13-

369 47 0
                                    

"Lu akhirnya bener-bener benci sama gua kan?"

Pertanyaan Jisung menghentikan aksi Minho yang tengah memakaikan pakaian sang empu.

Dengan tatapan kosong itu, Jisung mengalihkan pandangannya. Mempertemukan manik terang miliknya dengan manik kelam sang dominan.

"Kayaknya gua emang ga pantes banget buat hidup."

Pernyataan dengan nada yang terdengar frustasi itu membuat Minho sedikit menyunggingkan senyumannya.

"Kamu menyesal?"

Tanpa Minho sangka bahkan pertanyaan tersebut di balas dengan sebuah anggukan.

"Gua nyesel ga pernah mau buka hati buat lu."

Jisung mengalihkan pandangannya ke arah bawah. Enggan untuk terus melanjutkan eye contact dengan si bangir.

"Gua tau kata maaf ga akan berarti apa-apa bagi lu yang udah berjuang mati-matian buat menangin hati gua."

Kali ini tangannya bergerak untuk memilin pakaian kebesaran yang ia kenakan.

"Sekarang gua tau rasanya berjuang buat hal yang sia-sia."

Kalimat terakhir yang Jisung ucapkan sukses membuat Minho kebingungan.

"Apa maksud kamu?"

"Hati yang udah lama mati, ga akan pernah dateng lagi. Selayaknya hati lu yang dulu lembut, sekarang udah ga bisa gua rasain lagi."

"Kamu kangen sifat saya yang dulu?" Tanya Minho memastikan, saat dirinya baru dapat menangkap arti makna yang Jisung katakan.

"Kalo gua bilang, gua suka sama lu gimana? Mau lu tolak atau lu terima?"

Minho tampak menimang, namun detik setelahnya ia hanya terkekeh sembari mengusak surai Jisung.

"Saya ga mau rasa suka kamu ke saya karena di liputi rasa bersalah, Hannie."

Jisung menggeleng. Tangannya meremas kuat ujung pakaian miliknya.

"G-gua kangen lu yang dulu, om."

Mendengar panggilan yang sudah lama tidak Jisung katakan untuk dirinya, lagi-lagi membuat Minho tersenyum.

"Hannie. Kamu takut sama saya?"

Kepala dengan surai hitam itu kembali bergerak ke kanan dan ke kiri.

"Benarkah? Kalau begitu, kenapa kamu ga mau menatap ke arah saya?"

Meski ragu, namun pada akhirnya Jisung kembali melakukan eye contact dengan manik kelam tersebut.

Chup!

Kecupan ringan yang terasa begitu lembut pun Jisung rasakan.

"Katakanlah."

Susah payah Jisung menelan air liurnya hanya untuk mengatakan sepatah kalimat.

"G-gua suka sama lu, om." Cicitnya.

Pupil mata yang bergetar menahan tangis pun akhirnya pecah saat suara berat namun terdengar lembut itu menyahut pernyataannya.

"Saya juga cinta sama kamu, Hannie."

Di bawanya tubuh mungil yang bergetar itu kedalam dekapan hangat si bangir.

Minho mengecupi setiap inchi bagian wajah Jisung yang basah oleh air matanya.

Kemudian, di letaknya tubuh si tupai di atas ranjang. Dengan lembut Minho mulai melucuti pakaian yang di kenakan Jisung, dan kembali melakukan hal yang sama.

Mengecupi setiap inchi bagian tubuh Jisung. Sesekali pria bangir itu meninggalkan jejak kepemilikannya di sana.

"Ungh..." Lenguhan halus berhasil lolos dari bibir ranum itu, saat tangan besar Minho memainkan puting miliknya.

"Ahh...anghh...nghh...s-sakit."

Minho sedikit meringis begitu merakasan jari panjangnya yang terasa di jepit oleh lubang sang submissive.

"Hannie, santailah sedikit. Saya akan melakukannya dengan pelan."

Kalimat tersebut mampu membuat Jisung merasa jauh lebih tenang. Tangannya ia bawa untuk mengalung pada leher kokoh milik Minho dan kembali mendesah begitu jari Minho menyentuh sweet spot miliknya.

"Saya menemukannya."

Tanpa menunggu waktu lama, Jisung sampai pada titik putihnya. Dadanya membusung hebat dengan deru napas yang tidak karuan.

Sebelum memasukkan kejantannya kedalam senggama sang empu, Minho terlebih dahulu menuangkan gel pada lubang yang terlihat memerah tersebut.

Meski percum yang Jisung keluarkan sudah cukup sebagai bahan pelumas, namun Minho benar-benar ingin memasukkannya tanpa membuat jisung merintih kesakitan.

"Nghh..." Rasa sakit dan nikmat yang Jisung rasakan di waktu bersamaan turut ia salurkan pada Minho lewat goresan-goresan pada punggung sang dominan.

"O-Om...nghh..."

"Sebut nama saya, Hannie."

"Nghh...ahhh...M-Minhoo..."

"Yes, baby?"

"G-Go fasterrhh..."

Desahan demi desahan yang terdengar begitu candu tak dapat Minho hindari.

Ia terus memompa kejantanannya di dalam senggama Jisung hingga membuat tubuh mungilnya terantuk ke atas dan kebawah seiring bertambahnya tempo kecepatan si bangir.

Suara kulit yang beradu terdengar semakin intens saat keduanya merasa akan mencapai pelepasan mereka.

"Nghh...i-i'm cuminghh...ahh!"

Jisung lebih dulu mencapai pelepasnya yang kemudian di susul oleh pelepasan pertama Minho.

Tubuhnya terkulai lemas begitu merasakan cairan percum milik si pria bangir yang mengalir keluar dari lubang miliknya.

Namun Jisung tetap memaksakan dirinya untuk kembali memuaskan Minho, begitu melihat penis milik sang dominan yang masih menegang sempurna.

Baru saja ia akan melakukan blow job pada kejantanan Minho, si dominan terlebih dahulu menarik lengannya dan menempatkan Jisung pada posisi atas.

"Saya mau kamu yang memimpin."

Entah sejak kapan Minho menjadi begitu ahli dalam membuat Jisung merasa tersipu malu.

Dengan wajah yang memerah, Jisung mulai bergerak naik dan turun. Sesekali dirinya menikmati view di hadapannya yang menampilkan badan berotot Minho dengan sixpack yang menghiasi perutnya.

Melihat Jisung yang terus mencuri pandang membuat Minho tidak dapat membendung tawanya.

Di bawanya lengan kecil itu untuk memegang perut dengan sixpacknya.

Jisung tentu saja merasa panik dan malu, namun diam-diam menikmatinya.

"Saya milik kamu malam ini, Hannie. Dan akan selamanya menjadi milik kamu."

TBC

01/09/24

[1] 𝗦𝗧𝗥𝗔𝗜𝗚𝗛𝗧 || MinSungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang