ITSOP 2

437 39 4
                                    

Setelah menonton film, Jeno kembali ke rumah, namun sesampainya di sana, ia mendapati Jaemin dan kekasihnya tengah duduk di ruang tamu. Tanpa berkata apa-apa, Jeno hanya melintas dengan langkah hampa, seolah dunia di sekitarnya tak ada artinya. Kedua pasang mata yang menatapnya tak bisa disembunyikan—tatapan yang penuh ketidaksukaan.

Jeno merasakan beban itu dan segera membaringkan tubuhnya, menatap langit-langit dengan kosong.

"Pengen pulang, malas aku di sini," gumamnya, namun entah kapan, rasa lelahnya membawa ia terlelap, tubuhnya terbaring telentang dalam keheningan.

Drrrrttttt… suara ponselnya membangunkan.

"Halo?" suaranya serak, setengah terlelap.

"Jen, besok ikut kakak yuk?"

"Kemana?"

"Udah, ikut aja."

"Iya, iya, besok abis pulang kampus, jemput aku."

"Iya, tapi suami lo nggak marah kan?"

"Enggak, udah biarin aja."

"Yaudah."

Tuuuutttt… telepon terputus.

Pagi datang, dan seperti biasa, Jeno menemukan Jaemin keluar bersama wanita yang berbeda. Hatinya kembali terasa hampa, namun ia tak peduli. Ia mengambil selembar roti, lalu bergegas pergi ke kampus.

Setibanya di kampus, Jeno menemukan Renjun tak hadir hari itu, karena ia harus meninjau tempat magangnya. Jadi, Jeno melewati hari itu sendirian.

Pulang kampus, ia menunggu kakaknya, Mark, yang akhirnya datang menjemputnya.

"Jen, masuk," panggil Mark lembut.

Jeno masuk ke dalam mobil, sedikit bingung. "Ada apa tumben ngajak keluar?"

"Gue mau ketemuan. Temenin gue, ya? Gue bakal beliin apa aja yang lu mau deh," ucap Mark, sambil tersenyum manis.

Mark memang tak pernah sungkan untuk menunjukkan sisi manjanya pada keluarga, terutama pada Jeno, adik bungsunya.

"Ya ya," jawab Jeno, tersenyum tipis.

Mereka menuju restoran cepat saji. Jeno duduk, fokus mengerjakan skripsinya, sementara Mark sesekali mencuri pandang ke arah Jeno, meskipun ia berusaha untuk tidak terlihat.

"Sayang, itu adik kamu?" tanya pacar Mark.

"Iya, dia adik bungsu aku, Jeno."

"Dia kayaknya asik," ucap pacarnya dengan senyuman.

"Dia mudah bergaul," jawab Mark dengan nada penuh kasih.

Tak lama setelah itu, pacar Mark beranjak pergi, mengucapkan selamat tinggal dengan pelukan singkat pada Jeno.

"Eh," ucap Jeno, sedikit terkejut.

"Hai, Jeno. Aku Yeri."

"Hai, Kak Yeri."

"I’m sorry, Mark, I have to go. See you soon, Jeno."

"Hati-hati, Kak."

Setelah itu, Mark mengantar Jeno pulang, karena waktu sudah semakin larut, dan ia khawatir adiknya terlalu malam berada di luar.

"Abis ini mandi, makan, tidur. Jangan begadang, inget darah rendah kamu," ucap Mark dengan lembut.

"Iya, kakak sayang. Kakak juga jangan sedih ya, Kak Yeri pergi sebentar."

"Iya, iya. Bocah, dah. Kakak pamit, titip salam buat Jaemin."

"Iya, dah sana, syuh-syuh," Jeno menggoda, namun Mark hanya tertawa, lalu melajukan mobilnya.

In The Shadow Of Promise (JaemJen)✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang