ADAGIO▪️BAGIAN 24

30 3 0
                                    

"Siapa yang ngizinin lo mati? Lo gak boleh pergi kemanapun tanpa izin gue

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Siapa yang ngizinin lo mati? Lo gak boleh pergi kemanapun tanpa izin gue."

"Egois lo." Ucap Airel.

"Jahat banget lo sama gue." Ucap Gio. Air matanya kini tak mampu lagi iya bendung, dirinya lalu keluar dari ruangan Airel karena tak mau memperlihatkan air matanya itu kepada Airel.

Airel menghela nafas panjang, dadanya terasa sakit namun tak bisa menangis.

"Harusnya gue yang nangis."

***

Adagio keluar dari ruangan Airel dengan perasaan campur aduk. Sedih, marah, kecewa, semua ia rasakan dalam satu waktu. Siapa sangka, teman bertengkar nya selama satu tahun ini dia mengenalnya, bisa membuatnya jatuh sejatuh-jatuhnya. Dirinya tak bisa berbohong, bahwa Airel telah membuatnya jatuh cinta, benar-benar jatuh cinta.

Lalu sejenak ia berpikir, ini adalah cinta pertamanya, kenapa tuhan membuat cintanya sakit? Ada banyak orang jahat diluar sana yang berkeliaran bebas dengan keadaan sehat, kenapa harus dunianya yang sakit?

Saat melihat raut muka Adagio yang penuh dengan luka tak kasat itu, seluruh teman-temannya ikut bersedih. Bahkan Nasya sudah menangis, tak kuat membendung lagi.

Satu persatu, sahabat Airel masuk, untuk sekedar menguatkan dan meminta Airel bertahan. Sedangkan Adagio, dirinya memilih untuk menenangkan diri di rooftop rumah sakit.

"Bahkan, lo gak butuh waktu lama buat gue jatuh cinta, Rel. Gak butuh waktu yang lama juga, lo buat jiwa gue mati kek gini." Dengan tatapan kosong, dia berbicara.

Pintu rooftop terdengar terbuka, Gio tak bergeming. "Lo ngapain nangis gitu?" Gio melirik sekilas, dia Lia.

"Bukan urusan lo."

"Udah, lo gak usah sedih, masih ada gue kok."

"Gak usah sok deket, lo bukan Airel."

"Tapi kan-" Ucapannya terpotong, "Bisa diem? Lo berisik." Tekan Gio.

Ekspresi Lia yang semulanya tersenyum pun menjadi kelabu. "Kenapa sih lo, Airel Airel mulu. Bisa gak sekali aja lo ngelirik gue?! Gue selama ini cinta sama lo Gio, sadar!" Ucap Lia, terpancar sebuah perasaan marah dan kecewa dari raut mukanya.

"Lo egois." Ucapnya datar, seluruh pikirannya tertuju pada Airel yang terbaring lemah disana.

Lia tertawa getir, "Lagian dia juga udah mau mati." Ucapnya, lalu menghapus air matanya yang sempat jatuh tadi.

Gio yang sedari tadi melihat ke arah lain dan enggan mendengar perkataan Lia langsung menatap Lia dengan tatapan matanya yang terlihat marah.

Gio dengan cepat berjalan ke arah Lia. Menarik rambut Lia kebelakang, mendekatkan mukanya ke arah muka Lia. "Coba ulangin apa yang lo bilang tadi?!" Ucapnya, matanya memerah.

"DIA UDAH SEKARAT, HAMPIR MATI!" Ucapnya meninggikan suaranya, namun setelah itu matanya kembali meneteskan air mata.

Gio dengan marahnya mendorong Lia dengan kencang sampai terjatuh. "GIO! APA-APAAN KAMU?!" Pak Joe berteriak kaget saat Gio mendorong Lia.

Lia yang sebenarnya tidak apa-apa, langsung berpura-pura pingsan agar meraih perhatian dari pak Joe, papi Airel.

"Sam, Samuel! Bantuin om angkat Lia." Samuel yang mendengarnya langsung membantu pak Joe. Mengangkat Lia masuk ke salah satu ruangan untuk di periksa.

***

SEBELUM KEJADIAN DI ROOFTOP

"Kok papi bisa sama Samuel? Gio mana?" Tanya Airel memaksakan dirinya berbicara.

"Samuel datang menjenguk kamu nak."

"Airel mau Gio, Pi."

Untuk kesekian kalinya, pak Joe menghela nafas gusar. "Yaudah papi panggil Gio dulu ya."

Ditunggu sepersekian menit, papinya belum datang. "Kenapa papi lama banget?" Tanya Airel.

"Tunggu ya." Ucap Samuel, mengusap rambut airel lembut. "Gue mau Gio sekarang, please Samuel." Mohon Airel. Dengan terpaksa Sam menurut.

***

"Om, aku gini ada alasannya kok om." Adagio berusaha menjelaskan. "Iya, Om tau. Om cuma kecewa kamu memperlakukan perempuan seperti itu. Lain kali jangan diulangi. Kamu jangan khawatir, Lia gapapa.

Gio mengangguk. Sekarang dirinya, pak Joe, serta Samuel berada diruangan yang ditempati Lia yang tadinya pura-pura pingsan itu. Dirinya menunduk malu, saat mengetahui pak Joe dan Samuel ternyata mendengar perkataan jahatnya terhadap Airel di rooftop tadi.

"Lia, mulai sekarang jangan pernah dekat-dekat dengan Airel lagi. Saya ngerti perasaan kamu. Tapi, tidak selamanya hal yang kamu inginkan akan berjalan sesuai dengan keinginan kamu. Cinta tidak boleh dipaksakan, Nak. Jangan ganggu Gio lagi, carilah cinta sesungguhmu diluar sana, sekarang sudah terbukti bahwa Gio bukan takdirmu."

"Dan walaupun tuhan nakdirin gue sama lo, gue tetep milih Airel. Persetan dengan takdir." Ucapnya, disikut langsung oleh Samuel.

Tak lama dari itu, sebuah langkah-- ralat, terdengar seorang berlari dari luar. Tiba-tiba orang tersebut menerobos masuk, dia adalah Aletta.

"Om, Airel kritis." Detik itupun, pak Joe, Adagio dan Samuel berlari menuju ruangan tempat Airel dan meninggalkan Lia di sana.

"Gue ditinggal nih?"






▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
BERSAMBUNG.

ADAGIO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang