ADAGIO▪️BAGIAN 22

47 3 2
                                    

______

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

______

"Masakannya udah selesai nih tan, aku panggil Gio ya." Ucap Lia setelah menata makanan di meja makan.

"Gak usah, tante aja." Ucap Emma. "Eh tante, biar Lia aja, tante duduk aja ya." Ucap Lia, lalu terburu-buru berlari menuju kamar Gio.

Ceklek

"Kalian ini ga takut ketahuan mesum mulu ha?"

Shit, Gio lupa mengunci pintu.

"Kenapa? Kaget? Ayo mesum lagi, gue video-in." Ucap Lia, terlihat marah.

"TANTE! AIREL SAMA GIO LAKUIN HAL MESUM!!" Teriak Lia.

Airel menghela nafas, berkali-kali. Sungguh hari ini, helaan nafas malasnya terbuang sia-sia. Lia bertingkah lagi.

"Keluar lo dari rumah gue." Marah Gio.

"Apasih Gio, aku cuma nyelametin kamu dari dia. Pasti otak kamu udah dicuci kan sama dia? Sadar Gio, dia itu ga sebaik kelihatannya. Tampang doang baik, tapi kenyataannya gatel." Ucap Lia, Gio yang mendengarnya berusaha menahan amarahnya.

Sebisanya, Gio menahan amarahnya. Hal yang harus diketahui, Gio akan memberi pelajaran kepada siapapun itu yang berani mengganggu kesenangan atau ketenangannya tanpa memandang gender.

Gio hanya akan luluh oleh orang yang memang benar-benar disayanginya, seperti orang tua, dan pacarnya.

Kerabat atau keluarga lain? Tidak. Bahkan Gio pernah dengan sengaja membuat sepupunya babak belur karena berani memasuki kamarnya tanpa izin. Bukan sepupu laki-laki, tetapi perempuan.

Kejam? Begitulah dia. Jangan heran, dia Adagio.

"Keluar dari rumah gue, sekarang." Tekannya, sekali lagi.

"G-gio? Kamu kenapa?" Tanya Lia, takut.

PRAANG!

"KELUAR LO ANJING!" Teriak Gio, bersamaan dengan dirinya yang melemparkan sebuah gelas kaca yang berada di nakas samping tempat tidurnya sampai pecah kedepan Lia.

Nyaris terkena.

Lia mundur beberapa langkah. Dirinya gemetar dan kaget. Tidak menyangka Gio akan semarah ini. Matanya pun berkaca, air matanya hampir jatuh tetapi dia buru-buru menghapusnya. Tidak mau terlihat lemah.

Apakah Gio secinta itu dengan Airel, sampai-sampai bisa semarah ini saat dirinya menghina Airel? Itu yang ada dibenak Lia sekarang.

"Kenapa sih kalian ribut-ribut? Itu makanannya udah jadi dari tadi, nanti keburu dingin." Ucap Emma, yang mengabaikan kejadian barusan.

Emma sudah mendengar pertengkaran di kamar Gio dari awal. Dia juga mendengar apa yang dikatakan Lia ke Airel. Tapi dia bersikap biasa saja.

Entah kenapa.

"Ayo Gio, Airel, makanannya udah dingin tuh." Ucap Emma, lalu meraih tangan Airel dan menariknya pelan menuju ke lantai bawah untuk segera makan.

'Gue gak di tarik gitu juga?' Batin Lia, merasa iri dengan Airel untuk yang kesekian kalinya.

Lia tanpa sepatah katapun keluar dari kamar Gio, lalu turun ke lantai satu, mengambil tas nya lalu keluar dari rumah tanpa pamit.

Gio, Airel dan Emma yang melihat itu pun heran. Bukannya tadi dia yang bersikeras ingin membantu Emma memasak dan makan malam disini juga?

"Bunda gak suka sama dia, tapi bunda juga kasian sama dia, tatapan mata dia seperti pura-pura kuat." Ucap Emma.

"Ngapain bunda mikirin dia? Dia gak baik bun, gak bener." Ucap Gio, datar.

"Husstt, gak boleh ngatain orang kayak gitu!" Peringat Emma.

******

Disinilah Lia berada, berjalan ditengah kesepian jalan. Kesana dan kemari tanpa arah. Karena dia benci pulang.

Tidak lama kemudian, hujan pun turun. Yang dengan cepat membasahi sekitar. "Seperti biasa, gue benci hujan." Ucap Lia, menarik nafas malas lalu mencari tempat berteduh.

Suasana semakin dingin tetapi Lia hanya menggunakan baju dengan lengan pendek dan celana pendek sepaha.

Mungkin, sudah waktunya pulang.

Namun masalahnya, akan susah mencari taksi dengan keadaan hujan seperti ini. Memesan taksi online pun tak bisa, karena hapenya sudah kehabisan cas sedari tadi.

"Jalan aja deh, hujan juga cuma air, ga bahaya." Ucapnya, hanya sekedar kalimat penyemangat.

Lia pun berjalan sampai 30 menit lamanya. Dan akhirnya dia sampai. Kerumahnya.

"Mama, bukain pintu!" Teriak Lia, yang sekarang sudah basah kuyup.

Lia terus menggedor pintu sampai seorang wanita yang tidak terlalu tua membuka pintu tersebut. Perempuan itu menatap Lia dengan tatapan yang sama sekali tidak tertarik dengan keadaan Lia saat ini.

"Masih inget pulang lo? Udah jam berapa ini? Mau di cap pelacur juga sama orang-orang kayak gue? Ha?!" Bentak perempuan tersebut, perempuan itu adalah mamanya Lia.

"Gak nyambung. Aku kejebak hujan tadi." Ucap Lia seadanya.

"Yaudah sana masuk, mandi terus tidur. Jangan taunya cuma keluyuran doang!"

Lia pun masuk kerumah dan segera menuju ke kamar, "Dia siapa? Pacar baru mama?" Tanya Lia yang perjalanan menuju kamarnya terhenti saat melihat seseorang yang seumuran dengannya terduduk di ruang tamu sambil menonton tv.

"Iya, kenapa?"

"Bisa gak, mama stop gonta ganti pacar? Aku yang capek liatnya ma!" Ucap Lia dengan wajah memelas.

"Heh lo siapa ngelarang gue? Ga terima lo? Kalo ga terima yaudah keluar dari rumah gue, cari sana bokap lo yang gatau siapa itu! Masih mending gue tampung lo, nyesel gue lahirin lo. anak haram." Omel mamanya Lia.

"Lina sayang, jangan marah-marahin anakmu gini." Ucap Lelaki brondong pacar Lina, mama Lia.

"Cih! Jijik." Ucap Lia, dengan suara kecil cenderung bergumam yang pastinya tidak ada yang mendengarnya kecuali dirinya.

Lia menghembuskan nafas lelah lalu berjalan menuju kamarnya tanpa ingin membalas ucapan mamanya. 'Gue juga gak pernah minta di lahirin.' Batin Lia.

Sesampainya dikamar dan masuk ke kamarnya, Lia langsung mengunci pintu kamarnya. Tidak lupa untuk mencharge hapenya lalu mandi.

Ting!

Viggo:
| Lia, kenapa ga bales chat gue?
| Lia?
| Udah tidur?

Setelah mandi, Airel langsung membuka hapenya karena mendengar hapenya yang berbunyi tanda pesan masuk.

"Ck, dia lagi!" Malasnya

Lia:
| Kan gue udah bilang, jangan gangguin gue lagi. Ngerti bahasa gue kan? Sekali gue gak suka lo, gue tetep gak suka. Mau gimanapun usaha lo buat gue bisa cinta ke lo, kalo gue gamau, gue tetep gak mau. Jadi please, stop chat-chat atau hubungin gue lagi!

You blocked this contact.










▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
BERSAMBUNG.

ADAGIO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang