2-

402 46 3
                                    

"Jadi baby sugar saya." Bisikan yang terdengar mutlak itu sukses membuat Jisung segera bangkit dari duduknya dan menatap pria dihadapannya dengan pandangan menjijikan.

"Najis! Gue masih normal."

Setelah berucap, Jisung segera membawa langkah kakinya menjauh.
Enak saja ingin mengklaim dirinya sebagai milik si pria. Hell, no.

Jisung lebih merelakan tubuhnya dimiliki oleh seorang gadis maupun wanita, dari pada harus dimiliki oleh seorang pria berusia 27 tahun dengan otak mesumnya.

Jisung kembali ke sekolah saat bel pulang telah berbunyi. Dengan santai berjalan masuk kedalam kelas untuk mengambil tasnya.

"Dari mana saja kamu?"

Jihyo, guru sejarahnya tampak menghadang jalan keluar Jisung.

Pemuda tupai itu hanya dapat menampilkan senyum bodohnya.

"Anu...Bu, saya tadi kerumah sakit. Karena mendadak perut saya mules."

Jihyo membenarkan letak kaca mata bacanya sembari melihat Jisung dari ujung kepala hingga ujung kaki.

"Kamu kerumah sakit sambil bawa coklat?"

Tubuhnya mematung. Telapak tangannya sedikit mengusap sudut bibirnya dan menemukan jejak coklat di sana.

Mampus!

Masih dengan senyuman bodohnya, Jisung lantas segera pergi melalui jendela. Melompat dari lantai 2 dan sedikit mendarat dengan tidak mulus.

Kakinya terasa terkilir. Namun persetan dengan rasa sakit yang mulai menjalar pada kakinya, Jisung lebih memilih untuk tetap berlari.

Hingga ia tiba di sebuah taman. Mengistirahatkan tubuhnya pada salah satu kursi panjang disana.

"Shtt..." Ringisnya pelan begitu melihat pergelangan kakinya yang tampak mulai membiru.

"Hannie? Kita ketemu lagi."

Jisung mendongakkan kepalanya.

"Ngapain lo disini? Lagi mata-matain gue ya dari tadi?" Mata tupainya memincing. Menatap penuh kecurigaan pria berhidung bangir tersebut.

Sedang yang ditapap menggelengkan kepalanya. "Saya kesini karena lagi nunggu adik saya."

Jisung tak menggubrisnya. Ia sibuk mengusap-usap pergelangan kakinya, berharap rasa sakit yang dirasakannya sedikit mereda.

Minho yang melihat hal itu berinisiatif mengurutnya.

"Mau saya urut gak? Bisa makin parah kalo ga buru-buru diobatin."

Sejenak Jisung melakukam hal yang sama seperti apa yang guru sejarahnya lakukan.

Mata tupainya mulai menilai Minho dari ujung kepala hingga ujung kaki.

"Lo gada maksud lainkan?" Jisung bertanya dengan was-was.

"Enggak. Saya beneran cuma mau bantu kamu doang."

Menyerah. Akhirnya Jisung menerima usulan tersebut.

Ia meremas jas yang dikenakan Minho hingga sedikit kusut saat pria tersebut mulai mengurut kakinya.

"Sudah. Merasa lebih baik?"

Jisung mengangguk. "Makasih."

"Mau sekalian saya antar pulang?"

"Modus baru apa lagi ini? Lo sengaja mau ngater gue pulang supaya tau gue tinggal dimana kan?"

"Kamu yakin bisa berjalan?" Minho tampak mengacuhkan pernyataan pemuda tupai itu.

[1] 𝗦𝗧𝗥𝗔𝗜𝗚𝗛𝗧 || MinSungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang