja kafe, sebelum kemudian tungkai ramping itu berjalan menjauh.

Sedangkan Minho hanya bisa terdiam, menyaksikan bahu sempit itu perlahan menghilang di antara lautan manusia yang berlalu lalang.

"Kayaknya langkah saya salah lagi, deh. Jisung masih nolak." Pria berhidung bangir itu pun dengan lesu meletakan kepalanya di atas meja kafe.

Baru saja ia akan mulai meratapi nasib, namun suara menggelegar yang memangil-manggil namanya, membuat Minho mengurungkan niat.

"Om!"

Melihat Jisung yang kembali dengan nafas yang tersengal-sengal, memunculkan kerutan pada kening yang lebih tua.

"Hannie? Ada apa?"

"Om, gua mau jadi pacar lu."

Pernyataan yang begitu tiba-tiba, sesaat membuat Minho diam mematung.

"Gua mau jadi pacar lu, asal lu mau bantuin gua."

TBC

Setelah sekian lama, dapet waktu libur buat lanjut ini book, say sorry buat kalian yang udah nunggu lama banget, dan big thx buat kalian yang always support ini book

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah sekian lama, dapet waktu libur buat lanjut ini book, say sorry buat kalian yang udah nunggu lama banget, dan big thx buat kalian yang always support ini book

21/07/24

[1] 𝗦𝗧𝗥𝗔𝗜𝗚𝗛𝗧 || MinSungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang